Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAFSIR AYAT TENTANG DABBAH


Mata kuliah : Tafsir Ayat Dan Akidah
Dosen pengampu : Dr. Ahmad Hakim M.Ag

Disusun Oleh :
Mahfudh Purbo Jati (2204016050)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


PROGRAM STUDI AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Tafsir Ayat Akidah yang berjudul “DABBAH”.

Adapun makalah ini “Tafsir Ayat Tentang Dabbah” ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan banyak pihak, sehingga dapat
melancarkan proses pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ilmiah “Tafsir Ayat


Tentang Dabbah” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda saya tunggu
untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Semarang, 20 April 2023


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran juga merupakan sumber dari segala macam ilmu, apapun
itu nasib buruk sepanjang waktu. Oleh karena itu, para ulama dari waktu
ke waktu berusaha menafsirkan Al-Qur'an sesuai dengan kondisi
zamannya, tetapi tetap berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Diantara
pembahasan yang terdapat didalam Al-Qur’an terdapat salah satu tema
yang selalu dibahas ialah Dabbah, bahkan ada perdebatan tentang kalimat
Dabbah tersebut. Pembahasan dalam Al-Quran berisi dua belas surat dan
empat belas ayat, umumnya adalah Dabbah diartikan sebagai binatang
melata. Padahal, pada umumnya Al-Qur'an memiliki makna yang sedikit
berbeda di setiap ayatnya, yaitu semua jenis binatang makhluk yang
bergerak dan hidup serta hewan di muka bumi.

Binatang melata bernama Dabbah sering dikatakan Rasulullah


SAW sebagai salah satu tanda dekatnya kiamat. Bahkan Allah SWT. dalam
dalilnya juga menjelaskan tentang binatang ini. Hal ini tertera dalam
Quran Surat An-Naml: 82 sebagai berikut.

‫َدٓاب َّ ًة لَهُ ۡم َاخ َۡر ۡجنَا عَلَهۡي ِ ۡمالۡ َق ۡو ُل َوقَ َع ِا َذا َو‬
‫يُ ۡو ِقنُ ۡو َن اَل اِب ٰ يٰ ِتنَا ااَك ن ُۡوا لنَّ َاس َا َّن تُلَك ِ ّ ُمه ُۡۙم ااۡل َ ۡر ِض ِّم َن‬
“Apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan seekor
dabbah (binatang) dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka,
bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat
Kami,” (QS. An-Naml: 82).

Rasulullah SAW juga bersabda tentang Dabbah ini dan menjadi


salah satu pengingat Umat Islam untuk selalu bertaubat. Dalam hadist
Riwayat Muslim, Rasul menyebut tiga perkara yang jika ketiganya keluar
maka semua taubat dan amal tiada gunanya. Ketiganya adalah terbitnya
matahari dari arah barat, Dajjal dan Dabbah.

Tidak hanya itu ada salah satu hewan yang akan muncul yaitu
Dabbah. Kemunculan hewan ini juga akan menjadi pertanda datangnya
hari kiamat. Sebagaimana dari salah satu riwayat hadis;”Sesungguhnya
pertanda yang muncul (menjelang kiamat) ialah terbitnya matahari dari
Barat dan munculnya binatang melata (Dabbah) menemui manusia pada
waktu Dhuha. Mana saja dari keduanya yang lebih dulu terjadi, maka
tidak lama sesudah itu yang lainnya pun segera terjadi.”(HR.Abu Dawud
dan Ibnu Majah).
PEMBAHASAN

A. Definisi Dabbah
Dabbah adalah binatang yang disebut akan muncul sebagai salah
satu tanda kiamat. Dabbah merupakan binatang aneh yang sebelumnya
tidak pernah terlihat di Bumi. Tak ada yang tahu bentuk dari dabbah.
Bahkan sebagian ulama mengungkapkan sosok dabbah dalam ciri yang
berbeda.
Beberapa ulama menyatakan bahwa Dabbah adalah anak unta yang
disapih dari induk unta itu sendiri. Hal ini mengacu pada hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud ath-Thayalisi dari Hudzaifah bin Asid al
Ghifari bahwa Rasulullah SAW. bersabda menyinggung tentang sosok
dabbah, di antaranya yakni: "Mereka tidak menggembalakannya,
melainkan ia hanya bersuara di antara rukun dan magam (rukun Yamani
dan Maqam Ibrahim)."
Hal ini juga dijelaskan dalam surah An-Nur ayat 45;

