Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT ILMU

Kajian Filsafat Ilmu Pendidikan Fisika Berdasarkan Perspektif Aksiologi

(Tugas Kajian Filsafat Ilmu)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sudjarwo, M.S
Dr. Tri Jalmo, M.Si

Oleh
Arlik Cahyawati 2223022008
Erik Alamanar 2223022004
Ghani Fadhil Rabbani 2223022010
Kharen Riz Lambar Wati 2223022003

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKA N FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kajian
Filsafat Ilmu Pendidikan Fisika Berdasarkan Perspektif Aksiologi” untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah “Kajian Hasil Studi Internasional” dan
sebagai bekal untuk penyusunan tesis.

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
pada hasil analisis makalah baik materi maupun pikirannya. Kami berharap semoga
hasil analisis makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Tentu masih terdapat banyak kekurangan dalam makalan ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca supaya
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Bandarlampung, 21 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Aksiologi .................................................................................... 3
B. Karakteristik dan Jenis – Jenis Nilai Aksiologi......................................... 5
C. Aksiologi dalam Pendidikan..................................................................... 7
D. Aksiologi dalam Pendidikan Fisika
...................................................................................................................
9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN REVIEWER


A. Kesimpulan .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan awal mula dari segala ilmu. Sehingga dikatakan bahwa filsafat
merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (materscientiarum). Karena objek
material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu
membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.

Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga
mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum
dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi
sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian
ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar,
2005).

Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat maupun
secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktrek pendidikan sangat penting,
karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat
dipertanggungjawabkan.

Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan
pendidik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu
menata perilaku serta pribadi yang semestinya. Sebagai contoh, dalam wacana ke
Indonesiaan pendidikan semestinya barakar dari konteks budaya dan karakteristik
masyarakat indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat indonesia yang terus
berubah, hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh
orang-orang yang mampu bertanggu jawab secara rasional, sosial dan moral
2

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaaan dengan tujuan


filosofit suatu praktik pendidikan adalah dengan mengunakan pendekatan filsafat
ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Aksiologi sendiri mempunyai cakupan yaitu pendidikan karakter, pendidikan
dinegara maju, mengemas pendidikan yang menarik, persaingan antar lembaga
pendidikan di Indonesia, dan home schooling.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah:
1. Apa definisi aksiologi?
2. Bagaimana aksiologi dalam pendidikan?
3. Bagaimana aksiologi dalam pendidikan fisika?

C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi aksiologi
2. Mengetahui aksiologi dalam pendidikan
3. Mengetahui aksiologi dalam pendidikan fisika
3

II. PEMBAHASAN

A. Definisi Aksiologi
Aksiologi merupakan bagian dari  filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi: nilai kegunaan ilmu, penyelidikan
tentang prinsip-prinsip nilai. Secara etimologis, istilah aksiologi berasal dari Bahasa
Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang
berarti teori. Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi
aksiologi. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sistem mempunyai
rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk
pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.1 Menurut Suriasumantri
aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
di peroleh.

Aksiologi dibagi kepada tiga bagian menurut Sumantri, yaitu: (1) Moral Conduct
(tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin  ilmu khusus yaitu “ilmu etika” atau
nilai etika. (2) Esthetic Expression (Ekspresi Keindahan), bidang ini melahirkan
konsep teori keindahan atau nilai estetika. (3) Sosio Political Live (Kehidupan Sosial
Politik), bidang ini  melahirkan konsep Sosio Politik atau nilai-nilai sosial dan
politik. Aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di
dalam kepribadian manusia. Socrates berpendapat bahwa masalah yang pokok
adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa hidup socrates masalah hakikat yang-baik
senantiasa menarik banyak kalangan dan dipandang bersifat hakiki serta penting
untuk dapat mengenal manusia.

1
4

Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari
sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah
studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan,
dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi
dari nilai-nilai etika dan estetika.

Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam
dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori
nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and
bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and
ends).2 Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku
etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good). Demikianlah aksiologi terdiri
dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam
rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.

Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :


1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat
sosial politik.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan


value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu:
1. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti: baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata benda asli untuk seluruh
macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain,
dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika.

2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau
nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai.

