Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
PROGRAM STUDI
MAGISTER PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT. kita memuji, meminta
pertolongan, meminta ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung
kepada Allah SWT. dari kejahatan diri dan keburukan perbuatan kita. Siapapun
yang diberi petunjuk oleh Allah SWT., maka tidak ada yang bisa
menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang bisa
memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi bahwa tiada Ilah yang hak untuk
disembah selain Allah SWT. dan tiada sekutu baginya. Dan Kami bersaksi bahwa
Muhammad SAW. adalah hamba dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah firman Allah SWT. dan
sebaikbaik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW. Seburuk-buruk
perkara adalah yang ditambah-tambah dan setiap yang ditambah-tambah adalah
bid’ah. Setiap yang bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan masuk neraka (HR.
Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Filsafat Ilmu – Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu” tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu oleh Bapak SIGIT
WIDIYARTO, M.Pd
. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak demi
penyempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, terutama menambah wawasan mengenai filsafat ilmu pada
umumnya dan Aksiologi atau nilai kegunaan ilmu pada khususnya.
Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Makna Aksiologi............................................................................................3
C. Landasan Aksiologi........................................................................................8
D. Komponen Aksiologi...................................................................................13
E. Kegunaan Aksiologi....................................................................................18
A. Kesimpulan..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk berpikir. Dan kekshasan manusia berada pada adanya hasrat untuk
semesta, sosial dan kealaman, yang kompleks untuk dapat terlepas dari
khalifah Allah di bumi. Cagito ergo sum, aku berpikir maka aku ada. Berpikir
filsafat.
perenungan ilmiah yang bersandar pada rasio atau akal dan penalaran. Filsafat
mempertanyakan tentang apa yang ada maupun yang mungkin ada, sehingga
filsafat memiliki ciri khas yang mendalam. Kedalaman pertanyaan inilah yang
jelas merumuskan dan menentukan apa yang hendak dikaji, bagaimana cara
1
hendak dikaji disebut dengan istilah ontologi, bagaimana cara
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Aksiologi
etika. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang
lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian
kebenaran dan kesucian. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika
kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk
kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia. Nilai juga dipakai
sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu; axios
yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Menurut John Sinclair, dalam
lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang
3
2. Menurut Wibisono, aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan
bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia
kefilsafatan.
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan
estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam
kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib
4
dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di
tertentu. Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan logika, etika, estetika.
logika akan diperoleh sebuah keruntutan. Etika akan berbicara mengenai nilai
kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan
tidak baik. Adapun estetika akan mengupas tentang nilai keindahan atau
Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif akan sangat
pada perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Nilai akan subjektif bila subjek sangat berperan dalam segala hal.
Sementara nilai objektif, jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran
memiliki nilai subjektif, tetapi lebih pada nilai ‘objektif’ sebab nilai ini tidak
dan teknologi. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri peradaban manusia
berhutang budi pada sains dan teknologi. Berkat sains dan teknologi
5
pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah.
awal ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Selain itu, ilmu juga sering
teknologi.
Namun apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan
sumber energi bagi keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa
malapetaka.
6
dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini, para
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu
kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni Ilmu secara faktual
keilmuwan.
Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti
pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial. Berkenaan dengan
nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat
bagi seluruh umat manusia. Dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah
dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip
apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat
manusia. Kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, kita tidak
bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu karena ilmu itu sendiri
pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk
7
C. Landasan Aksiologi
kehidupan manusia dan juga nilai-nilai yang harus dilembagakan pada setiap
dominannya. Aksiologi pada dasarnya bersifat ide dan karena itu ia abstrak
dan tidak dapat disentuh oleh panca indra. Yang dapat ditangkap dari aspek
aksiologis adalah materi atau tingkah laku yang mengandung nilai. Karena itu
nilai bukan soal benar atau salah karena ia tidak dapat diuji. Ukurannya
sangat subjektif dan objek, kajiannya adalah soal apakah suatu nilai
dekehendaki atau tidak. Berbeda dengan fakta yang juga abstrak namun dapat
kebenarannya. Pengukuran benar dan salah dari suatu fakta dapat dilakukan
(untuk apa) ilmu bagi manusia?”. Dalam konteks ini, dapat ditambahkan
yang dijawab oleh ilmu itu sendiri, melainkan harus dijawab oleh manusia di
balik ilmu itu. Jawabannya adalah bahwa pengetahuan ilmiah harus dibatasi
8
Namun, jadi, sejauh mana hak kebebasan untuk meneliti? Hal ini merupakan
rasional atau yang paling ideal sebagai kriteria. Dari berbagai corak aliran ini
maka hubungan antara nilai dan fakta dapat diselidiki melalui tiga hal.
yang menyatakan bahwa nilai merupakan esensi logis dan substantif yang
tidak ada kaitannya dengan status atau tindakan eksistensi dalam realitas.
Ketiga, aliran objektif metafisis yang menyatakan nilai adalah norma ideal
yang mengandung unsur integral objektif dan aktif dari kenyataan metafisik.
erat dengan kaitan ilmu dan moral. Hal ini telah lama menjadi bahan
pembahasan para pemikir antara lain Merton, Popper, Russel, dan pemikira
lainnya. Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan dengan hal tersebut
adalah : apakah itu bebas dari sistem nilai ? Ataukah sebaliknya, apakah itu
dari para ilmuwan. Ada dua kelompok ilmuwan yang masing-masing punya
harus bersifat netral terhadap sistem nilai. Menurut mereka tugas ilmuwan
9
untuk apa, terserah pada yang menggunakannya, ilmuwan tidak ikut campur.
azas-azas moral.
kehidupan.
