DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT., serta tak lupa kita
haturkan sholawat dan salam kepada Nabiyullah Muhammad SAW. Berkat kuasa
Allah dan Rasul-Nya lah, penyusun makalah yang kami beri judul “Makalah
Makalah ini membahas hal-hal seputar etika dan estetik, mulai dari
definisi, pendekatan, fungsi, objek, aliran, hingga manfaat yang diperoleh dari
tugas kelompok mata kuliah filsafat pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Angkatan 2020, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lakidende.
Tentunya, kami membuka adanya krtik dan saran dari para pembaca, agar
terjadi peningkatan di waktu yang akan datang bagi kami dalam menyusun suatu
makalah selanjutnya. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat memberi
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. ETIKA...................................................................................................................................3
1. Definisi Etika....................................................................................................................3
2.Pendekatan Etika................................................................................................................4
3.Fungsi Etika.......................................................................................................................6
4.Objek Etika.........................................................................................................................8
5.Aliran Etika........................................................................................................................8
6.Manfaat Etika...................................................................................................................10
B. ESTETIKA..........................................................................................................................11
1.Definisi Estetika...............................................................................................................11
2.Prinsip Estetika.................................................................................................................12
3.Konsep Estetika................................................................................................................12
4.Fungsi Estetika.................................................................................................................13
A. KESIMPULAN...................................................................................................................15
B. SARAN...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada tiga pilar utama dalam filsafat ilmu yang selalu menjadi
pedoman, yaitu, ontologi, epistemologi, dan aksiologi (Suriasumantri :
1987). Ketiga pilar itulah manusia berupaya untuk mencari dan
menggali eksistensi ilmu sedalamdalamnya. Hakikat apa yang ingin
diketahui manusia merupakan pokok bahasan dalam ontologi. Dalam hal
ini manusia ingin mengetahui tentang “ada” atau eksistensi yang dapat
dicerap oleh pancaindera. Epsitemologi merupakan landasan kedua filsafat
yang mengungkapkan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan atau
kebenaran tersebut. Setelah memperoleh pengetahuan, manfaat apa yang
dapat digunakan dari pengetahuan itu. Inilah yang kemudian membawa
pemikiran kita menengok pada konsep aksiologi, yaitu, filsafat yang
membahas masalah nilai kegunaan dari nilai pengetahuan.
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu
“aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi,
aksiologi, merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata
lain, aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri (1990) mendefinisikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh. Aksiologi dalam Kamus Bahasa Indonesia
(1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono seperti yang dikutip
Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilainilai sebagai tolak ukur kebenaran,
etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa
aksiologi disamakan dengan value and valuation.
Bramel seperti yang dikutip Amsal (2009) membagi aksiologi dalam
tiga bagian, yakni moral conduct, estetic expression, dan socio-political life.
Moral Conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus
1
yaitu etika. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan yang mana bidang
ini melahirkan keindahan. Dan terakhir yang mebidani lahirnya filsafat
kehidupan sosial politik. Pada makalah ini akan di bahas tentang etika dan
estetika.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa yang dimaksud dengan estetika?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika
2. Untuk mengerahui apa yang dimaksud dengan estetika
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
1. Definisi Etika
Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari
kehancuran moral dilingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun yang
lalu. Karena pandangan- pandangan yang lama tentang baik dan buruk
tidak lagi dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-
norma dasar bagi kelakuan manusia, Situasi itu berlaku pada zaman
sekarang juga, bahkan bagi kita masing-masing. Yang dipersoalkan
bukan hanya apakah yang merupakan kewajiban saya dan apa yang
tidak, melainkan manakah norma-norma untuk menentukan apa yang
harus dianggap sebagai kewajiban. Untuk mencapai suatu pendirian
dalam pergolakan pandangan-pandangan moral ini refleksi kritis etika
diperlukan.
Secara etimologi etika pada dasarnya merupakan akar kata yang
berasal dari bahasa Yunani dengan kata ethos. Kata ethos ini dalam
bentuk tunggalnya memiliki banyak makna antara lain: tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat serta watak,
namun jika dalam bentuk jamaknya ta etha artinya adalah adat
kebiasaan. Melirik makna etika dalam konteks tersebut, pada
dasarnya etika dalam sudut pandang keilmuan maupun maknanya
secara istilah digunakan sebagai sudut pandang dalam kehidupan.
Secara filosofis, etika merupakan bagian dari ilmu filsafat
yang mempelajari berbagai nilai (value) yang diarahkan pada perbuatan
manusia, khususnya yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan dari
hasil tindakannya. Dalam berbuat baik, manusia memerlukan
pertimbangan yang bersifat rasional. Pertimbangan rasional artinya
mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk berbuat baik atau
3
4
4
5
2. Pendekatan Etika
Etika perlu dipahami sebagai satu cabang filsafat yang membahas
moralitas, atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Satu
perumusan lain etika adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral.
Akan tetapi, ada berbagai cara untuk mempelajari moralitas atau berbagai
pendekatan ilmiah tentang tingkah laku moral. Selanjutnya kita mengikuti
pembagian bidang etika atas tiga pendekatan yang lazim, yaitu: etika
deskriptif, etika normatif, dan metaetika (Bertens, 2005: 15-21).
