LATAR BELAKANG
al-Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan yang sempurna merupakan suatu
nama pilihan Allah yang sangat tepat untuk zaman sekarang, karena masyarakat pra-
Islam sebelumnya tidak memiliki kemampuan aksara, apalagi karya tulisan.
Umumnya tulisan yang berkembang ketika itu ditulis dengan media bebatuan yang
didalamnya terdapat berbagai dialek yang kemudian bermetaformorsis menjadi bahasa
Arab1
al-Qur’an pulalah sumber dari pelbagai ilmu yang selalu munasib sepanjang
2
zaman , oleh sebab itu dari zaman ke zaman para ulama berusaha menafsirkan al-
Qur’an sesuai pada keadaan zamannya masing-masing namun tetap berlandaskan al-
Qur’an dan Hadis.
1
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Tradisi Literasi Di Peradaban Islam( Ciputat:Pustaka compass) h.1
2
Yuyun Affandi, Konsep Demokrasi menurut pandangan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar(Semarang: IAIN
WaliSongo, 2010) h. 11
3
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Qur’an Karim( Beirut: Dar al-fikr, 1981) h. 252
4
Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia( Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2009 )h. 123
5
Q.S an-Nur( 24 ): 45
6
Q,S al-Fathir( 35 ): 45
7
Q.S an-An’am( 6 ): 8
8
Sinta sasika novel, S.Si, Kamus Biologi SMA( Jakarta Selatan: Gagas Media )h. 408
9
Andi Ikbal Burhanuddin, Vertebrata Laut( Yogyakara: Deepublish, 2016)h. 85
10
Ibid
Selain hewan, nyatanya manusiapun termasuk dalam golongan Dabbah karena
ia sama-sama makhluk hidup yang melata di bumi. Hal ini dengan QS. Hud/11: 6
yang berbunyi
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata” (Lauh Mahfuzh).
Namun, yang membedakan manusia dengan hewan adalah hewan tidak mampu
berpikir, mengembangkan diri, merasakan keindahan dan sebagainya yang hanya
mampu dilakukan dan dirasakan oleh manusia11
Makna lain dari Dabbah bukan hanya hewan melata semata, melainkan lebih
dispesifikkan menjadi binatang melata yang menjadi pertanda akhir zaman 12. Pada
hari ketika kerusakan semakin meluas, perbuatan munkar sudah sangat umum bagi
manusia, terjadinya bias antara Mukmin dan Munafik, Benar dan Salah, serta Mukmin
dan Kafir sangat sukar untuk dibedakan lagi, Allah akan Mengizinkan Dabbah
tersebut untuk membedakan manusia13. Dalam al-Qur’an-pun menjelaskan tentang
Dabbah dalam QS. al-An’am yang notabene merupakan satu-satunya ayat yang
menjelaskan bahwasanya Dabbah ini merupakan jenis dari binatang melata yang
menjadi pertanda akhir zaman yang berbunyi
“Dan apabila Perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang
melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya
manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”
11
Machasin, Menyelami kebebasan manusia: Telaah kritis terhadap konsepsi al-Qur’an( Yogyakarta: 1996 )h,
120
12
Mahir Ahmad Ash-Shufiy, Tanda-tanda Kiamat Tanda-tanda besar( Solo: Tiga serangkai: 2007 )h, 118
13
Ibid h, 117
Dabbah digambarkan oleh sebagian ulama dengan; memiliki tubuh besar
sehingga mampu menempuh jarak yang jauh, memiliki bulu yang warna-warni, dapat
membedakan kafir dan mukmin. Banyak dari kalangan ulamapun meriwayatkan
tentang ciri-ciri Dabbah, namun penulis hanya menemukan Atsar14, Ibnu Abbas r.a.
menggambambarkan tentan sosok Dabbah ini dengan mengatakan “Dabbah itu
memiliki rambut dan bulu yang memiliki semua jenis warna dan memiliki empat
kaki.” Beliaupun berkata kembali, “Dia ( Dabbah ) mengandung semua jenis warna
hewan pada umumnya dan memiliki karakter smua umat. Yang dimaksud karakter
smua umat ini adalah fasih berbicara dngan manusia dalam berbagai bahasa.”
