Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu : Fanzal Pamungkas, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Dewi Anggreni Setiorini 23040190139


2. Novita Dwi Anggraeni 23040190140
3. Sri Mulyati 23040190142
4. Bagas Fahrul R. 23040190143

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat meneyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aksiologi
Filsafat”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pak dosen
Fanzal Pamungkas, M.P pada mata kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang arti aksiologi dalam filsafat bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Fanzal Pamungkas, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetauhannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan,
bahas, maupun pemulisannya karna pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi terciptanya makalah
yang lebih baik lagi dimasa mendatang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 8 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................5
C. TUJUAN...............................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN AKSIOLOGI FILSAFAT......................6
B. APA FUNGSI AKSIOLOGI FILSAFAT...........................................................8
C. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM AKSIOLOGI...............................9
D. HAKIKAT DAN NILAI AKSIOLOGI.............................................................10
E. AKSIOLOGI DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT.......................10
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi
secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat
dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu
telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit,
kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya
seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain
sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia
dalam mencapai tujuan hidupnya.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimanana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi
adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani axios yang artinya nilai dan
logosartinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam
berbagai bentuk Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai
khususnya etika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.
Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu
harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya, moral suatu masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama bukan sebaliknya
menimbulkan bencana.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi Filsafat?
2. Apa fungsi Aksiolgi Filsafat?
3. Apa saja pendekatan-pendekatan Aksiologi ?
4. Apa Hakikat dan nilai Aksiologi ?
5. Aksiologi dalam Pandangan Aliran-aliran Filsafat ?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami arti Aksiologi Filsafat.
2. Untuk mengetahui tentang fungsi Aksiolgi Filsafat.
3. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan Aksiologi.
4. Untuk mengetahui Hakikat dan Nilai Aksiologi.
5. Untuk memahami Aksiologi dalam pandangan aliran-aliran Filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN AKSIOLOGI FILSAFAT

Pengertian Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani


”axios” yang berarti bermanfaat dan “logos” berarti ilmu pengetauhan atau
ajaran.1
Sedangkan pengertian Aksiologi menurut Jujun S. Suriasuantri adalah
teori, nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetauhan yang
diperoleh.2
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk
pada pemikiran atau sistem seperti politik, sosial dan agama, sedangkan
nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap
insan. Tetapi menurut Richard Bender : suatu nilai adalah sebuah
pengalaman yang memberikan suatu pemuasan kebutuhan yang diakui
bertalian dengan pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian, atau yang
menyumbangkan pada pemuasan yang demikian. Dengan demikian
kehidupan yang bermanfaaf ialah pencapaian dan sejumlah pengalaman
nilai yang senantiasa bertambah.3
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian

1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan


disiplin khusus yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini
melahirkan keindahan
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan
melahirkan filsafat social politik.

1 Heri Susanto, Filsafat Ilmu Sosial, (Yogyakarta, 2003), hlm. 84


2 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengembangan Populasi, (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1998), hlm. 55
3 Ali Abri, Filsafat umum suatu pengantar untuk kalangan sendiri, hlm. 33
Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan
penggalian, serta penerapan ilmu.

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang secara khusu mengkaji cita-


cita, sistem nilai atau nilai nilai mutlak (tertinggi), yaitu nilai - nilai yang
dianggap sebagai “tujuan utama”. Nilai – nilai ini dalam filsafat adalah al-
baq(kebenaran), kebaikan dan keindahan. Oleh karena itu, pembahasan
tentang nilai dibagi kedalam tiga cabang yaitu :
1. Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran yang membantu kita
untuk berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi kesalahan, serta
menerangkan bagimana seharusnya berfikir secara benar itu.
2. Etika, yang membahas nilai kebaikan dan berusaha membantu kita
dalam mengarahakan perilaku. Ia mengarahkan kita kepada apa yang
seharusnya dilakukan, membatasi makna kebaikan, keburukan,
kewajiban, perasaan serta tanggung jawab moral.
3. Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha
membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan
membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi standar dari sesuatu
yang indah.4