2
5

3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai
dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara
aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang
menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.
Dengan demikian aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari
tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap sesuatu ilmu. Berbicara mengenai
aksiologi dapat dijumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur
dan tidak jujur. Salah satu yang mendapat perhatian adalah masalah etika/kesusilaan
dan dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara
sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk,
bermoral atau tidak bermoral dari suatu perbuatan atau perilaku manusia.3

B. Karakteristik dan Jenis-jenis Nilai Aksiologi


1. Karakteristik Nilai
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu :
a) Nilai objektif atau subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
b) Nilai absolute atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang
sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta abadi sepanjang masa,
serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas
social. Dipihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relative sesuai
dengan keinginan atau harapan manusia.

2. Jenis- jenis Nilai


Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu :

3
6

a) Etika
Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan.
Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyebutkan
dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. 4 Etika
merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral
pelaksanaannya dalam kehidupan.

Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia.


Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat
tentang perilaku manusia. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-
unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu
akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain.5 Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.

b) Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan
pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil
ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai
rekayasa, pola dan bentuk. Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara
sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa
terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih
lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai

5
7

sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.
Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Estetika berasal dari Bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama kali
digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk
pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan. Meskipun
awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu
karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi
penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis,
keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa
realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan
apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti
kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan
mengabstraksi benda

Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu


memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat
terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu
dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang
memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu
karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh
masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak
hal ternyata memperlihatkan keindahan.

C. Aksiologi dalam Pendidikan


1. Etika dalam Pendidikan
Etika dalam pendidikan merupakan penerapan norma-norma etika dalam
pendidikan dan sekolah. Etika bertalian dengan perilaku atau perbuatan manusia.
Yakni penilaian manusia tentang perbuatan baik dan buruk. Maka secara umum
tujuan etika dalam pendidikan yakni sebagai berikut :
a.Untuk meningkatkan kesadaran kapada semua pihak bahwa didalam pendidikan
terdapat dimensi etis.
8

b.Bahwa dalam pendidikan terdapat moral sebagai argumen dalam setiap tindakan
c.Agar praktik pendidikan baik, benar, dan etis
d.Agar pihak-pihak yang lemah terlindungi dari perbuatan tidak etis khususnya
peserta didik
e.Agar pendidik tidak melanggar hak-hak peserta didik
f. Agar pendidikan tumbuh dan berkembang dengan baik

Pada kenyataannya pendidikan memiliki peran sebagai lembaga yang bertanggung


jawab menetapkan cita-cita, isi, sistem, dan organisasi pendidikan. Kedua
Pendidikan sebagai suatu proses, yakni Transfer of knowledge, value, skills dan
cultural. Dengan demikian etika menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dalam pendidikan.

2. Estetika dalam Pendidikan


Pendidikan dalam segala aktivitasnya selalu terkait dengan wilayah seni karena
memang mendidik itu sendiri adalah pekerjaan seni. Bahkan tidaklah salah jika
dikatakan bahwa hampir keseluruhan kualitas aktivitas pendidikan ditentukan
oleh kualitas yang ditampilkan.. Tindakan edukasi apa pun yang dilakukan guru
akan enak dipandang, suaranya enak didengar, bahasanya jelas dan mudah
dipahami, tidak membosankan subjek didik mengikuti proses pembelajaran yang
dilakukan jika dalam keseluruhan entitasnya dibangun di atas nilai-nilai estetika.
Ketika seorang guru mengadakan interaksi dengan subjek didiknya dengan
menerapkan nilai estetika yang tinggi, baik dalam penampilan maupun dalam
interaksi pembelajaran, tentu akan lebih disukai oleh subjek didiknya dari pada
yang tampil seadanya.

Kecuali itu, ketika aktivitas kependidikan dalam keseluruhan aspeknya bernilai


estetis, tentu akan melahirkan suasana yang tidak menjenuhkan dan
menegangkan yang akan memunculkan kecemasan-kecemasan yang tentu akan
dapat mengganggu proses pembelajar itu sendiri. Pendeknya, estetika dan
pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan begitu saja tidak saja
karena aktivitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat
9

entitasnya yang memang juga akan membangun nilai-nilai estetis dalam diri
subjek peserta didik.

