Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Drs. Ivan Hanafi, M. Pd & Fuad Mumtas, M.T.I
Disusun Oleh :
Apriliano 1512620078
Erlangga 1512620027
Zhafira Tsabita 1512620036
Reza Sugandha 1512620043
Ayang Tria Basmallah 1512620010
Virgiawan Puguh Sopani 1512620076
Muhammad Ridwan Kurniawan 1512620029
II
Tujuan
Paper ini disusun sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis sendiri
serta para pembaca mengenai aksiologi filsafat ilmu.
III
Pembahasan
A. Pengertian Aksiologi
Secara bahasa, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang artinya
nilai dan logos yang artinya teori. Jadi Akberarti teori tentang nilai. Sedangkan
definisi atau arti kata aksiologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai
khususnya etika (https://kbbi.web.id/aksiologi). Jirzanah dalam bukunya yang
berjudul Aksiologi Sebagar Dasar Pembinaan Kepribadian Bangsa dan Negara
Indonesia mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu ilmu cabang filsafat yang
membahas tentang nilai secara teoritis sehingga Aksiologi juga disebut Theory of
Value (Teori Nilai).
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan aksiologi, diantaranya :
1. Menurut Jujun S Suriasumantri yang dikutip oleh Herdayati dan Syahrial dalam
jurnal yang berjudul Sekilas Informasi Aksiologi dalam Filsafat Ilmu, aksiologi
adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.
2. Menurut Kattsof dan Barneld aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tentang hakikat nilai yang umumnya ditijau dari sudut pandang
kefilsafatan, dengan kata lain aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang
dianggap baik di dalam tingkah laku manusia.
3. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
a. Moral conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika.
b. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan
c. Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik.
Aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya
di dalam kepribadian manusia. Aksiologi menganalisis hakikat nilai untuk
menjelaskan nilai yang obektif dan universal. Nilai Objektif adalah nilai yang
dituju oleh perasaan kejiwaan seluruh manusia. Keberadaan nilai bersifat
independen dan objektif, yaitu entitas tersendiri. Pemahaman seseorang tentang
nilai, pertimbangan tentang nilai, dan pilihan hierarki nilai akan menjadi dasar
norma moral hidup seseorang. Pilihan nilai dan hierarki nilai memang dapat
berbeda, tetapi nilai itu tetap dan tidak berubah (Jirzanah, 2018).
Aksiologi merupakan salah satu penemuan penting dalam masa filsafat
dewasa ini. Aksiologi secara mendasar mengadakan perbedaan antara hakikat
ada yang dibahas di dalam Ontologi dengan hakikat nilai. Hakikat nilai dibedakan
dari permasalahan hakikat ada sejak abad XIX. Pemikiran tentang masalah nilai-
nilai keindahan, kebaikan, dan religious sejak abad XIX telah muncul dalam
pembahasan sistematis yang berdiri sendiri, yaitu dengan melepaskannya dari
bahasan ontology. Permasalahan tentang nilai-nilai keindahan, kebaikan dan
religius sebagai objek material dibahas di aksiologi dari sudut pandang (objek
formal) pengertiannya yang terdalam, yaitu sampai pada hakikatnya.
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang
ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa
aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai
(kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi
tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti
apa itu baik (what is good). Aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan,
keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau
menemukan suatu teori nilai.
Dengan demikian aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang
mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap sesuatu ilmu.
Berbicara mengenai aksiologi dapat dijumpai dalam kehidupan seperti kata-kata
adil dan tidak adil, jujur dan tidak jujur. Salah satu yang mendapat perhatian
adalah masalah etika/kesusilaan dan dalam etika, obyek materialnya adalah
perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya
adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari
suatu perbuatan atau perilaku manusia.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu:
1. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang
lebih sempit seperti: baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk
kewajiban, kebenaran dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas
merupakan kata benda asli untuk seluruh macam kritik atau predikat pro
dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain, dan ia berbeda dengan
fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi
ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.
Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai
dan mengevaluasi.
2. Idealisme
Idealisme adalah sebuah ilmu tentang hakikat dari dunia fisik yang dapat
dimengerti dari jiwa manusia. Kata idea sendiri dapat diartikan yang ada pada
jiwa manusia. Tokoh-tokoh dalam filsafat ini adalah schelling dan hegel.
Contohnya adalah pada saat ada rapat seseorang diharapkan dapat
mengeluarkan ide atau gagasannya demi kelancaran rapat tersebut.
3. Hedonisme
Hedonisme berasal dari filsafat Yunani. Pengertian dari hedonisme sendiri
adalah sebuah pandangan hidup yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu
dapat diukur dari materi yang dimiliki. Contohnya orang yang kaya berfoya-
foya menggunakan uangnya karena berfikiran kebebasan itu pada materi.
4. Intusionisme
Intusionisme berasal dari bahasa Latin. Pandangan atau memiliki anggapan
bahwa kemampuan tinggi manusia adalah sebuah intuisi. Dapat dikatakan
filsafat ini mengukur baik serta buruknya perbuatan atau tindakan. Contohnya
seseorang memiliki penilaian yang berbeda tentang orang baik dari kebaikan
maupun keburukannya.
Dalam istilah lain dinamakan dengan sebutan moral yang berasal dari
bahasa latin mores jamak dari mos yang memiliki arti adat, kebiasaan. Dalam
bahasa arab disebut dengan sebutan akhlaq yang memiliki arti budi pekerti
dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan sebutan tata susila.