B. APA FUNGSI AKSIOLOGI FILSAFAT

Fungsi aksiologi diantaranya adalah :


1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan
kebenaran yang hakiki.
2. Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak
mengubah kodrat manusia, dan tidak merendahkan martabat manusia.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat
meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan kodrat

4 Fuad Farid Isma’il, Cara Mudah Belajar Filsafat, (Yogyakarta, 2012) hlm. 57
dan martabat manusia serta memberikan keseimbangan alam lewat
pemanfaatan ilmu.
Dalam aksiologi Islam Untuk membahas masalah ini, maka kita harus
memulai dengan pertanyaan. Apa tujuan ilmu itu, untuk apa ilmu itu.
Pertannyaan-pertanyaan tersebut menyangkut soal aksiologis atau nilai.
Jadi, terdapat dua kelompok dalam merespon masalah moral dalam
menghadapi dampak ilmu clan teknologi terse but. Kelompok pertama
menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu
secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmliwan adalah
menemukan pengetahuan dalam terserah pada orang lain untuk
memperlunakannya, apakah ilmu tersebut digunakan untuk tujuan baik
atau untuk tujuan buruk. Kelompok kedua berpendapat sebaliknya, bahwa
netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisika
keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya clan pemilihan objek
penelitian harus dilandaskan pada asas-asas moral Qujun, 1990:235).
Ilmu yang benar dalam Islam dianggap sebagai petunjuk keimanan,
sebagaimana firman Allah: ''Dan agar orang-orangyang telah diberi
i/m11 me,ryakini bahwa al-Qur'an itu/ah yang hak dan· Tuhanmu, /a/u
mereka beriman dan ahti mereka tunduk" (QS. AI-Hajj: 54 dan lihat pula
AI-Fathir. 28)5

C. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM AKSIOLOGI

Pendekatan-pendekatan dalam aksiologi dapat dijawab dengan tiga


macam cara, yaitu :
1. Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang
ini, nilai-nilai merupaka reaksi-reaksi yang diberkan oleh manusia
sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung pada pengalaman-
pengalaman mereka.

5 A.Qodir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, (Jakarta : Yayasan Obc Indonesia, 1989)
2. Nilai-Nilai merupakan kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi
ontologi namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.
3. Nilai-Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun
kenyataan.6

D. HAKIKAT DAN NILAI AKSIOLOGI


Pertanyaan mengenai hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam
cara orang dapat mengatakan bahwa:
1. N i l a i s e p e n u h n y a b e r h a k i k a t s u b j e k t i f   Ditinjau dari
sudut pandangan ini, nilai-nilai merupakanreaksi-reaksiyang
diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya
tergantung pada pengalaman-pengalaman mereka. Yang demikian ini
dapat dinamakan “subjektivitas”
2. Nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi,
namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut
merupakan esensi-esensi logis dan dapat diketahui melaui akal.
Pendirian ini dinamakan “obyektivitas logis”.
3. Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun
kenyataan Pendirian ini disebut “obyektivitas metafisik”. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa “nilai” memiliki bermacam makna,
diantaranya :
a. M e n g a n d u n g n i l a i ( a r t i n y a b e r g u n a )
b. Merupakan nilai (artinya “baik” atau “benar” atau “indah”)
c. Mempunyai nilai (artinya, merupakan obyek
keinginan,mempunyai kualitas yang dapat
menyebabkanorang mengambil sikap “menyetujui”, atau
mempunyai sifat nilai tertentu)

6 Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai (Yogyakarta, 2007) hlm. 167


d. Memberi nilai (artinya, menanggapi sesuatu sebagai
hal yangdiinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan
nilai tertentu.7

E. AKSIOLOGI DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT


Aksiologi dalam Pandangan Aliran-aliran Filsafat Aksiologi
dalam pandangan aliran filsafat dipengaruhi oleh cara pandang dan
pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat,
yakni :