ُ ‫ْ َّم ْن فَ ِمهْن ُ ْم َّم ۤا ٍ ۚء ِّم ْن َد ۤاب َّ ٍة لُك َّ َخلَ َق َواهّٰلل‬ ‫ب َ ْط ِن ٖ ۚه عَىٰل ي َّ ْميِش‬
‫َّم ْن َو ِمهْن ُ ْم ِر ْجلَنْي ِۚ عَىٰل ي َّ ْميِش ْ َّم ْن َو ِمهْن ُ ْم‬ ْ ‫َا ْرب َ ۗع ٍ عَىٰٓل ي َّ ْميِش‬
‫خَي ْ لُ ُق‬  ُ ‫قَ ِد ْي ٌر يَش ْ ٍء لُك ِ ّ عَىٰل اهّٰلل َ ِا ّن يَشَ ۤا ُءۗ َما اهّٰلل‬
Artinya;”Allah menciptakan setiap dabbah dari Alma’i. Diantara mereka
(Dabbah) itu ada yang berjalan atas perutnya, dan diantara mereka ada
yang berjalan diatas dua kaki dan diantara mereka ada yang berjalan atas
empat kaki. Allah menciptakan yang dia kehendaki dan sesungguhnya
Allah menentukan atas tiap sesuatu”.
Dapat disimpulkan bahwa Dabbah ini bisa berjalan diatas perutnya,
diatas dua kaki maupun empat kaki tergantung kehendak dan ketentuan
Allah SWT.
Disebutkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬menceritakan perihal binatang itu.
Beliau bersabda : "Binatang itu muncul tiga kali. Pertama kali muncul
ialah di daerah pedalaman, dan kisah kemunculannya tidak sampai
kepada penduduk kota (yakni Mekah). Lalu ia bersembunyi dalam masa
yang cukup lama. Kemudian ia muncul lagi di lain waktu di daerah yang
tidak terlalu dalam sehingga beritanya tersiar di kalangan semua
penduduk daerah pedalaman dan sampai pula kepada penduduk kota,
yakni Mekah." Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: Ketika manusia
sedang berada di masjid yang paling besar kesuciannya dan paling
dimuliakan oleh Allah yaitu Masjidil Haram dalam keadaan tenang, tiba-
tiba muncullah binatang itu di antara rukun (Yamani) dan Maqam
Ibrahim seraya mengeluarkan suara lenguhan dan mengibaskan
kepalanya menepiskan debu yang ada di kepalanya. Maka orang-orang
pun bubar meninggalkannya menuju ke berbagai arah, sendiri-sendiri dan
berbondong-bondong. Dan yang tinggal hanyalah segolongan kaum
mukmin, mereka merasa yakin bahwa diri mereka tidak berdaya terhadap
kekuasaan Allah. Maka binatang itu mulai mengecap mereka sehingga
bersinarlah wajah mereka, dan menjadikan wajah mereka seakan-akan
bintang yang bercahaya. Lalu hewan itu pergi mengembara ke seantero
dunia, tiada seorang pun yang dapat mengejarnya dan tiada seorang pun
yang melarikan diri selamat darinya.

B. TAFSIR AYAT DABBAH


1. Surah An-Naml ayat 82

‫َدٓاب َّ ًة لَهُ ۡم َاخ َۡر ۡجنَا عَلَهۡي ِ ۡمالۡ َق ۡو ُل َوقَ َع ِا َذا َو‬
‫يُ ۡو ِقنُ ۡو َن اَل اِب ٰ يٰ ِتنَا ااَك ن ُۡوا لنَّ َاس َا َّن تُلَك ِ ّ ُمه ُۡۙم ااۡل َ ۡر ِض ِّم َن‬

Artinya;”Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam)


telah berlaku atas mereka, kami keluarkan makhluk bergerak yang
bernyawa dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa
manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat kami”.

