Anda di halaman 1dari 13

Aksiologi Sains : Metedologi Sains dan Nilai - Nilai Sains

Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok mata kuliah


Disusun oleh: Kelompok 11

1. A.Febriansyah Ilham ( 1930207094 )


2. Ria Indriani ( 1930207086 )

Dosen Pembimbing : Novia Ballianie, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Maha


Penyanyang.Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dari kelompok
11dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan
Ilmu Pengetahuan untuk Biologi. Makalah yang kami susun ini berjudul
“Aksiologi Sains : Metedologi Sains dan Nilai - Nilai Moral”.

Kami dari kelompok 11 selaku penyusun makalah ini mengucapkan


banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan untukbiologi yang telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan makalah kami ini. Kami menyadari makalah yang kami susun ini
jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran,
masukan dan kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya di masa
yang akan datang.Akhir kata Semoga makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palembang, 28
Oktober2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan
...................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Aksiologi Sains..........................................................................................3
B. Memahami Metedologi Sains....................................................................4
C. Nila - Nilai Moral......................................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah.
Dan merupakan kenyataan yang tak dapat di mungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah
dunia seperti hal membrantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai
wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia
bisamerasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman,
pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan
sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah
dan penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi.
Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja
manusia, namun kemudian di pergunakan untuk hal - hal yang bersifat negatif
yang menimbulkan malapetaka bagi umat manusia itu sendiri, seperti yang
terjadi di Bali dan Jakarta baru-baru ini. Disinilah ilmu harus di letakkan
proporsional dan memihak pada nila-nilai kebaikan manusia. Sebab, jika ilmu
tidak bepihak pada nilai-nilai, makayang terjadi adalah bencana dan
malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian
akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah
teknologi yang benar-benar dapat di manfaatkan olehmasyarakat tentu tidak
terlepas dari isi ilmunya. Seorang ilmuan akan di hadapkan pada kepentingan -
kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawah pada
persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab
seorang ilmuan haruslah "dipupuk" dan berada pada tempatbyang tepat, tanggung
jawab akademis, dan tanngung jawab moral.

1
2

Pernyataan diatas berkaitan dengan wewenang penjelasan sains, kaitan imu


dengan moral , nilai yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial
ilmuan telah menempatkan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting. Karena
itu, salah satu aspek pembahasan integrasi keilmuan ialah aksiologi ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Pemahan Aksiologi Sains?
2. Apa saja Metedologi Sains?
3. Apa saja nilai - nilai moral dalam Aksiologi sains?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahuiAksiologi Sains
2. UntukmengetahuiMetedologi Sains
3. Untuk mengetahuinilai - nilai moral.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi Sains


Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan
logos artinya teori atau limu. Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai - nilai khususnya etika. Nilai digunakann sebagai kata benda abstrak,
Dalam pengertian yabg lebih sempit seperti baik, menarik, dan bagus.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Nilai sebagai kata benda
konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai - nilai Ia sering
dipakai untuk menunjuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau
nikai dia. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai
memberi nilai atau dinilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggukanilmunya. Aksiologi adalah
istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu : axios yang berarti sesuai atau
wajar.
Sedangkan logos berarti Ilmu. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang di
idamkan oleh setiap insan.
Dari defenisi aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa
permasalahan utama adalah mengenainilai. Nilai yang di maksud adalah
sesuatu yang di miliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang di nilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan
estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai - nilai yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagai mana dijumpai
dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan simbolik atau pun fisik
material. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini di jelaskan
beberapa definisi aksiologi :
1. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.
2. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai - nilai
sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative
penelitian dan pengalian, serta penerapan ilmu.
3. Scheleer dan Langeveld memberikan definis tentang aksiologi sebagai
berikut . Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu

3
4

teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering di kontraskan dengan


deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara moral.
4. Langveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal
utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan
penilaian yang membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah
bagian fisafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia
dari sudut indah dan jelek.
5. Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai yang umumnya di tinjau dari sudut pandang
kefilsafatan.