1. Pandangan Aksiologi Progresivisme


Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William
James (1842-1910), Hans Vahinger, Ferdinant Sciller, Georger
Santayana, dan Jhon Dewey.8 Menurut progressivisme, nilai
timbul karena manusia mempunyai bahasa. dengan demikian,
adanya pergaulan dalam masyarakat dapat menimbulkan nilai-
nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan,
kehendak, perasaan, dan kecerdasan dan individu-individu.
Dalam hubungan ini kecerdasan merupakan faktor utama
yang mempunyai kedudukan sentral. Kecerdasan adalah faktor
yang dapat mempertahankan adanya hubungan antara manusia
dan lingkungannya, baik yang terwujud sebagai lingkungan fisik
maupun kebudayaan atau manusia. Aliran filsafat progressivisme
telah memberikan sumbangan yang besar terhadap ilmu karena
telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan, dan kebebasan
kepada anak didik.
Oleh karena itu, filsafat ini tidak menyetujui pendidikan yang
otoriter. Setiap pembelajar mempunyai akal dan kecerdasan
sebagai potensi yang dimilikinya yang berbeda dengan makhluk-
makhluk lain. Potensi tersebut bersifat kreatif dan dinamis untuk
memecahkan problema-problema yang dihadapinya. Oleh karena
7 Kattsuff dan Louis O, Pengantar Filsafat Alih Bahasa, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996) hlm. 331
8 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Baya Madya Pratama, 1997) hlm. 70-
71
itu sekolah harus mengupayakan pelestarian karakteristik
lingkungan sekolah atau daerah tempat sekolah itu berada dengan
prinsip learning by doing (sekolah sambil berbuat).
Tegasnya, sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of
knowledge (pemindahan pengetahuan), melainkan juga sebagai
transfer of value (pendidikan nilai-nilai) sehingga anak menjadi
terampil dan berintelektual. Aliran progressivisme ini bersifat
based personal dan social experince sebagai problem solving.9
2. Pandangan Aksiologi Essensialisme
Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah Desiderius
Erasmus, John Amos Comenius (1592- 1670), John Locke (1632-
1704), John Hendrick Pestalalozzi (1746-1827), John Frederich
Frobel (1782-1852), Johann Fiedirich Herbanrth (1776-1841),dan
William T. Horris (1835-1909). Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal
dari pandangan-pandangan idealisme dan realisme karena aliran
essensialisme terbina dari dua pandangan tersebut.
Aliran essensialisme berpandangan bahwa ilmu pengetahuan
harus berpijak pada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal
peradaban manusia. Kebudayaan yangdiwariskan kepada kita
telah teruji oleh seluruh zaman, kondisi, dan sejarah. Kesalahan
kebudayaan modern sekarang menurut aliran ini ialah cenderung
menyimpang dari nilai-nilai yang diwariskan itu. Esessialisme
memandang bahwa seorang pebelajar memulai proses pencarian
ilmu pengetahuan dengan memahami dirinya sendiri, kemudian
bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Dari
mikrokosmos menuju makrokosmos.10
3. Pandangan Aksiologi Perenialisme

9 Sahabuddin, Filsafat Pendidikan Suatu Pengantar ke dalam Pemikiran, Pemahaman, dan


Pengamalan Pendidikan Bersendikan Filsafat, (Ujung Pandang: Program Pascasarjana IKIP), hlm.
191-196
10 Jalaluddin dan Abdullah Idi, op. Cit, hlm.87
Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles (394 SM) St.
Thomas Aquinas. Perenialisme memandang bahwa keadaan
sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan
yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan
kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman
yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral,
intelektual dan lingkungan sosial dan kultural yang lain.
Sedangkan menyangkut nilai aliran ini memandangnya
berdasarkan asas-asas‘supernatular‘, yakni menerima universal
yang abadi. Dengan asas seperti itu, tidak hanya ontologi, dan
epistemolagi yang didasarkan pada teologi dan supernatural,
tetapi juga aksiologi. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh
potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada dirinya. Masalah
nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia
berdasarkan pada asas supernatural yaitu menerima universal
yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat
manusia terletak pada jiwanya. Oleh karena itulah hakikat
manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-perbuatannya.
Parenialisme menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga
potensi yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran.
Karena itu ilmu pengetahuan hendaknya berorientasi pada
potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada
setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan Aristoteles
lebih menekankan pada dunia kenyataan. Tujuan perolehan ilmu
adalah kebahagiaan untuk mencapai tujuan itu, maka aspek
jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan secara
seimbang.11
4. Pandangan Aksiologi Rekonstruksionisme