Dalam al-Qur’an binatang merupakan salah satu tema yang di bahas. Bahkan
sebagian diantaranya dijadikan sebagai nama surat seperti surat al-Baqarah, surat an-
Nahl, surat al-Ankabut, surat al-Fiil, dan surat lainnya. Selain dijadikan nama surat,
nyatanya terdapat kisah dibalik penggunaan nama binatang pada surat dalam al-
Qur’an. Sehingga penokohan dalam al-Qur’an tidak hanya dari manusia saja, tetapi
terdapat pula malaikat, jin, dan berbagai jenis binatang 15. Namun, ketika menjelaskan
tentang binatang hampir sebagian besar disebutkan nama dan jenis binatang tersebut
dan di jelaskan cukup jelas, lain halnya dengan kata dabbah yang tidak diterangkan
mengenai jenis dan bentuknya.
14
Ibid
15
Umar Shidiq, “Urgensi Qasas al-Qur’an Sebagai Salah Satu Metode Pembelajaran Yang Efektif Bagi Anak,”
Jurnal Cendekia 1 (2011)h, 115
dengan kondisi dan lingkungan mufassir tersebut, baik mufassir klasik maupun
mufassir modern.16
Ali Suleiman Ali telah meneliti lebih jauh terhadap khazanah perkembangan
awal tafsir di dunia Islam. Alhasil, ia membuat pembagian kemunculan dan
perkembangan tafsir Al-Qur’an di dunia islam secara umum yang didasarkan ke
dalam empat generasi. Periode pertama yaitu pada awal abad hijriyah Nabi
Muhammad SAW-lah tempat bertanya dari segala macam permasalahan, terutama
mengenai tafsir Al-Qur’an. Periode kedua yaitu terjadi setelah Nabi wafat, sebelum
wafat Beliau telah memilih sebagian sahabat yang lebih menonjol dalam hal
pengetahuan Al-Qur’an dalam tiga cara. Pertama, beliau mengirim Mereka ke
beberapa kota untuk mengajarkan Islam dan Al-Qur’an. Kedua, Nabi akan memuji
kepada sahabat tertentu. Ketiga, Nabi akan bertanya kepada sahabat tertentu mengenai
fatwa (pendapat hukum) di hadapannya. Periode ketiga yaitu pada akhir abad kedua
Hijriyah para murid sahabat yakni tabi’in telah meninggal dan tidak meninggalkan
suatu karyapun yang didedikasikan khusus untuk interpretasi Al-Qur’an, barulah pada
abad paruh kedua Hijriyah para sarjana muslim mulai menyusun karya berdasarkan
Al-Qur’an sesuai dengan spesialisasi dan minat. Periode keempat terjadi pada abad
ketiga dan keempat Hijriyah dimana pada abad inilah pertama kalinya terbit sebuah
kitab tafsir yang lengkap seperti kitab tafsir Ath-Thabari dan tafsir Jami Al bayan.
Periode kelima terjadi selama masa kemunduran muslim atau sekitar 1750 sampai
abad 20-an dimana didalam penafsirannya ditambahkan pendekatan rasional,
intelektual, ilmiah, retoris, filologis, tradisional, dan yang berkaitan dengan sejarah
alam, pernyataan ini berangkat dari fakta bahwasanya pada zaman modern, ilmu
pengetahuan pendekatan sangat menganjurkan bahwa Al-Qur’an harus dipahami dari
sudut pandang ilmu pengetahuan modern. Salah satu karya kunci yang mewakili tren
ini adalah Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Karim oleh Syekh Jawhar Tantawi17.
Penulis memilih Jami al Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an atau yang lebih dikenal
dengan tafsir Ath-Thabari karya Imam Abu Ja’far bin jarir ath-thabari karena
merupakan tonggak awal serta acuan untuk para penafsir selanjutnya dalam penulisan
kitab tafsir, serta merupakan kitab tafsir yang komprehensif karena di dalamnya
memuat hadis-hadis nabi Muhammad SAW, perkataan Sahabat, dan Tabi’in
terdahulu18.