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas,
misalnya: adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk,
tindakan- tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-
individu tertentu, dalam berbagai kebudayaan atau subkultur tertentu,
dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Karena etika deskriptif
hanya melukiskan, maka tidak memberi penilaian. Misalnya, etika
deskriptif melukiskan adat mengayau kepala yang ditemukan dalam
masyarakat yang primitif, tetapi tidak memberikan penilaian moral
bahwa adat semacam itu dapat diterima atau harus ditolak.
b. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang
di mana berlangsung diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika
normatif dalam hal ini tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti
halnya dalam etika deskriptif, melainkan melibatkan diri dengan
mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Filsuf etika normatif
bukan sekedar melukiskan adat mengayau yang pernah terdapat dalam
kebudayaan pada masa lalu, melainkan menolak adat tersebut karena
bertentangan dengan martabat manusia. Demikian pula, etika normatif
bukan hanya membatasi diri dengan memandang fungsi prostitusi dalam
suatu masyarakat, melainkan menolak prostitusi sebagai suatu lembaga
yang bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktik belum
5
6
tentu dapat diberantas sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar
norma-norma. Misalnya, norma bahwa “martabat manusia harus
dihormati”.
Etika normatif terbagi atas dua kajian yakni etika yang bersifat
umum dan khusus. Etika normatif umum mengkaji norma
etis/moral, hak dan kewajiban, dan hati nurani. Sedangkan etika
normatif khusus menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum pada
perilaku manusia yang khusus, misalnya etika keluarga, etika profesi
(etika kedokteran, etika perbankan, etika bisnis, dll.), etika politik, dll.
c. Metaetika
Istilah “metaetika” (awalan meta dalam bahasa Yunani berarti
“melebihi” atau “melampaui”) dibuat untuk menunjukkan pembahasan
yang bukan moralitas secara langsung, melainkan mengacu berbagai
konsep yang digunakan dalam bidang moralitas. Metaetika seolah-olah
bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf
“bahasa etis” atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral. Sehingga,
konsep pembahasan yang menjadi fokus dalam pembicaraan tentang
lingkup mataetika yaitu merupakan bagian sentral dari segala bentuk
ungkapan dalam penggunaan bahasa manusia dalam kehidupannya untuk
berinteraksi atau bersosialisasi diri.
Contoh dari metaetika adalah bahasa iklan yang berlebihan
dan menyesatkan, seperti pada tayangan iklan obat yang menganjurkan
meminum obat tersebut agar sembuh dan sehat kembali. Ketika orang
mulai mengkritik iklan tersebut, maka dimunculkanlah ucapan etis: “jika
sakit berlanjut, hubungi dokter”. Ucapan etis tersebut seolah dihadirkan
oleh sekelompok produsen untuk disampaikan kepada masyarakat agar
lebih bijak dalam meminum obat tersebut.
3. Fungsi Etika
I Gede A.B. Wiranata dalam bukunya menuliskan beberapa
pendapat para ahli tentang fungsi etika, di antaranya adalah Rohaniawan
Frenz Magnis- Suseno, ia menyatakan bahwa etika berfungsi untuk
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
B. ESTETIKA
1. Definisi Estetika
Istilah estetika berasal dari kata Yunani yang mempunyai arti
aesthesis, yang berati pencerapan indrawi, pemahaman intelektual, atau
bisa juga berati pengamatan spiritual. Istilah art berasal dari kata latin ars,
yang berarti seni, keterampilan, ilmu, atau kecakapan. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa yang dinamakan estetika adalah
suatu keindahan yang Nampak.
Pengertian mengenai estetika sangat beragam, seperti menurut
Kattsoff dalam buku ( Sachari, 2003:03) bahwa estetika merupakan segala
sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni.
Estetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut
keindahan. Sedangkan menurut Anwar ( 1985:9) estetika dalam arti teknis
ialah ilmu keindahan, ilmu mengenal kecantikan secara umum.
11
12
12
13
13
14
14
15
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bramel seperti yang dikutip Amsal (2009) membagi aksiologi
dalam tiga bagian, yakni moral conduct, estetic expression, dan socio-
political life. Moral Conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan
disiplin khusus yaitu etika.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang arti baik dan buruk,
benar dan salah kemudian manusia menggunakan akal dan hati nuraninya
untuk mencapai tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki. Etika atas tiga pendekatan yang lazim, yaitu: etika
deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Etika berfungsi untuk membantu
manusia mencari orentasi secara kritis dalam kehidupan dengan
moralitas yang membingungkan.
Istilah estetika berasal dari kata Yunani yang mempunyai arti
aesthesis, yang berati pencerapan indrawi, pemahaman intelektual, atau bisa
juga berati pengamatan spiritual. Istilah art berasal dari kata latin ars, yang
berarti seni, keterampilan, ilmu, atau kecakapan. Estetika memiliki empat
fungsi yaitu fungsi kerohanian, fungsi kesenangan, fungsi pendidikan dan
fungsi komunikatif.
B. SARAN
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
pada makalah selanjutnya.Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya
dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sachari, Agus. 2002. Estetika, Makna, dan Simbol Daya. Bandung: ITB
Media Group
Sumarna, Cecep. 2006. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung:
16