Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CABANG FILSAFAT ILMU : AKSIOLOGI

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Yang Diampu oleh Idris, S.S., M.M

Disusun oleh :

Amala Hakim (220741610150)


Febi Nurhasanah (220741600747)
Halimah (220741603010)
Yuli Dwi Sasmita (220741608812)

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Cabang
Filsafat Ilmu : Aksiologi” tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam, semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mengangkis umat islam seluruhnya dari dunia kebodohan
menuju dunia keilmuan yang penuh dengan pendidikan.

Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Idris, S.S, M.M
sebagai pengampu mata kuliah kami. Dan juga terimakasih untuk teman-teman yang
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini di susun dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
kurangnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami berharap segala bentuk
saran serta masukkan dan kritikan yang membangun. Akhir kata, kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Malang, 6 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada hakikatnya manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang diberikan akal. Melalui
akal, manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir. Berpikir merupakan poin penting
dalam filsafat. Dengan keistimewaan ini manusia mendapatkan pengetahuan. Keberadaan
manusia dan ilmu pengetahuan merupakan pengaktualan dari rasa keingintahuan terhadap
sesuatu hal tertentu. Pada dasarnya ilmu tidak akan terlepas dari peranan filsafat.
Dalam filsafat terdapat pembahasan mengenai perkembangan pengetahuan.
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan melahirkan sebuah polemik baru dan
berpengaruh terhadap nilai kebebasan (value free). Salah satu bagian dari filsafat ilmu
membahas tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Tiga poin ini merupakan hal
yang mendasari landasan filsafat ilmu. Sesuatu yang dikaji disebut ontologi, bagaimana
cara memperolehnya dinamakan epistemology, dan bagaimana nilai gunanya disebut
aksiologi.

Aksiologi adalah cabang dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmu yang dimilikinya. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki
karakteristik tertentu untuk menjawab apa kegunaan suatu ilmu pengetahuan disusun.
Dengan demikian, jika membahas filsafat ilmu tidak akan lepas dari aksiologi. Kami
akhirnya tertarik untuk membahas tentang aksiologi lebih jauh dan menuliskannya dalam
makalah berjudul “Cabang Filsafat Ilmu : Aksiologi”.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dari Aksiologi?
b. Jelaskan aspek dari Aksiologi?
c. Apa saja landasan dalam aksiologi?
d. Jelaskan fungsi dari aksiologi?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Aksiologi
b. Untuk memahami aspek dari aksiologi
c. Untuk mengetahui landasan dalam aksiologi
d. Untuk memahami fungsi atau kegunaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aksiologi


Menurut Zaprulkhan (2016) secara etimologi, kata aksiologi merupakan bahasa
yunani yang terdiri dari dua kata yaitu axios yang artinya layak atau pantas. Sedangkan
logos artinya ilmu. Selain itu, nilai juga berasal dari bahasa latin valere yang artinya
berguna. Namun juga bisa bermakna sebagai sesuatu yang dihargai.

Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mencari tahu hakikat nilai dan
umumnya ditinjau dari sudut pandang filsafat (Katoff:2014). Max Scheler menyatakan
bahwa nilai adalah kualitas yang tidak bergantung pada pengembangannya. Sedangkan
menurut Mudhofir (2014) Aksiologi ialah teori tentang penyelidikan nilai dalam hal
hakikatnya. Sementara menurut Bahm ada 12 jenis nilai yang masing-masing berpasanga,
antara lain :

a. Baik dan Buruk (Good and Bad) yaitu memaksimalkan kebaikan meminimalkan
keburukan.
b. Tujuan dan Sarana (Ends and Means) ialah sarana menjadi nilai instrument dan
tujuan menjadi nilai intrinsic.
c. Subjektif dan Objektif (Subjective and Objective Values) adalah suatu objek selalu
menjadi perhatian bagi subjek, sedangkan subjek selalu menyadari keadaan suatu
objek.
d. Nilai yang Tampak dan Riil (Apparent and Real Values) artinya nilai itu diterima
sebagai sesuatu yang nampak dan nilai tetap riil atau tidak Nampak.
e. Nilai Murni dan Campuran (Pure and Mixed Values) merupakan nilai murni yang
meliputi baik dan buruk, senang dan sedih, bersemangat dan lesu, puas dan frustasi,
serta tenang dan terganggu. Sedangkan nilai campuran terdiri dari nilai actual dan
potensial, nilai subjektif dan objektif, serta nilai yang nampak dan riil.