D. Aksiologi dalam Pendidikan Fisika


Hakikat fisika adalah bahwa fisika sebagai produk, fisika sebagai proses dan fisika
sebagai sikap. Yang pertama fisika sebagai produk. Dalam rangka pemenuhan
kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungannya.
Interaksi ini memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan
pengalaman yang menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuannya yang
ditandai dengan adanya perubahan perilaku.

Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan


yang kreatif dari para ilmuwan diinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara
sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut sebagai
produk atau “body of knowledge”. Pengelompokkan hasil-hasil penemuan itu
menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian
disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu
dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori, dan model.

Yang kedua fisika sebagai proses. Menurut Sutrisno, pemahaman fisika sebagai
proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan,
pengukuran, penyelidikan dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru
termasuk ke dalam bagian mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran
fisika sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sains
pada diri siswa.

Yang ketiga adalah fisika sebagai sikap. The way of thinking merupakan hakikat
fisika dimana gagasan kreatif, atau ide-ide untuk menjelaskan suatu gejala alam
dapat disusun. Sikap tersebut mampu mendasari dalam setiap kegiatan pengukuran,
penyelidikan, dan percobaan. Fisika sebagai sikap adalah sikap ilmiah yang terdiri
dari: (1) sikap ingin tahu, (2) peduli, (3) bertanggung jawab, (4) jujur, (5) terbuka,
dan (6) bekerja sama.

Sikap tersebut muncul setelah diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti


pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu
memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran. Jadi dengan
10

pemikirannya orang bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan


kegiatan-kegiatan ilmiah itu.

Secara filsafat dapat dikatakan dalam tahap pengembangan konsep, terdapat masalah
moral yang ditinjau dari segi ontologi keilmuwan, sedangkan dalam tahap
penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuwan.
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi akses ilmu dan teknologi
yang bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi kedalam dua gologan pendapat.
Golongan pertama menginginkan ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
itu secara ontologis maupun aksiologis. Tugas ilmuwan adalah menemukan
pengetahuan dan terserap kepada orang lain untuk mempergunakannya. Gologan
kedua sebalikanya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaanya, bahkan
pemilihan objek penelitian maka kegiatan keilmuwan harus berlandaskan asas-asas
moral. Tahap tertinggi dalam kebudayaan moral manusia, ujar Charles Darwin,
“Ketika kita menyadari bahwa kita seyogyanya mengontrol pikiran kita”. Masalah
moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran,
sebab untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian
moral (Suriasumantri, 2010).

Dasar aksiologi dalam beberapa ilmu fisika sebagai berikut:

1. Dasar Aksiologi Hukum Archimedes

Hukum Archimedes yang bunyinya: “Sebuah benda yang dicelupkan


sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mendapat gaya keatas
seberat zat cair yang didesak oleh benda itu”. Berdasarkan temuan konsep
fisika yang dilakukan oleh Archimedes aliran filsafat yang mempengaruhi
adalah aliran filsafat empirisme dan realisme.

Aliran filsafat empirisme mencoba memaparkan bahwa pengetahuan bersumber


dari pengalaman. Oleh karena itu pengalaman Archimedes menjadi sumber
pengetahuan juga yaitu menemukan konsep Archimedes tersebut. Sedangkan,
aliran filsafat realisme anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-
11

benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui,
atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Karena itu
fenomena yang terjadi pada air ketika Archimedes mencelupkan badannya dan
berubah ketinggian merupakan suatu keadaan yang real.

Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan


yang didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang
dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan
sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material. Aksiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut
pandang kefilsafatan.

Aksiologi menjawab, untuk apa hukum archimedes yang berupa ilmu itu di
pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-
pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma- norma moral?

Terdapat banyak dasar aksiologi dari hukum archimedes yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia, karena tujuan diciptakannya hukum archimedes ini
adalah untuk memberikan manfaat dan kemudahan dalam kehidupan manusia.
Beberapa diantara aplikasi hukum archimedes yang mempermudah manusia
antara lain: pembuatan kapal selam dan kapal laut.

Kesemuanya itu merupakan nilai aksiologi hukum archimedes. Hukum


archimedes bukan hanya sebuah teori kontekstual namun memiliki banya nilai
aplikatif yang menjadikan alasan yang kuat bahwa pernyataan archimedes
merupakan suatu hukum dan bagian dari ilmu penegetahuan yang telah terbukti
secara empiris (Lebe, 2015).