 Tafsir Ibnu Katsir


Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami
keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia
dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. Binatang ini kelak
akan muncul di akhir zaman di saat manusia telah rusak dan
mereka meninggalkan perintah-perintah Allah serta mengubah
agama yang hak. Allah mengeluarkan bagi mereka binatang
melata dari bumi, yang menurut suatu pendapat menyebutkan dari
Mekah, sedangkan pendapat yang lain menyatakan bukan dari
Mekah, seperti yang akan dirincikan keterangannya, dan hewan
itu berbicara mengenai hal itu kepada manusia.
Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah telah meriwayatkan
dari Ali r.a., bahwa binatang itu dapat berbicara dan berucap
kepada mereka dengan sebenar-benarnya. Ata Al-Khurrasani
mengatakan bahwa binatang itu berbicara kepada manusia seraya
mengatakan, "Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada
ayat-ayat Kami." Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali dan
dipilih oleh Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini jelas perlu
dipertimbangkan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu
Abbas dalam riwayat lain menyebutkan bahwa binatang itu
melukai mereka. Dalam riwayat yang lainnya lagi dari Ibnu
Abbas disebutkan pula bahwa binatang itu mengatakan,
"Janganlah kamu melakukan anu dan anu," Pendapat ini
merupakan pendapat yang baik, tidak ada pertentangan di
antaranya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Banyak hadis
dan asar yang menyebutkan tentang munculnya binatang ini.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa binatang melata tersebut
bentuknya seperti tombak yang sangat besar. Amirul Mu-minin
Ali ibnu Abu Talib r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya
hewan melata itu mempunyai bulu dan rambut serta mempunyai
teracak, tetapi tidak berekor dan mempunyai jenggot.
Sesungguhnya hewan ini saking besarnya selama tiga hari
sepertiga dari tubuhnya masih belum muncul (dari bumi).
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Juraij telah
meriwayatkan dari Ibnuz Zubair yang menggambarkan tentang
binatang melata tersebut. Ia mengatakan bahwa kepala binatang
itu seperti banteng, matanya seperti babi, telinganya seperti gajah,
tanduknya seperti kijang jantan, lehernya seperti burung unta
(panjang), dadanya seperti dada singa, tetapi warnanya adalah
warna macan tutul, pinggangnya mirip dengan pinggang kucing
hutan, ekornya seperti ekor biri-biri, dan kaki-kakinya seperti
kaki unta; di antara dua tulang ruasnya, panjangnya adalah dua
belas hasta. Ia membawa tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi
Sulaiman; maka tidak dibiarkannya seorang mukmin melainkan
diberi tanda pada wajahnya dengan tongkat Nabi Musa, capnya
putih, lalu cap itu menyebar ke seluruh wajahnya sehingga
wajahnya menjadi putih bersinar. Dan tidak dibiarkannya seorang
kafir pun melainkan ia cap dengan cap hitam dari cincin Nabi
Sulaiman, lalu warna hitam itu menyebar ke seluruh wajahnya
hingga wajahnya menjadi hitam. Sehingga orang-orang
melakukan transaksi jual beli di pasar-pasar, lalu mereka
mengatakan, "Berapakah ini, hai orang mukmin; dan berapakah
ini hai orang kafir?"
Sehingga suatu keluarga duduk di perjamuan mereka,
sedangkan mereka mengetahui siapa yang beriman di antara
mereka dan siapa yang kafir (karena semua ada tanda capnya).
Kemudian binatang melata itu berkata kepada mereka, "Hai
Fulan, bergembiralah, engkau termasuk ahli surga; dan hai Fulan,
engkau termasuk penghuni neraka." Yang demikian itu disebutkan
oleh firman Allah Swt: Dan apabila perkataan telah jatuh atas
mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang
akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia
dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (An-Naml: 82)"
2. Surat Ash-Shura ayat 29