Intinya aksiologi berbicara tentang nilai. Selain itu, nilai juga merupakan esensi-
esensi logis (dapat dipahami dengan akal). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa aksiologi dari filsafat mempelajari dan menjelaskan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan moral dan nilai-nilai. Aksiologi memberikan manfaat kepada kita
agar bisa mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif, sehingga ilmu
pengetahuan tetap berada pada jalur kemanusiaan.
Daya kerja dari aksiologi antara lain:

a. Pertama, menjaga dan memberikan arah agar proses keilmuan dapat menemukan
kebenaran yang hakiki, maka perilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh
kejujuran dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung.
b. Kedua, dalam pemilihan objek yang akan ditelaah dapat dilakukan secara etis yang
tidak mengubah kodrat manusia. Selain itu juga tidak merendahkan martabat
manusia, tidak mencampuri masalah kehidupan dan netral dari nilai-nilai moral
kehidupan
c. Ketiga, pengembangan pengetahuan diarahkan agar bertujuan untuk meningkatkan
keseimbangan dan kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-temuan
yang bersifat universal.

2.2 Aspek Aksiologi


Etika memiliki tiga arti, antara lain : pertama, kata etika dapat digunakan dalam
pengertian nilai atau standar moral yang dianut oleh seseorang atau sesuatu kelompok
untuk mengatur perilaku mereka. Kedua, etika berarti menetapkan prinsip atau nilai
moral. Etika menjadi ilmu hanya ketika kemungkinan etis (prinsip dan nilai dari apa
yang dianggap atau buruk) diterima begitu saja di masyarakat. Etika dalam hal ini sama
dengan filsafat moral. Berdasarkan pengertian di atas, etika juga bisa sebagai pandangan
hidup, sebagai kode etik dan sebagai bagian dari filosofi. Hal ini dapat dilihat bagaimana
seharusnya seseorang berperilaku, apa dasar, dan tujuan dari perilaku tersebut serta
tanggung jawab yang melatarbelakanginya. Pengembangan masyarakat kehidupan
semakin memperhadapkan orang dengan nilai-nilai yang berbeda, oleh karena itu
diperlukan refleksi kritis dari bidang etika. Contohnya :

a. Etika medis terkait aborsi, bayi tabung, dan lainnya


b. Gelombang modernisasi yang melanda segala bidang kehidupan masyarakat,
sehingga pemikiran masyarakat pun ikut berubah. Misalnya : pakaian, kebutuhan
akan fasilitas, dan lain-lain.
c. Etika juga memungkinkan kita untuk menghadapi ideologi asing yang mencoba
memengaruhi hidup kita sedemikian rupa sehingga kita tidak mudah terprovokasi.
Artinya, kita tidak boleh terburu-buru mengadopsi perspektif baru yang belum jelas,
tetapi juga tidak boleh terlalu cepat menolak perspektif baru karena belum terbiasa.
d. Pengikut agama apa pun menemukan landasan etis stabilitas dalam iman dan
keyakinan sambil memperluas visi mereka untuk mencakup semua dimensi
kehidupan manusia yang selalu berubah. 

Hubungan antara ilmu dan etika dari sisi aksiologis ilmu bukan tidak berharga,
artinya ilmu harus berhubungan dengan etika dari segi kegunaannya. Sesuai karena
tujuan ilmu yang mendasar adalah untuk membantu manusia mencapai tujuannya, tujuan
umat adalah kebahagiaan. Ketika kita memahami kata "aksiologi" kita sering diajarkan
kepada orang lain, bahwa aksiologi adalah disiplin filosofis yang berurusan dengan
masalah "untuk apa ilmu itu digunakan". Hal ini tetap memusatkan perhatian pada
makna istilah "tindakan" dalam bahasa Inggris.