2. Dasar Aksiologi Hukum Pascal


12

Hukum Pascal dianggap penting, karena keterkaitan antara Teori Benda Cair
dan Teori Benda Gas, dan tentang Perubahan Bentuk tentang keduanya yang
kemudian dikenal dengan Teori Hidrodinamik. Hukum Hukum Pascal (1658)
"Jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke
segala arah dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya". Hukum
Pascal menyatakan bahwa Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang
tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar.

Aksiologi menjawab, untuk apa hukum pascal yang berupa ilmu tersebut di
pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-
pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma- norma moral?

Terdapat banyak dasar aksiologi dari hukum pascal yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia, karena tujuan diciptakannya hukum pascal ini adalah
untuk memberikan manfaat dan kemudahan dalam kehidupan manusia.
Beberapa diantara aplikasi hukum pascal yang mempermudah manusia, yaitu
dongkrak hidrolik dan pompa hidrolik.

Kesemuanya itu merupakan nilai aksiologi hukum pascal. Hukum pascal bukan
hanya sebua teori kontekstual namun memiliki banya nilai aplikatif yang
menjadikan alasan yang kuat bahwa pernyataan pascal merupakan suatu hukum
dan bagian dari ilmu penegetahuan yang telah terbukti secara empiris (Lebe,
2015).

Selanjutnya jika dihadapkan dengan tanggungjawab social para ilmuan fisika dalam
perspektif aksiologi bahwa ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang
dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Hasil karya yang
diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh
masyarakat harus memenuhi syarat-syarat keilmuan. Penciptaan ilmu bersifat
individual, sedangkan komunikasi dan penggunaan ilmu tersebut bersifat sosial
(Suriasumantri, 2010). Oleh karena itu, ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial
dalam menciptakan ilmu tersebut, seperti ilmu fisika.
13

Isaac Newton, Galileo, Thomas Edison merupakan salah satu ilmuwan yang
menemukan ilmu-ilmu fisika. Ilmuwan tersebut memiliki tanggung jawab yang
besar. Tanggung jawab ilmuwan, yaitu melakukan penelaahan dan keilmuwaan
secara individual, serta bertanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Semua penelaahan ilmiah dimulai dengan
menentukan masalah dan proses pengambilan keputusan dalam hidup
bermasyarakat. Beberapa masalah esoterik dan rumit, sehingga masyarakat tidak
dapat meletakkan dalam proporsi yang sebenarnya. Adapun contoh masalah yang
ada, sebagai berikut.
1) Keselamatan sistem pembangkit tenaga listrik yang mempergunakan nuklir
(Suriasumantri, 2010). Nuklir merupakan salah satu pilihan yang tepat digunakan
untuk mengatasi krisis energi (Alimah & Dewita, 2008). Nuklir yang merupakan
bagian dari ilmu fisika dengan teori fisika inti dapat saja membahayakan
lingkungan sekitar, tetapi kebanyakan masyarakat tidak meninjau kembali proses
dari dampak pemanfaatan nuklir tersebut. Oleh karena itu, ilmuwan menjadi
sesuatu yang imperatif dengan latar belakang pengetahuan yang cukup untuk
menempatkan masalah tersebut pada proporsi sebenarnya,
sehingga mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan bahaya
pemanfaatan nuklir bagi lingkungan kepada masyarakat dengan bahasa yang
dapat dicerna (Suriasumantri, 2010).
2) Masalah yang kurang dimengerti oleh masyarakat, sehingga masyarakat bersifat
ekstrim. Salah satu sisi, masyarakat bisu disebabkan ketidaktahuan, tetapi sisi
lain masyarakat dapat bersifat radikal dan irasional. Contohnya, adanya
keinginan dari masyarakat untuk menghancurkan sistem tenaga listrik tersebut
dengan apapun alasan eksitensinya. Oleh karena itu, ilmuwan bertanggung jawab
untuk memberikan perspektif yang benar, sehingga adanya penyelesaian
(Suriasumantri, 2010).
3) Masyarakat yang telah menyadari adanya masalah, tetapi masalah tersebut
belum muncul ke permukaan dan belum adanya dukungan, sehingga ilmuwan
harus tampil ke depan dan mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-
masalah tersebut. Hal ini dikarenakan ilmuwan mempunyai kemampuan untuk
bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya
(Suriasumantri, 2010). Contohnya, bahaya radiasi handphone bagi kesehatan.
Masyarakat telah menyadari adanya masalah dari radiasi handphone bagi
kesehatan, tetapi efek tersebut belum terlalu muncul ke permukaan. Dewi (2015)
memaparkan bahwa gelombang elektromagnetik pada handphone dapat
14