11 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Pengantar Mengenai Sistem dan Metode, (Yogyakarta:
Andi Offset, 1990), hlm. 15
Aliran rekonstruksionalisme adalah aliran yang berusaha
merombak kebudayaan modern. Sejalan dengan pandangan
perenialisme yang memandang bahwa keadaan sekarang
merupakan zaman kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan,dan kesimpangsiuran. Aliran rekonstruksionalisme
dalam memecahkan masalah, mengembalikan kebudayaan yang
serasi dalam kehidupan manusia yang memerlukan kerja sama.
Aliran rekonstruksionisme ingin melakukan pembaharuan
kebudayaan lama dan membangun kebudayaan baru melalui
lembaga dan proses ilmu pengetahuan melalui pendidikan.
Perubahan ini dapat terwujud bila melalui usaha kerja sama
semua umat manusia atau bangsa-bangsa. Masa depan umat
manusia adalah suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat
secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh suatu
golongan. Cita-cita demokrasi yang sebenarnya bukan hanya
dalam teori melainkan harus menjadi kenyataan, dan terlaksana
dalam praktik. Hanya dengan demikian dapat pula diwujudkan
satu dunia yang dengan potensi-potensi teknologi mampu
meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, keamanan,
dan jaminan hukum bagi masyarakat, tanpa membedakan warna
kulit, nasionalitas, kepercayaan, dan agama.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi dalam pengetauan tertentu dikaji dari tiga aspek yaitu


ontologi, epistimologi, dan alksiologi, salahsatunya yaitu aksiologi. Ilmu
dapat menghasilkan teknologi yang akan diterapkan di masyarakat.
Disinlah penerapan ilmu pengetahuan harus diperhatikan sebaik-baiknya.
Ilmu yang benar dalam Islam dianggap sebagai petunjuk keimanan,
sebagaimana firman Allah. “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu,
yakni bahwa Al-Quran itulah yang hak dan Tuhanmu, mereka beriman
dan hati mereka tunduk” Q.S Al-hajj 54. Jadi ilmu memiliki fungsi yang
bersifat estetik yang kalau kita konsumsikan dengan baik akan
memberikan kenikmatan yang haqiqi kan kepuasan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Abri, A. (t.thn.). Filsafat Umum suatu Kalangan Sendiri.

Barnadib, I. (1990). Filsafat Pendidikan Pengantar Mengenai Sistem dan Metode.


Yogyakarta: Andi Offset.

Frondizi, R. (2007). Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta.

Idi, A., & Jalaluddin. (1997). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Baya Madya Pratama.

Isma'il, F. F. (2012). Cara Mudah Belajar Filsafat. Yogyakarta.

O, L., & Kattsuff. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Qodir, A. (1989). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta: Yayasan
Obc Indonesia.

Sahabuddin. (t.thn.). Filsafat Pendidikan Suatu Pengantar ke dalam Pemikiran,


Pemahaman, dan Pengamalan Pendidikan Bersendikan Filsafat. Ujung
Pandang: Program Pascasarjana IKIP.

Suriasumantri, J. S. (1998). Filsafat Ilmu Pengembangan Populasi. Jakarta:


Pustaka Sinar.
Susanto, H. (2003). Filsafat Ilmu Sosial. Yogyakarta: Pustaka sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai