Anda di halaman 1dari 15

Makalah Karakteristik Anak dengan Gangguan mental emosional ( Autis,

ADHD, ADD, Tunalaras, Down Sindrom )


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Mata Kuliah

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu : Dr. Lilik Sriyanti, M, Si..

Disusun Oleh:

Muhammad Walid Adi Nugroho 23040190159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah SWT,Tuhan semesta alam.Berkat rahmat
dan ‘inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan disertai ini dengan apa yang diharapkan.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW. Setelah memahami dan
membahas dengan literatur dan referensi yang ada,pada akhirnya penulisan dapat diselesaikan
dengan baik. Disertai hasil Makalah Karakteristik Anak dengan Gangguan mental emosional
( Autis, ADHD, ADD, Tunalaras, Down Sindrom ) ini mencoba menguraikan data-data tersebut.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu saya
selaku penulis menerima dengan lapang dada jika pembaca ingin mengkritik ataupun memberi
saran yang membangun demi kemajuan.Besar harapan saya semoga makalah yang saya susun ini
dapat berguna bagi penulis dan bagi pihak yang lain.

Ungaran, 6 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

BAB I..........................................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5

A. Latar Belakang Masalah................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................6

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................6

BAB II.........................................................................................................................................................8

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................8

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.........................................................................................8

B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................................................8

C. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus.....................................................................................11

D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus...............................................................................12

E. Cara mengajar anak berkebutuhan khusus.....................................................................................14

BAB III......................................................................................................................................................15

PENUTUP.................................................................................................................................................15

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal.Banyak di
antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki
faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak
luar biasa.

Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya
pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi
pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk
anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan, baik dari segi
fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang normal.

Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor,
kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta
kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan
memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut
meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut
diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah
pendewasaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?


2. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?

3. Apa saja yang menyebabkan anak menjadi berkebutuhan khusus?

4. Bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus?

5. Bagaimana metode pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai beberapa tujuan dalam
penulisan ini. Diantaranya yaitu:

1. Mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus;

2. Mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus;

3. Mengetahui sebab-sebab terjadinya anak berkebutuhan khusus;

4. Mengetahui cara menangani anak berkebutuhan khusus;

5. Mengetahui metode pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


1. Menurut Hallahan dan Kauffman, 1986

Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan
mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakn dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan
bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.[1]

Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan khusus dijuluki sebagai “orang luar biasa“,
dikarenakan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang yang terkenal memiliki
kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan-
temuan yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di bidang-bidang kehidupan lainnya.

Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang
memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak di alami oleh
orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan itu dapat berupa kelainan dalam segi fisik,
psikis, sosisal, dan moral.
Pengertian “luar biasa“ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang lebih
luas daripada pengertian “berkelainan atau cacat“ dalam percakapan sehari hari. dalam dunia pendidikan
istilah luar biasa mengandung arti ganda, yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki
kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada mereka yang mnyimpangumumnya dan
mereka yang mnyimpang ke bawah, yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan
yang tidak di derita oleh orang normal pada umumnya. Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi
kemampuan intelektual ( otak ), misalnya professor B.J Habibie, karena dia memiliki inteligensi di atas
orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “aerodinamika“ yang berkelas dunia sehingga beliau
di juluki sebagai orang yang jenius di bidangnya, sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah
ialah orang yang lambat dan sulit dalam belajar.

B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok
sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan
khusus, sebagai berikut:

1. Anak Tuna Netra

Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan. Meskipun indra
penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal yang
berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.

2. Anak Tuna Rungu

Adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan
pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan kurang dengar (hard of hearing).

3. Anak Tuna Daksa

Adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang mengalami
kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.[2]

4. Anak Tuna Wicara


Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa. Anak yang seperti ini
mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

5. Kelainan Emosi

Adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah
psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Gangguan Prilaku, ciri-cirinya yaitu:

1) Suka mengganggu di kelas

2) Tidak sabaran, terlalu cepat beraksi

3) Tidak menghargai orang lain

4) Suka menentang

5) Suka menyalahkan orang lain

6) Sering melamun.

b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi paling sedikit


selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:

1) Tidak mendengarkan orang lain berbicara

2) Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu

3) Sering tidak melaksanakan perintah dar orang lain.

c. Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder), gejala-gejalanya yaitu:

1) Tidak bisa diam

2) Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama

3) Hiperaktivitas

4) Canggung

6. Keterbelakangan Mental
Adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang lain
karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta perhatiannya labil.
Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan
jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya usianya
sudah remaja atau dewasa.

b. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat mencapai
usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan yang paling
sederhana.

c. Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak
separah dua jenis diatas. Perkembangan jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½ tahun.
Orang Debil ini dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

7. Psikoneurosis

Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal. Mereka hanya
mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak bisa mengatasi masalahnya
sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda.[3]Psikoneurosis ini dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Psikoneurosis kekhawatiran, Adalah anak yang mempunyai rasa khawatir yang


berlebihan dan tidak beralasan.

b. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota tubuhnya,
sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.

c. Psikoneurosis obsesif, adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan dorongan-


dorongan tertentu yang terus menerus.

8. Psikosis

Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh kepribadian orang
yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan normal.[4]

9. Psikopathi

Adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat memperdulikan
norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan
orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan penderita psikopathi ini tidak menyadari
adanya kelainan pada dirinya.

C. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus


Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:

1. Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan)

Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada janin saat ibu hamil
diantaranya adalah:

a. Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan janin
tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga mempengaruhi syaraf-syaraf otak
yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.

b. Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau ibu),
toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor. Tumor dapat
terjadi pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan akibatnya kerusakan pada
bola mata dan pendengaran akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.

c. Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang mengakibatkan
kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak
sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan
pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.

2. Natal (saat kelahiran)

Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan waktu yang cukup singkat akan
tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan mengancam perkembangan bayinya. Diantara nya adalah:

1) Lahir prematur

2) Kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan vacum

3) Proses kelahiran bayi sungsang.


2. Post Natal (setelah kelahiran)

Berbagai peristiwa yang dialami dalamkehidupannya seringkali dapat mengakibatkan seseorang


kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi otot dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ
itu sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya:

1) Terjadi insident

2) Kekurangan vitamin atau gizi

3) Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang.

D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus


Tidak dapat dipungkiri, pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan tambahan
energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya. berikut
ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menangani anak berkebutuhan khusus di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Penguatan kondisi mental orang tua

Strategi ini membutuhkan peranaktif orang tua dalam melakukan pengasuhan anak berkebutuhan
khusus.Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua anak berkebutuhan khusus diantaranya perlu
menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, bekerja sama dalam pengasuhan dengan pasangan, dan aktif
dalam mencari informasi mengenai anak berkebutuhan khusus.Orang tua perlu menyediakan waktu untuk
dirinya sendiri,sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri yang sudah menyediakan waktu ekstra dan
tenaga sehari-hari untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus.

2. Dukungan sosial yang memadai

Dukungan social memegang peranan luar biasa bagi keberlangsungan pengasuh anak
berkebutuhan khusus.Dukungan social dapat berupa dorongan moral, yang menguatkan dari masyarakat
sekitar maupun keluarga terdekat. Melalui dukungan sosial, diharapkan orang tua anak berkebutuhan
khusus dapat berbagi pengalaman tentang pola asuh anak berkebutuhan khusus.Hal ini belum banyak
terlihat di lingkungan masyarakat kita,mengingat masih kuatnya kepercayaan bahwa memiliki anak
berkebutuhan khusus merupakan “karma” dari Tuhan. Sehingga,kecenderungan yang ada keluarga
dengan anak berkebutuhan khusus cenderung “dikucilkan” masyarakat. Untuk menghapus kecenderungan
ini, perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tentang anak
berkebutuhan khusus.Edukasiinidapatdisampaikanmelaluijalur media ataupos-pos pelayanan masyarakat
untuk menyentuh masyarakat di area pinggiran atau pedesaan.

3. Peranaktifpemerintah

Peran aktif pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan konsultasi yang dapat dijangka
umasyarakat. Hal ini merupakan faktor yang sangat vital bagi masyarakat umum,terutama bagi mereka
yang beradap ada kelas social menengah kebawah. Tidak dapat dipungkiri, pelayanan konsultasi dan
kesehatan masih merupakan sesuatu hal yang mahal.

Dengan menyediakan konsultasi anak berkebutuhan khusus yang mudah dijangkau masyarakat,
diharapkan anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan konsultasi yang mudah dan murah.Pemerintah
pun, harus menyediakan fasilitas penanganan anak berkebutuhan khusus secara terpadu. Saat ini,
pemerintah sudah memberikan perhatian kepada anak berkebutuhan khusus melalui pembentukan
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) di bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.[5]

E. Cara mengajar anak berkebutuhan khusus


Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat informasi yang menunjang metode
pengajaran guru.Untukituguru harus mengikuti pelatihan pendidikan inklusif yang praktis dan
komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik strategi-strategi yang digunakan dalam
pendidikan inklusif.

Adapun cara mengajar anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:

1) Bersikap baik dan positif,

2) Gunakan seting kelas yang sesuai,

3) Bicaralah dengan jelas dengan posisi wajah menghadap siswa,

4) Menfaatkan semua metode komunikasi,

5) Gunakan strategi pengajaran yang efisien


6) Utamakan dukungan teman sebaya

7) Manfaatkan materi pengajaran yang ada sebaik mungkin

8) Beri penjelasan pada semua anak mengenai diabilitas

9) Buatlah kelas anda seaksesibel mungkin dan

10) Berbagilah pengalaman. Kesemua prinsip pengajaran tersebut juga dapat diterapkan pada kelas
regular.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara
sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan
konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.

Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial
yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang terakhir
adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi bagi anak
berkebutuhan khusus.

B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak berkebutuhan
khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan
mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan tetapi didekati dan diperlakukan sama
dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Sarlito, Wirawan Sarwono, 2010, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers.

Dariyo, Agoes, 2007, Psikologi Perkembangan anak 3 tahun pertama, bandung: Revika Aditama.

An, Mahfud, TT, Petunjuk Mengatasi Stres, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ahmadi, Abu, 2008, Psikologi Belajar, jakarta: Rineka Cipta.

[1]Drs.H.AbuAhmadi, psikologibelajar, (Jakarta; PT Rinekacipta, 2008), hlm 52

[2]HeriPurwanto, PendidikanAnakBerkebutuhanKhusus, (Bandung: UPI, 1988)hlm. 14

[3]WirawanSarwono, PengantarPsikologiUmum, (Jakarta: RajawaliPers, 2010) hlm. 212

[4]Ibid, hlm. 215

[5]Ibid.hlm. 220

Anda mungkin juga menyukai