mempengaruhi kadar glukosa darah. Pengaruh tersebut diperlihatkan dengan


terpicunya HPA-axis oleh stressor yang dihasilkan gelombang elektromagnetik,
yang akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan glukosa darah.
4) Masalah baru yang akan timbul disebabkan proses yang sekarang sedang
berlangsung, sehingga ilmuwan mempunyai peran untuk meramalkan apa yang
terjadi (Suriasumantri, 2010). Contohnya, masyarakat sudah biasa menggunakan
atau melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan global warming (pemanasan
global). Berdasarkan informasi dari CNN Indonesia (2018) memaparkan terkait
prediksi ilmuwan dari bidang geofisika bahwa bumi berubah menjadi padang
pasir pada tahun 2030.

Berdasarkan paparan masalah dengan peran ilmuwan dalam masalah tersebut


diketahui bahwa kemampuan pengetahuan seorang ilmuwan dapat
mempengaruhi opini masyarakat dengan penyampaian menggunakan bahasa
yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat. Oleh karena itu,
ilmuwan memliki tanggung jawab sosial dalam penelaahan ilmiah pada
penelitiannya.

Terdapat poin penting kajian aksiologi dalam pendidikan fisika sebagai berikut:
a) Menciptakan peserta didik yang memiliki kebiasaan menganalisis segala
sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan
menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat
dan memecahkan masalah dalah kehidupan sehari-hari.
b) Melatih peserta didik untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara
mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter.
c) Memberikan peserta didik dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan,
memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan
semua pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan
yang baik.
d) Mengajarkan kepada peserta didik menemukan kebenaran tentang segala
sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Belajar fisika
merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan
memecahkan masalah, menemukan akar persoalan yang terdalam,
menemukan sebab dari suatu permasalah.
15
26

e) Estetika dalam pembelajaran fisika terdapat pada karya yang dihasilkan


peserta didik. Bahwa selain pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
fisika akan mengembangkan pembelajaran berbasis proyek. Hasil karya
berupa teknologi, desain, dan mesin sederhana diharapkan dapat
mengembangkan nilai estetika dalam karakter peserta didik.

III. PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Aksiologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai
atau norma-norma terhadap sesuatu ilmu dan merupakan teori tentang nilai, baik dan
buruk menurut manusia
2. Aksiologi terbagi tiga bagian : etika, estetika, kehidupan sosial politik.
3. Aksiologi dalam pendidikan mewacanakan pendidikan yang beretika dan berestetika,
beretika bahwa didalam pendidikan terdapat moral sebagai argumen dalam setiap
tindakan dan agar praktik pendidikan tumbuh dan berkembang dijalur kebenaran.
Berestetika bahwa setiap proses pembelajaran keseluruhannya dibangun atas nilai
estetika
4. Aksiologi dalam pendidikan fisika menjelaskan bahwa ilmu fisika diajarkan tidak
hanya berorientas kefahaman materi, tetapi sampai pada meningkatkan kualitas
berfikir, kemandirian berpikir, dan membangun pribadi yang berkarakter
16

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T. (2006). Filsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya.

Blackburn, S. 2016. Dictionary of Phylosophy. Oxford: Oxford University Press.

K. Bertens. (2000). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lebe, E.F. (2015). Aliran Fisafat Ilmu yang Mempengaruhi Konsep Fisika
(Mekanika). Diakses 22 November 2022
http://eduarduslebe.blogspot.com/2015/11/aliran-filsafat-yang-
mempengaruhi.html?m=1

Matthews, M. R. (1994). Science teaching: The role of history and philosophy of


science. Psychology Press.

Satriawan, M. (2020). Kajian Aksiologi: Elaborasi Nilai-Nilai Moral Dalam Konsep


Mekanika Sebagai Upaya Untuk Membentuk Generasi Emas Yang
Berkarakter. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Sinar Harapan.
17

Thompson, M. 2012. Understand philosophy of science. London: Hodder


Education.

Anda mungkin juga menyukai