‫ب َ َّث َو َما َوٱَأۡل ۡر ِض ٱ َّلسمَٰ َ ٰو ِت َخلۡ ُق َءايَٰ ِت ِهۦ َو ِم ۡن‬


‫ير يَشَ ٓا ُء َذا مَج ۡ ِعه ِۡم عَىَل ٰ َوه َُو َدٓاب َّ ٖ ۚة ِمن ِف ِهي َما‬ٞ ‫قَ ِد‬
‫ِإ‬
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit
dan bumi serta makhluk-makhluk melata yang Dia sebarkan pada
keduanya. Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila Dia
menghendaki.”
Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata
yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa
mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri
(dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh
seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong selain
Allah.]] Firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Dan di antara tanda-
tanda-Nya…”(Asy-Syura: 29). Yang menunjukkan akan
kebesaran dan kekuasaan-Nya yang besar serta pengaruh-Nya
yang mengalahkan segalanya.
“… ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk
yang Dia sebarkan pada keduanya.” (Asy-Syura: 29) Yakni Dia
penuhi langit dan bumi dengan makhluk-makhluk itu. “… berupa
makhluk yang melata.” (Asy-Syura: 29) Hal ini mencakup
malaikat, manusia, jin, dan semua hewan yang beraneka ragam
bentuk, warna kulit, bahasa, watak, dan jenisnya; Allah
subhanahu wa ta’ala telah menyebarkan mereka di seluruh
kawasan langit dan bumi. “Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan
semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (Asy-Syura: 29) Yaitu
sekalipun semuanya tersebar di seantero langit dan bumi, Dia
Mahakuasa mengumpulkan mereka kelak di hari kiamat mulai
dari yang awal hingga yang terakhir dan semua makhluk
dihimpunkan-Nya di suatu lapangan; suara penyeru terdengar
oleh mereka dan semuanya dapat terlihat oleh mata, lalu Allah
memutuskan hukum di kalangan mereka dengan hukum-Nya
Yang Maha Adil lagi Maha Benar.

 Tafsir Jalalain
1. Surat An-Nur ayat 45

ُ ‫ْ َّم ْن فَ ِمهْن ُ ْم َّم ۤا ٍ ۚء ِّم ْن َد ۤاب َّ ٍة لُك َّ َخلَ َق َواهّٰلل‬ ‫ب َ ْط ِن ٖ ۚه عَىٰل ي َّ ْميِش‬
‫َّم ْن َو ِمهْن ُ ْم ِر ْجلَنْي ِۚ عَىٰل ي َّ ْميِش ْ َّم ْن َو ِمهْن ُ ْم‬ ْ ‫َا ْرب َ ۗع ٍ عَىٰٓل ي َّ ْميِش‬
‫خَي ْ لُ ُق‬  ُ ‫قَ ِد ْي ٌر يَش ْ ٍء لُك ِ ّ عَىٰل اهّٰلل َ ِا ّن يَشَ ۤا ُءۗ َما اهّٰلل‬
“Allah menciptakan semua jenis hewan dari air. Sebagian
berjalan dengan perutnya, sebagian berjalan dengan dua kaki, dan
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah
menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.”
(Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan) maksudnya
makhluk hidup (dari air) yakni air mani (maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya) seperti ulat dan binatang
melata lainnya (dan sebagian berjalan dengan dua kaki) seperti
manusia dan burung (sedangkan sebagian yang lain berjalan
dengan empat kaki) seperti hewan liar dan hewan ternak. (Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu).

KESIMPULAN
Iman kepada hari akhir terkait erat dengan iman kepada Allah. Keyakinan
akan kemaha-adilan Allah akan dapat diterima dengan mengimani hari akhir.
Tidak mungkin seseorang akan dapat memahami keadilan Allah yang sempurna
tanpa mengimani adanya hari akhir ini. Karena itu, iman kepada hari akhir
merupakan pilar iman yang utama setelah iman kepada Allah. Hal ini terbukti
dengan disebutnya iman kepada hari akhir selalu berurutan dengan iman kepada
Allah, baik dalam al-Quran maupun dalam hadis Nabi.

Dari penjelasan ayat-ayat diatas kita bisa menyimpulkan sendiri


bagaimana sungguh bentuk kekuasaan dan rahasia Allah SWT. pada mahkluk-
Nya juga senantiasa mengingatkan kepada kita semua untuk senantiasa beramal
baik dan menaati perintah-Nya. Kita dapat mengambil pelajaran juga dari keadaan
pada zaman sekarang ini, betapa sudah banyaknya tanda-tanda yang telah di
tunjukkan oleh Allah SWT. sehingga kita bisa untuk menjadikan apa yang telah
kita ketahui dan kita pelajari untuk bahan koreksi diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Qur’an Karim(


Beirut: Dar al-fikr, 1981) h. 252

Annisa Istiqomah, Al Asror AS. PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG TANDA-


TANDA KIAMAT KUBRO DALAM TAFSIR AL-MISHBAH DAN TAFSIR AL-
AZHAR (STUDI KOMPARATIF). Diss. UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri, 2022.

As-Suyuthi, Jalaluddin, and Jalaluddin Al-Mahalli. "Tafsir jalalain." Surabaya:


Imaratullah (2003).

Syakir, Ahmad. "Tafsir Ibnu Katsir." Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i (2014).

Ar-Rifa'i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1. Vol. 1. Gema


Insani, 1999.

Anda mungkin juga menyukai