10
2. Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin dalam metoda
universal.
tidak cukup bila hanya dibahas dari tinjauan aksiologi semata. Tinjauan
yang menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnya
adalah proses dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan
dinilai apakah sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya: Logis, bukti
11
nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat, konsisten
dengan lainnya.
dipahami sebagai etika. Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (singular)
sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang
ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang
dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral
moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that
Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos, yang apabila dalam
bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri
pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar
SM.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika secara lebih
12
D. Komponen Aksiologi
1. Etika
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung
Selanjutnya, utilitarisme
adalah suatu pemikiran yang menganggap bahwa sesuatu yang baik adalah
teori adalah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoretis.
Etika berada dalam setiap faktor kehidupan manusia, meski tidak selalu
13
komunikasi antar budaya, periklanan, humas, jurnalistik, pers, dan
mempelajari nilai dan landasan bagi penerapannya. Hal ini pantas atau
tidak pantas, baik atau buruk. Sebuah etika tidak akan lagi mempersoalkan
namun kemudian kita tidak dapat mengatakan bahwa sebuah etika akan
seseorang apa yang harus dilakukannya pada situasi tertentu. Teori etika
Tidak akan dapat dikatakan bahwa etika adalah sesuatu yang benar dan
tidak benar, tetapi etika lebih memandang pada pertimbangan yang relevan
untuk suatu alasan berkaitan dengan tindakan yang akan diambil oleh
seseorang. Bukan berarti bila seseorang berperilaku tidak pantas itu adalah
salah dan berperilaku pantas itu benar, tetapi sejauh mana alasan dari
etis dan tidak etis sering sekali kita jumpai dalam peristiwa sehari-hari.
Pengungkapan ini akan sangat dekat dengan makna pantas atau tidak
Namun demikian, suatu etika bersifat relatif atau tidak mutlak, yang berarti
bahwa dalam waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda untuk satu
etika dengan subjek sama, tidak akan mungkin sama persis. Kita
14
contohkan ketika kita melihat budaya kumpul kebo pada budaya barat,
yang etis dan wajar-wajar saja, tetapi dalam budaya timur seperti
Indonesia, kumpul kebo dianggap sebagai sesuatu yang tidak etis atau
Madura adalah suatu ungkapan etis, tetapi bagi masyarakat di luar itu
2. Estetika
akan menyangkut perasaan, dan perasaan ini adalah perasaan indah. Nilai
juga isi atau makna yang dikandungnya. Dengan demikian sebuah estetika
sepihak. Sebagai ilustrasi bahwa wanita cantik belum tentu indah, karena
sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakan kenikmatan.
sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita
dalam hal komunikasi. Komunikasi juga dapat dilihat dari sisi estetikanya.
15
Warner J Saverin dan James Tankard Jr mengatakan bahwa komunikasi
majalah, serta menampilkan teras berita yang menarik dan mengena untuk
kisah berita. Ia adalah ilmu yang mencakup asas-asas yang dapat diuji
E. Kegunaan Aksiologi
salah jika banyak orang mengatakan bahwa ilmu sudah tidak berpihak
16
demi sedikit, setapak demi setapak, melainkan melalui lompatan-lompatan
terjadinya revolusi industri pada akhir abad 19, yang bermula di Inggris.
justru menjadi bumerang bagi kemanusiaan itu sendiri, dan terlempar jauh
ilmu. Banyak orang mulai bertanya untuk apa ilmu itu harus dipergunakan
dan ke arah mana ilmu harus diarahkan. Tentu untuk menjawab pertanyaan
ini orang harus melihat lagi tentang hakikat moral. Inilah pertanyaan
banyak dibahas antara lain bahwa apakah selalu ilmu itu bebas nilai atau
tidak bebas nilai. Tentu tidak ada orang yang meragukannya kalau ilmu itu
17
sendiri bernilai. Nilai ilmu terletak pada manfaat yang diberikannya
ilmu sebagai sebuah nilai adalah sesuatu yang bernilai dan masih bebas
nilai. Akan tetapi setelah ilmu digunakan oleh ilmuwan, ia menjadi tidak
bebas nilai, hal ini disebabkan sejauh mana moral yang ada pada ilmuwan
hakikat ilmu. Banyak peran yang menjadi tanggung jawab sosial terhadap
ilmu yang dimiliki. Sikap sosial ilmuwan harus selalu konsisten dengan
lain:
perhatian.
memberikan contoh.
18
Sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan merupakan isu
yang dianggap cukup penting dalam filsafat ilmu, terutama sekali jika kita
harus bebas nilai. Di pihak lain ada juga yang beranggapan bahwa ilmu
berdampak bahwa kegiatan ilmiah berjalan atas dasar hakikat ilmu itu
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat
19
bagi seluruh umat manusia. Dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah
yang disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu
merupakan kesalahan ilmu karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, lagi pula ilmu memiliki sifat
netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai
dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau
b. Filsafat sebagai pandangan hidup. Dalam hal ini, semua teori ajarannya
menjalani kehidupan.
20
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup
ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu,
setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung maka dapat diasumsikan
bahwa batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila
paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya
kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib
21
Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan logika, etika, estetika.
logika akan diperoleh sebuah keruntutan. Etika akan berbicara mengenai nilai
kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan
tidak baik. Adapun estetika akan mengupas tentang nilai keindahan atau
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, W., & Muliono. (2020). Filsafat Ilmu: Cara Mudah Memahami Filsafat
Hakim, A. A., & Sabeni, B. A. (2018). Filsafat Umum dari Metologi sampai
Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017, Juli). Aksiologi Filsafat Ilmu dalam
22
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.
Yayasan Obor.
Aditama.
23