Dalam hal tersebut ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para
ahli etika, beberapa para ahli membagi ke dalam dua bagian, yakni :
a. Etika deskriptif
Etika deskriptif merupakan cara melukiskan tingkah laku moral.
misalnya: adat kebiasaan, anggapan mengenai baik atau buruk, tindakan
yang di perbolehkan atau tidak. Etika deskriptif ini mempelajari moralitas
yang terdapat pada individu dan kebudayaan. Oleh sebab itu, etika
deskriptif ini tidak memberikan penilaian apapun, ia hanya menyampaikan
atau memaparkan dan lebih bersifat netral.
Etika deskriptif dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah moral yang
meneliti cita-cita dan norma-norma yang pernah di berlakukan didalam
kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu tempat tertentu atau
dalam suatu lingkungan besar yang mencakup beberapa bangsa. Kedua,
sejarah moral yang berupaya untuk menemukan arti serta makna moralitas
dari berbagai fenomena moral yang ada.
b. Etika normative
Etika normatif ini mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat
mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau juga masyarakat itu
dengan secara lebih kritis dan dapat mempersoalkan apakah norma itu
benar atau juga tidak. Etika normatif memiliki arti sistem-sistem yang
dimaksudkan untuk dapat memberikan petunjuk atau penuntun dalam
mengambil suatu keputusan yang menyangkut baik atau buruk.
Etika normatif ini disebut dengan filsafat moral atau etika filsafati. Etika
normatif ini dapat dibagi kedalam dua teori, yakni teori
nilai(mempersoalkan sifat kebaikan) dan teori keharusan(tingkah laku).
Adapula yang membagi etika normative ini kedalam dua golongan, yakni
konsekuensialis dan nonkonsekuensialis.
Konsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan
ditentukan oleh konsekuensinya
Nonkonsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan
ditentukan oleh sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan tersebut
atau ditentukan oleh sifat-sifat hakikinya oleh keberadaan yang sesuai
dengan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip tertentu.
2. Estetika
Estetika adalah salah satu cabang ilmu fisafat yang mempersoalkan
seni serta keindahan. Istilah estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang
berarti pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Estetika
memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa, selera, kreasi serta
apresiasi mengenai suatu keindahan.
Secara ilmiah, estetika didefinisikan sebagai ilmu mengenai nilai-nilai
yang dihasilkan dari emosi-sensorik yang biasa dikenal dengan sebutan
sentimentalis atau cita rasa (selera). Secara luasnya, estetika didefinisikan
sebagai refleksi kritis tentang seni, budaya, dan alam. Estetika dikaitkan
dengan aksiologi sebagai cabang filsafat dan juga diasosiasikan dengan
filsafat seni.
Estetika dibagi dalam dua bagian, yakni :
Estetika deskriptif menguraikan serta melukiskan fenomena-fenomena
pengalaman keindahan
Estetika normatif mempersoalkan serta menyelidiki hakikat, dasar, dan
ukuran pengalaman keindahan.
Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik,
dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan
ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu
ilmu dikembangkan. Ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian
akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu menjadi sebuah teknologi yang benar-
benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidaklah terlepas dari si ilmuwannya.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk
kemudahan bagi manusia. Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh
para ilmuwan, apakah itu berupa teknologi, maupun teori-teori emansipasi
masyarakat dan sebagainya itu, masalah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai
agama, nilai adat dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab lain yang
berkaitan dengan penerapan teknologi di masyarakat yaitu menciptakan hal positif.
Kadangkala teknologi berdampak negatif, misalnya masyarakat menolak atau
mengklaim suatu teknologi bertentangan atau tidak sejalan dengan keinginan atau
pandangan-pandangan yang telah ada sebelumnya, seperti rekayasa genetik (kloning
manusia) yang dapat bertentangan dengan kodrat manusia atau ajaran agama. Maka
ilmu pengetahuan haruslah terbuka pada konteksnya , dan agamalah yang menjadi
konteksnya itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni
memahami realitas alam, dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi
sadar pada hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan
“melulu” pada praxis, pada kemudah-mudahan material duniawi saja. Dalam
kenyataannya tidaklah mudah bagi ilmuwan untuk memikul tanggung jawab sosial di
bahunya. Tetapi seorang ilmuwan yang dikaruniai kecerdasan intelektual dan memiliki
nilai-nilai moral yang luhur akan dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik demi
kelangsungan kehidupan manusia di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jirzanah, Aksiologi Sebagai dasar Pembinaan Kepribadian Bangsa dan Negara
Indonesia (2018)
Ahmad Tafsir, filsafat ilmu, (Bandung:Rosdakarya, 2006), hlm. 37
Uyoh Sadulloh, Op. Cit., hlm. 38-39
Suci Rahmadani, State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau, Jurnal Aksiologi
dalam Pendidikan (2018)
Herdayati dan Syarial, Raden Fatah Dtate Islamic University, Jurnal Sekilas Informasi
Aksiologi dalam Filsafat Ilmu : Objek (Identifikasi) Aksiologi (2020)
https://www.kompasiana.com/elysaikma6287/5e86d92971d69614e21f9ef2/objek-
kajian-aksiologi-beserta-aliran-alirannya
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/rahmah56009/5fa5efaa8
ede48689056b4a2/identifikasi-objek-aksiologi-dalam-filsafat-ilmu
https://www.researchgate.net/publication/338933949_Sekilas_Informasi_Aksiologi_d
alam_Filsafat_Ilmu_Objek_Identifikasi_Aksiologi
https://www.kompasiana.com/nabilaaulia8299/5da2eb48097f363ba91c3df5/filsafat-
aksiologi#:~:text=Aspek%20aksiologi%20filsafat%20membahas%20tentang,manusi
a%20yaitu%20etika%20dan%20estetika.
https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/pengertian-aksiologi-dan-aspek-
aspek-serta-isu-aksiologi/
https://kobi-id.org/contoh-ontologi-epistemologi-aksiologi/
https://guruppkn.com/contoh-kasus-ontologi