Berdasarkan penelitian dan pengumpulan data yang dilakukan oleh para sarjana
Muslim dapat disimpulkan bahwa perkembangan mufassir didunia, hasil penelitian
Mereka, menemukan bahwa mufassir selalu menyesuaikan perannya masing-masing
berdasarkan kondisi sosio-historis yang berbeda. Sehingga ada andil besar dalam arah
penafsiran terhadap ayat yang akan ditafsirkan.
B. Identifikasi Masalah
1. Pada dasarnya hampir seluruh ayat Dabbah dalam Al-Qur’an memiliki arti
binatang melata, namun hanya pada surat an-naml ayat 82 sajalah yang
menjelaskan bahwasanya Dabbah merupakan binatang melata pertanda akhir
zaman. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa hanya pada ayat ini saja
Dabbah diartikan sebagai tanda akhir zaman?
2. Sebagian besar kamus mengartikan Dabbah sebagai binatang melata namun
didalam tafsir al-Azhar diterangkan bahwasanya ayat Dabbah pada surat as-
syura ayat 29 bahwasanya Dabbah tidak hanya diartikan sebagai binatang
melata yang cenderung hidup di tanah, namun meliputi makhluk hidup yang
ada diudara, laut, dan tanah. Yang menjadi tanda tanya besar adalah mengapa
ada peebedaan makna mengenai Dabbah tersebut?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian
skripsi ini akan dibatasi pada masalah poin ke-2 terkait bagaimana penafsiran para
ulama dunia terkait dengan ayat-ayat Dabbah di dalam Al-Qur’an dengan
menggunakan periodesasi klasik-modern yang dijabarkan oleh Seyyed Hossein Nasr.
Oleh karna itu kitab tafsir yang menjadi rujukan penelitian ini adalah Tafsir Jami al
Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an atau lebih dikenal dengan Tafsir ath-Thabari karya Abu
Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari, Tafsir Fi
19
Ibid h, 16
20
Ibid h, 16
Zilalil Qur’an karya Sayyid Qutb Ibrahim Husain Saydzili, Tafsir Jawahir Fi Tafsir Al-
Qur’an Karim karya Syekh Jawhar Tantawi. Kemudian agar pembahasannya tidak
melenceng dan lebih sesuai kepada tema yang diangkat, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut: Mengapa ada perluasan makna mengenai Dabbah tersebut?
D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian ini bertujuan untuk
memberikan sebuah pemahaman yang sempurna mengenai konsep keyakinan terhadap
sang Khalik yang terdapat pada ayat-ayat tentang Dabbah dalam kitab tafsir karya
ulama-ulama di dunia. Diantara tujuan penelitian sebagai berikut:
21
Roudhotul Jannah, “Dabbah Dalam Al-Qur’an (Studi Penafsiran Tantawi Jauhari Dalam Tafsir al-Jawahir fi
Tafsir al-Qur’an al-Karim)”, ( Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2016)
22
Ojak Manurung, “Pengetahuan Biologi Dalam Al-Qur’an”, Jurnal Waraqat Vol, 2 (2017)
23
Sulaiman Ibrahim, “Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Perspektif Al-Qur’an: Kajian Tafsir Maudu’iy”, Jurnal
Ilmiah Al-Jauhari Vol, 1 No 1 (2016)
24
Rukmanasari, “ Hari Kiamat Dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Terhadap Q.S. Al-Qari’ah”, (Skripsi S1 Fakultas
Ushuludin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, 2013)
25
Soleh Bin Che’had, “ Penafsiran Ayat Tentang Hari Kiamat Menurut Umar Sulaiman ‘abdullah Al-Asyqar”,
(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2018)
26
Rifki Yunanda, “ Fauna Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Ilmi Kemenag LIPI’, (Skripsi S1 Fakultas
Ushuludin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung, 2018)
Penelitian yang dilakukan Syahbandar Eka Wijaya tahun 2020 mengenai
Pesan Moral Dalam Amtsal Al-Qur’an Pada Hewan (Studi Analisis
Komparatif Tafsir al-Qurtubi dan al-Misbah) yang menjelaskan secara garis
besar bahwasanya penggunaan hewan dalam Amtsal Al-Qur’an memiliki
manfaat masing-masing dalam ilmu penelitian27.
Penelitian yang dilakukan Eka Wahyu Safitri tahun 2019 tentang
Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 49 Tentang Kehidupan Di Planet
Selain Bumi yang secara tidak langsung menyatakan adanya kemungkinan
kehidupan di planet selain bumi dengan diwakili kata Dabbah dalam surat Q.S.
Asy-Syura ayat 29 dan Q.S. An-Nahl ayat 4928
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini ditulis dengan menggunakan model penelitian kualitatif,
dengan cara mengadakan penelusuran terhadap tiga karya ulama, yaitu
Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Fi Zilalil Qur’an, dan Tafsir Jawahir Fi Tafsir
Al-Qur.an Karim, juga hasil karya-karya ilmiah yang terkait dengan
pembahasan makna Dabbah. Dengan kata lain jenis penelitian ini adalah
Library Research (Studi Kepustakaan)
2. Sumber Data
Untuk penelitian ini, penulis mengambil tiga kitab tafsir ulama sebagai
rujukan primer (Primary Resources), yaitu: Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Fi
Zilalil Qur’an, dan Tafsir Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Karim. Kemudian
yang menjadi rujukan sekunder (Secondary Resources) adalah tulisan-
tulisan mufassir yang terkait dengan pembahasan di atas serta buku-buku
ilmiah, artikel, jurnal, skripsi,dan tesis dengan pokok pembahasan dalam
penelitian ini dan dianggap penting untuk di jadikan tambahan referensi.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data dari sumber-
sumber bahan yang berkaitan langsung dengan tema penelitian ini.
4. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, data-data yang telah ditelusuri dan didapatkan
akan diproses dan diolah sebagai berikut:
a. Deskripsi
Mengumpulkan data dan mengelompokkan ayat-ayat tentang
Dabbah dengan menggunakan kamus alfabetis agar memudahkan
dalam pencarian kata Dabbah serta bentuk derivasi katanya.
27
Syahbandar Eka Wijaya, “ Pesan Moral Dalam Amtsal Al-Qur’an Pada Hewan (Studi Analisis Komparatif
Tafsir al-Qurtubi dan al-Misbah)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuludin UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2020)
28
Eka Wahyu Safitri, “ Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 49 Tentang Kehidupan Di Planet Selain Bumi”,
(Skripsi S1 fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2019)
b. Analisis
Menganalisis menggunakan metode muqarran dengan tahapan
sebagai berikut: langkah awal mencari kata Dabbah dalam Al-
Qur’an, kemudian menelusuri kitab tafsir dari ketiga ulama, baik sisi
latar belakang hidupnya maupun latar belakang penulisan tafsirnya.
Selanjutnya mengelompokkan kata Dabbah berdasarkan pembacaan
terhadap ketiga karya ulama dengan membuat pengelompokkan.
Terakhir mendialogkan teks penafsiran dengan konteks sosio kultural
dari masing-masing mufassir.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan tersusun secara sistematis dan rapi sesuai dengan
pedoman penulisan karya skripsi, maka penulis menyusun sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, berisi tentang pendahuluan. Bab ini meliputi latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, kajian
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi tentang uraian gambaran umum Dabbah yang terdiri
dari tiga sub bab, yaitu: definisi Dabbah, macam-macam Dabbah dan
klasifikasi kronologi turunnya ayat.
Bab ketiga, berisi tentang uraian kitab tafsir ulama. Dalam hal ini
penulis membagi ke dalam tiga sub bab yaitu: sekapur sirih Tafsir Jami’ al-
Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, Tafsir Fi Zilalil Qur’an dan Tafsir Jawahir Fi
Tafsir Al-Qur’an Karim yang kemudian, masing-masing dibagi ke dalam sub
bab yaitu biografi, karya-karya, latar belakang penafsiran serta corak
penafsiran.
Bab keempat, menjelaskan tentang kontekstualisasi penafsiran para
ulama atas makna Dabbah yang terdiri dari empat sub bab yaitu Tafsir Jami’
al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, Tafsir Fi Zilalil Qur’an dan Tafsir Jawahir Fi
Tafsir Al-Qur’an Karim lalu mendialogkan teks dengan konteks
Bab kelima, berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan, yaitu
jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah serta berisi
saran-saran mengenai penelitian yang dapat dilakukan untuk mengisi
kekosongan dan kekurangan pada penelitian yang terkait.