Standar etika tidak mutlak atau relatif. Estetika disebut juga filsafat keindahan, yang
berasal dari kata Yunani aisthetika atau aisthesis. Kata tersebut berarti hal-hal yang
dapat dirasakan melalui panca indra atau persepsi akal. Estetika sebagai bagian dari
aksiologi selalu mempertimbangkan masalah, pertanyaan dan pertanyaan tentang
keindahan, ruang lingkupnya, nilai, pengalaman, perilaku pemikiran seni, seni dan
subyek estetika dan seni dalam kehidupan manusia (Wiramiharja, 2006). Banyak orang
masih membahas kontroversi estetika. Mengenai estetika, Marcia Eaton mencatat
bahwa konsep berkaitan dengan deskripsi dan evaluasi objek dan peristiwa artistik dan
estetika (Wiramihardja, 2006).

Sebaliknya, Immanuel Kant memiliki perspektif yang berbeda. Estetika itu adalah
konsep subjektif, meskipun pada tingkat yang paling dasar dan universal, orang
memiliki perasaan yang sama tentang apa yang membuatnya nyaman dan bahagia atau
menyakitkan dan tidak nyaman. Filsafat estetika sering disebut sebagai filsafat
keindahan, filsafat rasa, dan filsafat seni. Estetika dalam hal ini berkaitan dengan
hakikat seni, akar-akarnya, hasil observasi non-eksperimental, dan pengalaman
eksternal. Pada awal abad ke-20, para filsuf berpendapat bahwa persepsi estetika
didasarkan pada selera manusia dan pertimbangan psikologis. Ini kemudian menjadi
titik awal untuk konsep estetika baru. Tidak ada hukum atau aturan dalam estetika yang
membutuhkan keindahan 
2.3 Fungsi Aksiologi
Aksiologi ilmu pengetahuan merupakan suatu strategi untuk mengantisipasi
perkembangan dan teknologi agar tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena
itu dibutuhkan daya kerja aksiologi yang terdiri atas:

1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan kebenaran yang
hakiki.
2. Dalam memilih objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak mengubah
kodrat manusia, dantidak merendahkan martabat manusia.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatkan taraf
hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta memberikan
keseimbangan alam lewat pemanfaatan ilmu

Aksiologi dilihat dari kajian ilmu filsafat memiliki banyak sekali kegunaan.
Yang kemudian dibagi menjadi 2 fungsi yaitu:

a) Kegunaan teoritis
Fungsi yang pertama adalah bersifat teoritis sehingga aksiologi memiliki fungsi
teoritis. Biasanya pengetahuan dirangkum dalam bentuk tulisan seperti buku, dan
lain-lain. Intinya ilmu yang ada pada Pendidikan adalah unsur utamanya. Ilmu
dalam teori memberikan pemahaman dasar. Agar dapat mengetahui suatu nilai
secara lebih detail kita harus memahami nya terlebih dahulu dengan
menggunakan akal dan logika. Menguasai aksiologi secara teori akan
mempermudah suatu proses. Suatu nilai lebih mudah untuk dipraktikkan ketika
kita memahami apa teorinya. Oleh karena itu, fungsi pertama aksiologi adalah
sebagai elemen teoretis.
b) Kegunaan praktis
Fungsi yang kedua adalah kegunaan secara praktis. Secara sederhana dapat
diartikan sebagai penerapan pemahaman nilai-nilai dalam kehidupan seseorang.
Di dalam dunia pendidikan, ilmu yang kita dapatkan selama belajar di sekolah
akan dipraktekan setelah lulus. Praktek ini bisa dilakukan dengan membangun
interaksi dengan masyarakat sebagai bagian dari mereka. Nilai-nilai yang dibahas
di dalam aksiologi kemudian juga berfungsi membantu setiap manusia atau
individu untuk memberi penilaian dengan cermat. Pemahaman tentang semua
pengetahuan di dalam aksiologi dapat membantu menciptakan keteraturan dan
adat istiadat yang baik. Sekaligus bisa diterima oleh seluruh masyarakat di suatu
wilayah bahkan dunia.

2.4 Landasan Aksiologi


a. Landasan Aksiologi Esensialisme
Landasan aksiologi merupakan suatu konsep etis yang harus
dikembangkan oleh para ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang
dianggap benar. Landasan aksiologi mencakup nilai-nilai normative yang dapat
memberikan makna pada kebenaran atau realitas saat kita menjelajahi dan menghadapi
berbagai kehidupan. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang nilai
kebenaran, keindahan, kebaikan, dan religious. Landasan ontology dan landasan
epistemology sangat mempengaruhi landasan aksiologi esensialisme.

