Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

MENGENAI ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI KEFILSAFATAN

OLEH KELOMPOK IV :

IMAN ANUGRAH

LUMINTU NINGTIYAS

MADE ARIANTI

STEVANIA PUTRI AR

DESRIYANTI SAPITRI NINGSIH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang materi
"Antropologi kefilsafatan dan sosiologi kefilsafatan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas kuliah. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi para pembacanya..
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Unaaha, 8 November 2021


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni
menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah
yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan
pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta
pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi
salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Tugas filsafat adalah
melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif)
secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis,
logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan
kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang
berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang
berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra).

B. Rumusan Masalah
Masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini ialah: Apa yang
dimaksud degan antropologi dan sosiologi kefilsafatan?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan seputar filsafat
pendidikan, terutama pada topik antropologi dan sosiologi kefilsafatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antropologi Kefilsafatan
1. Pengertian Antropologi kefilsafatan
Antropologi merupakan filsafat yang membahas tentang manusia
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman
fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai)
yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Dengan, demikian antropologi merupakan hal yang
mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dapat
dilihat dari perkembangan pada masa saat ini, yang merupakan salah satu
dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat
sekarang ini.
Antropologi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme
biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya
dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (spesies).
Contoh : Para antropologi umumnya memiliki anggapan bahwa nenek
moyang manusia adalah sejenis kera dan monyet, karena memiliki
kemiripan-kemiripan tertentu.
1) Paleoantropologi
Merupakan ilmu tentang asal-usul atau soal terjadinya
evolusi makhluk hidup manusia dengan mempergunakan bahan
penelitian melalui sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-
fosil manusia dari zaman ke zaman yang tersimpan dalam lapisan
bumi dan didapat dengan berbagai penggalian.
2) Antropologi Biologis
Merupakan bagian ilmu antropolgi yang mempelajari suatu
pengertian tenteng sejarah terjadinya aneka warna makhluk
manusia jika dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, baik lahir
(fenotipik), seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks
tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi badan
dan bentuk tubuh maupun sifat bagian dalam (genotipik), seperti
golongan darah dan sebagainya. Manusia dimuka bumi ini terdapat
beberapa golongan berdasarkan persamaan mengenai beberapa ciri
tubuh. Pengelompokkan seperti itu dalam ilmu antropologi disebut
ras
a. Antropologi Budaya
Antropologi Budaya memfokuskan perhatiannya pada
kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat.
Menurut Haviland (1999:12) caban antropologi budaya ini dibagi-bagi
lagi menjadi tiga bagian, yakni antropologi prehistori, etnolinguistik,
dan etnologi.
1) Antropologi prehistori
Merupakan ilmu tentang perkembangan dan penyebaran
semua kebudayaan manusia sejak sebelum manusia mengenal
tulisan atau huruf.
2) Etnolinguistik atau Antropologi Linguistik
Suatu ilmu yang berkaitan dengan ilmu antropologi dengan
berbagai metode analisis kebudayaan yang berupa daftar kata-kata,
pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa
suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini.
Dari bahan ini telah berkembang ke berbagai macam metode
analisis kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisis dan
mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan
dan metode tersebut sekarang telah terolah, juga ilmu linguistic
umum. Walaupun demikian, ilmu etnolinguistik di berbagai pusat
ilmiah di dunia masih tetap berkaitan erat dengan ilmu antropologi,
bahkan merupakan bagian dari ilmu antropologi.
3) Etnologi
Merupakan bagian ilmu antropologi tentang asas-asas
manusia, mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat dari bangsa-bangsa tertentu yang tersebar di muka
bumi pada masa sekarang.

2. Pengertian Antropologi kefilsafatan menurut para ahli


a. Pytagoras
Pytagoras mengajarkan keabadian jiwa mansuia dan
perpindahannya ke dalam jasad hewan apabila manusia telah mati, dan
jiwa hewan itu mati akan berpindah lagi ke jasad lainnya, demikian
seterusnya.

b. Demokritus (460-370 SM)


Demokritus mengajarkan bahwa manusia adalah materi.
Jiwapun adalah materi yang terdiri atas atom-atom.

c. Plato (428-348)
Plato mengajarkan bahwa manusia terdiri atas tubuh dan jiwa.
Tubuh adalah musuh jiwa. Tubuh penuh dengan berbagai kejahatan.
Jiwa berada dalam tubuh yang demikian itu, sehingga tubuh
merupakan penjara bagi jiwa.

d. Aritoteles (384-322)
Aritoteles menyatakan bahwa manusia meruakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan. Tubuh dan jiwa hanya merupakan dua segi dari
manusia yang satu. Pada saat manusia mati, baik tubuh maupun jiwa,
mati.

e. Descartes (1596-1650)
Descartes menegaskan bahwa tubuh dan jiwa adalah dua hal
yang sangat berbeda dan harus dipisahkan. Tubuh adalah suatu mesin
yang terdiri dari bagian-bagian yang kompleks. Dan jiwa adalah
sesuatu yang tidak berbagi, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Jiwa
ditandai oleh berfikir.
f. George Berkeley (1685-1753)
Ia berpendapat bahwa jiwa manusia adalah pusat segala realitas
yang tampak. Ia menolak materi, ia seorang spiritualis.

g. Feuerbach
Kata dia, dibalik alam tidak ada Allah. Di balik tubuh tidak ada
jiwa. Ia bukan materialisme tapi organisme.

B. Sosiologi kefilsafatan
1. Pengertian sosiologi kefilsafatan
Secara etimologi, filsafat bersal dari istilah Yunani, philosophia
yaitu philein berarti bijaksana sedangkan philos berarti teman.
Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti
kebijaksanaan. Dengan demikian, jika mengacu pada philein dan sophos,
filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Bila filsafat
mengacu pada kata philos dan sophia maka filsafat berarti teman
kebijaksanaan (Suryo Ediyono,2010:2).
Berlandaskan pada pengertian tersebut di atas maka filsafat
sosiologi mengandung pengertian sebagai pikiran refleksi
(mendalam),penyelidikan menggunakan alasan, serta berfikir secara hati-
hati mengenai ilmu tentang masyarakat (sosiologi) untuk mendapatkan
hakikat eksistensi sosiologi. Pandangan ini mengacu pada ontologi,
epistemologi dan aksiologi sosiologi.

2. Hubungan ontologi, epistemologi dan Aksiologi Pada Sosiologi


Sebagaimana dijelaskan pada definisi di atas maka dapat dipertegas
bahwa objek materil sosiologi adalah masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat dapat ditinjau dalam tiga paradigma sosiologi menurut George
Ritzer dalam Teori Sosiologi Modern (2004:A-19), yaitu; paradigma fakta
sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial.
Sedangkan objek formal sosiologi adalah social sciences (ilmu-
ilmu sosial), yang meliputi ilmu-ilmu yang memepelajari tentang
masyarakat, baik masyarakat sebagai subjektif (individu) maupun antar
subjektif (kelompok) dalam proses interaksi sosial.
Dalam kaitan ini, epistemologi sosiologi adalah semua teori-teori
sosiologi, yang meliputi teori-teori sosiologi klasik, modern dan post
modern.
Sedangkan aksiologi sosiologi mengacu pada etika individual,
yang membahas tentang nilai-nilai moral manusia terhadap diri sendiri
dalam hubungannya dengan masyarakat. Disamping itu, aksiologi
sosiologi juga mengacu pada etika sosial yang menekankan pada nilai-nilai
moral manusia sebagai umat manusia. Etika sosial menyangkut hubungan
manusia dengan manusia lain baik secara langsung maupun secara
kelembagaan yang meliputi keluarga, masyarakat, negara, dan hubungan
manusia dengan alam lingkungannya.
Dalam perspektif filsafat ilmu, seorang ilmuwan sosiologi,
sepatutnya memiliki sikap ilmiah yang menjadi landasan nilai-nilai dan
moral sebagaimana diuraikan Suryo Ediyono, yaitu:
a. Tidak ada rasa pamrih.
b. Bersikap selektif.
c. Adanya rasa percaya yang layak, baik terhadap kenyataan maupun
terhadap alat-alat indra, serta budi (mind).
d. Adanya suatu sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan
merasa pasti (conviction) bahwa setiap teori yang terdahulu telah
mencapai kepastian.
e. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak
puas terhadap penelitian yang dilakukan. Sehingga selalu ada
dorongan untuk melakukan riset sebagai aktifitas yang menonjol dalam
hidupanya.
f. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu
berkehendak mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk
kebahagiaan manusia.
Berkorelasi dengan aksiologi sosiologi, maka seorang ilmuwan
sosiologi hendaknya memiliki sikap rendah hati (Arlina Gunarya, dalam
menyampaikan mata kuliah Filsafat Ilmu kepada mahasiswa Program
Studi Sosiologi Pasca Sarjana Unhas, Semester I,tahun 2010) untuk
bertindak secara ilmiah menuju sophia (kebijaksanaan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Sebagai Kegiatan Ilmu dan Seni. Menurut Al-Syaibani
dalam Jalaludin (1997:13) filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang
teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai cara untuk mengatur, dan
menyelaraskan proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat
menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian
merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan.
Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan. Antara filsafat
dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu
hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang
berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu
pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-
problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian
merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap
permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Pandangan filsafat tentang pendidikan. Filsafat mempunyai pandangan
hidup yang menyeluruh dan sistematis sehingga menjadikan manusis
berkembang, maka hal semacam ini telah dituangkan dalam sistem
pendidikan, agar dapat terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Penuangan
pemikiran ini dituangkan dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itu
sistem pengajaranya dapat terarah, lebih dapat mempermudah para pendidik
dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan peserta didik.
Dasar-dasar Filsafat Ilmu Pendidikan. Dasar-dasaar filsafah keilmuan
terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis, dan
dasar antropolgis ilmu pendidikan.
Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan. Implikasi Landasan Filsafat
Pendidikan antara lain: Implikasi Bagi Guru. Apabila kita konsekuen terhadap
upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat pendidikan
merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru
tercermin kompetensi seorang tukang.
Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan. Tidaklah
berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori
tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan
karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan
salahsatu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana diisyaratkan
pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya.
Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini
maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya.

B. Saran
Pendidikan di Indonesia dalam pelaksanaan, hendaknya selalu
berpedoman pada filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila agar pendidikan
Indonesia dapat berhasil seperti Negara-negara yang telah Berjaya dalam
bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Bernadib. 1987. Filsafat Pendidikan/ Sistem dan Metode. IKIP Yogyakarta.

Jalaluddin dan Abdullah, Idi. 2002. Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.

2006. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aanchoto. 2010. Filsafat Pendidikan dan perspektif Islam.a Diakses pada


situshttp://aanchoto.com/2010/06/filsafat-pendidikan-dan-perspektif-islam/
tanggal 4 Maret 2011.

Massofa. 2008. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu


Pendidikan. Diakses pada situs

Anda mungkin juga menyukai