Dalam aksiologis dibicarakan tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi


kehidupan manusia dan juga nilai - nilai yang harus dilembagakan pada setiap
dominannya. Aksiologi pada dasarnya bersifat ide dan karena itu ia abstrak
dan tidak dapat disentuh oleh panca indra. Yang dapat di tangkap dari aspek
aksiologis adalah materi atau tingkah laku yang mengandung nilai, karena itu
nilai bukan soal benar atau salah karena ia tidak dapat di uji.

B. Memahami Metedologi Sains

Sains adalah sebuah sistem yang menggunakan pendekatan yang


sistematis untuk mempelajari alam semesta. Salah satu aspek penting dari
sains yang harus dimiliki oleh setiap teori di dalamnya adalah bahwa
semua informasi yang dijabarkan itu harus berlandaskan pada data dan
dapat diulang melalui observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya.

Konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu harus berdasarkan


pada data” adalah bahwa informasi yang tidak bisa diamati menggunakan
panca indra itu tidak bisa dimasukkan ke dalam ranah sains. Sedangkan
konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu dapat diulang melalui
observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya” adalah bahwa setiap
informasi dalam sains itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Ada sebagian sumber yang menyebutkan aspek terakhir ini dengan


redaksional “dapat dihasilkan melalui observasi atau eksperimen di tempat
dan waktu yang berbeda.” Namun, sebagaimana kita hanya bisa meneliti
burung Cicinnurus Respublica di pulau Waigeo dan Batanta di Papua Barat
dan tidak di pulau-pulau selainnya, maka demikian pula kita katakan
bahwa redaksional “dapat diulang di tempat dan waktu yang berbeda”
tersebut tidaklah tepat.

Oleh karena proses observasi dan eksperimen dalam sains itu harus
bisa dibandingkan antara peneliti yang satu dan para peneliti lainnya, serta
5

setiap peneliti harus mampu menghindari preferensi pribadi, sosial, dan


pengaruh lainnya dalam merumuskan teori sains, kita membutuhkan
sebuah metodologi agar semua aspek ini terpenuhi, yang dikenal dengan
istilah metodologi sains atau metodologi penelitian.

C. Nilai-nilai Moral

Betapapun canggihnya teknologi dan berkembangnya ilmu


pengetahuan begitu pesat, namun jika tidak diintegrasikan dengan nilai-nilai
moral maka akibatnya fatal yang akhirnya akan mencelakakan manusia itu
sendiri. Sebagai contoh, manusia menciptakan bom atom, senjata pemusnah,
senjata ilmiah, dan sejenisnya yang bertujuan untuk menghantam musuh
(manusia). Makanya dibalik pengendali mesin perang itu perlu memiliki nilai-
nilai akhlak untuk melihat bagaimana nasib perang yang menggunakan senjata
canggih yang dihasilkan oleh teknologi modern. Alhasil semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan manusia, semakin canggih pula metode
pesmunahan manusia. Allah swt menciptkan manusia, tetapi manusia
melawan kodrat-Nya dengan jalan membunuhnya secara missal.
Ketika sains dan teknologi mengalami proses sekularisasi,
dikosongkan dari nilainilai ketuhanan, seperti sains Barat pada umumnya,
maka tujuan akhir dari sains itu ialah semata-mata manfaat, baik yang bersifat
fisik seperti kenikmatan, keindahan, dan kenyamanan maupun kepuasan
intelektual dan kebanggaan. Sedangkan ukuran manfaat itu bersifat relatif dan
sangat sulit dipenuhi secara hakiki. Karena itu, perkembangan sains cenderung
sangat liar dan sulit untuk dikontrol.

Di sisi lain, pikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk


menemukan dan mempertahankan kebenaran, namun sekaligus dapat juga
dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan hal-hal yang tidak
benar. Seorang manusia biasa berdalih untuk menutupi kesalahannya baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Dalih yang berbahaya
adalah rasionalisasi yang disusun secara sistimatis dan meyakinkan. Dalih
semacam ini bisa memukau apalagi bila didukung oleh sarana yang
mendukung seperti kekuasaan. Keadaan seperti ini bukan hanya berlaku di
bidang politik, namun juga di bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan
lain-lain
6

Oleh karena itu, masalah tanggung jawab moral dan sosial ilmuan
tidak dapat terlepas dari perkembangan ilmu itu sendiri dari abad ke abad.
Ilmu itu sendiri merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana ilmu bertujuan untuk
mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran dalam ilmu adalah jelas
sebagaimana yang dicerminkan oleh karakteristik berpikir. Kriteria
kebenaran pada hakikatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur
kekuasaan di luar bidang keilmuan. Artinya dalam menetapkan sutau
pernyataan apakah benar atau tidak maka seorang ilmuan akan mendasarkan
penarikan kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam
pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari
kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu. Hal ini sering menempatkan
kaum ilmuan dalam posisi yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa
yang mungkin mempunyai kriteria kebenaran yang lain.18 Sementara itu,
adanya perkembangan di bidang ilmu melalui penemuan-penemuan ilmuan
menjadi indikator adanya kebangkitan insani (the ascent of man). Hal ini
terbukti pada berbagai penemuan yang pada hakikatnya menunjukkan juga
bahwa perkembangan peradaban manusia itu survive dan mempunyai
kemampuan untuk memanipulasi lingkungannya yang pada masa lalu
lingkungan inilah yang menguasai dan menentukan arah kehudupan
manusia.19 Manusia yang berada di tengah-tengah kehidupan modern serta
sikap perilakunya yang modern, tidak lagi berobat kepada dukun bila sakit,
tetapi ia akan berobat kepada dokter, dan ia memiliki tingkat orientasi kepada
ilmu dan teknologi yang tinggi.

Dengan berpegang pada prinsip di atas maka kebenaran bagi kaum


ilmuan mempunyai kegunaan khusus, yakni kegunaan yang universal bagi
umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya. Sebagai
manusia harus bertanggungjawab terhadap apa yang telah diperbuat oleh
mereka., sementara tanggung jawab seorang ilmuan bukan saja dalam arti
normastif (misalnya erat berkaitan dengan moral yang lebih bersifat
legalistik), melainkan juga dalam arti kedudukan manusia itu di antara
manusia lainnya (sosial). Di sinilah perlu perlu penegasan bahwa secara
nasional ilmuan tidak mengabdi kepada golongan, unsur politik atau
kelompok-kelompok lainnya. Secara internasional, kaum ilmuan tidak
mengabdi kepada ras, idiologi dan faktor-faktor pembatas lainnya. Dua
karateristik di atas merupakan azas moral bagi kaum ilmuan, yakni
meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Tentu saja dalam
kenyataannya pelaksanaan azas moral ini tidak mudah, sebab sejak tahap
perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipergunakan oleh
struktur kekuasaan dari luar. Hal ini lebih menonjol lagi di negara-negara
yang sedang berkembang, karena sebagian besar kegiatan keilmuan
7

merupakan kegiatan aparatur negara.20 Oleh karena itu, tanggung jawab


moral seorang ilmuan merupakan refleksi dari kewajiban moral (moral
imperative). Hal ini bukan berarti tanggung jawab moral terpisah secara
absolut dari tanggung jawab sosial seorang ilmuan, hanya saja
tanggungjawab moral sifatnya lebih personal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai
yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam arti
tertentu, jika nilai merupakan esensi yang dapat ditangkap secara
langsung, maka sudah pasti hubungan antara nilai dengan eksistensi
merupakan bahan yang sesuai benar bagi proses pemberian tanggapan dan
memberikan sumbangan untuk memahami secara mendalam masalah-
masalah yang berhubungan dengan nilai.
Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik
procedural yang merupakan oprasionalisasi metode ilmiah dengan norma-
norma nilai.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada
masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan
penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia.
Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan
sebaik-baiknya. Dalam filsafati penerapan teknologi meninjaunya dari segi
aksiologi keilmuwan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar,Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2009.

Amyo, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : Cipta Adi pustaka, 1990.

Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan. 1990.

K. Bertens, Etika Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Kattsoff, Unsur - Unsur Filsafat, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2004.

Magnis - Susen, F. Filsafat - Kebudayaan Politik : Butir - Butir Pemikiran


Kritis, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Masri Elmasyar Bidin, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, Jakarta:
UIN Jakarta Press.

Rizal Mstansyir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.

Salam Burhanuddin, Logika Material, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta:


Renaka Cipta, 1997.

Sidi Gazalba, Sitematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Anda mungkin juga menyukai