Manusia esensialisme bernggapan bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi


yang timbul dari perasaan dan memiliki hubungan terhadap kualitas baik dan
buruk.pemikiran. Paham esensialisme sependapat dengan pandangan realisme terkait
dengan etika dimana semua pengetahuan manusia terdapat pada keteraturan lingkup
hidupnya. Menurut Rukiyati & Purwastuti L.A (2015) Perilaku manusia merupakan
hasil kolaborasi yang muncul karena adanya interaksi antara unsur-unsur pembawa
hidup dan pengaruh lingkungan. Hierarki nilai dikelompokkan menjadi tiga tingkatan
antara lain :

1. Nilai kenikmatan (nilai yang menyebabkan seseorang senang dan mengenakkan


secara jasmani).
2. Nilai kehidupan (nilai-nilai pribadi dalam kehidupan di masyarakat).
3. Nilai spiritual (nilai kejiwaan yang bergantung pada keadaan jasmani yang
meliputi kebenaran dan kebaikan).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mencari tahu hakikat nilai dan
umumnya ditinjau dari sudut pandang filsafat. Menurut Bahm ada 12 jenis nilai yang
masing-masing berpasangan, antara lain: Baik dan Buruk (Good and Bad), Tujuan dan
Sarana (Ends and Means), Subjektif dan Objektif (Subjective and Objective Values),
Nilai yang Tampak dan Riil (Apparent and Real Values). Etika dapat digunakan dalam
pengertian nilai atau standar moral yang dianut oleh seseorang atau sesuatu kelompok
untuk mengatur perilaku mereka. Estetika disebut juga filsafat keindahan, yang berasal
dari kata Yunani. Aksiologi menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan
kebenaran yang hakiki. Kegunaan teoritis adalah bersifat teoritis, kegunaan praktis adalah
kegunaan secara praktis, dan secara sederhana adalah sebagai elemen teoretis dan elemen
praktis. Landasan ontology dan landasan epistemology mempengaruhi manusia
esensialisme bernggapan bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi yang timbul dari
perasaan dan memiliki hubungan terhadap kualitas baik dan buruk. Perilaku manusia
memiliki kolaborasi yang muncul karena adanya interaksi antara unsur-unsur pembawa
hidup dan pengaruh lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, T. W. 2016. Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. Kanal: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 4(2), 187-204.

Amsal, Bachtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hardanti, B. W. 2020. Landasan ontologis, aksiologis, epitesmologis aliran filsafat


esensialisme dan pandanganya terhadap pendidikan. Reforma: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 9(2), 87-95.

Jalius Jama. 2008. Filsafat Ilmu. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Padang.

Jenilan, Jenilan. 2018. Filsafat Pendidikan. EL-AFKAR: Jurnal Pemikiran Keislaman


Dan Tafsir Hadis, 7(1), 69–74.
Jujun, S. Suriassumantri. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Masruroh, I., Natsir, N. F., & Haryanti, E. 2021. Aksiologi Ilmu: Relasi Ilmu dan Etika.
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 7(8), 724-729.

Mustajib. 2016. Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung. ElTarbawi: Jurnal Dimensi


Pendidikan Dan Pembelajaraan, 9, 83-98.

Nasir, M. 2021. Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya Bagi Manusia. Syntax


Idea, 3(11), 2457-2467.

Pardosi, M. T., & Maharani, S. D. 2019. Kajian Aksiologi Max Scheler Terhadap
Operasi Merubah Kelamin pada Manusia (Transeksual). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(1), 52-
61.

Ramadhani, R., & Akbar, R. 2022. Pendidikan Islam (Sebuah Tinjauan


Aksiologis). Jurnal Pendidikan Islam Al-Affan, 2(2), 258-262.

Rokhmah, D. 2021. Ilmu dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan


Aksiologi. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 172-186.

Thaib, M. 2015. Esensialisme Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Mudarrisuna,


4, 731-762.

Anda mungkin juga menyukai