Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 8

PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN BAGI ABK TUNAGRAHITA

Diajukan sebagai salah satu Tugas kelompok

Mata Kuliah Pendidikan Anak Luar Biasa

Dosen pengampu : Mhd. Fauzi Hasibuan,S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:

1. Fharaziba Fhanzeli (200209047)

2. Dina Faralia (2002090002)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pendidikan
dan Bimbingan Bagi ABK Tunagrahita”. Penulisan makalah ini guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Luar Biasa. Dalam penulisan
makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada :

1. Bapak Mhd. Fauzi Hasibuan, S,Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Anak Luar Biasa
2. Semua referensi yang terlibat dan yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak terutama kepada dosen pengampu sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Medan, November 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus...........................................................


B. Pengertian Tunagrahita.....................................................................................
C. Faktor Penyebab Tunagrahita...........................................................................
D. Karakteristik Anak Tunagrahita.......................................................................
E. Klasifikasi Anak Tunagrahita...........................................................................
F. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita..............................................................
G. Jenis Layanan Pendidikan Anak Tunagrahita...................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah tunagrahita (intellectual disability) atau dalam perkembangan
sekarang lebih dikenal dengan istilah developmental disability, sering keliru
dipahami oleh masyarakat, bahkan sering terjadi pada para professional dalam
bidang pendidikan luar biasa didalam memahami konsep tunagrahita. Perilaku
tunagrahita yang kadang-kadang aneh, tidak lazim dan tidak cocok dengan situasi
lingkungan seringkali menjadi bahan tertawaan dan olok-olok orang yang berada
didekat mereka. Keanehan tingkah laku tunagrahita dianggap oleh masyarakat
sebagai orang sakit jiwa atau orang gila. Tunagrahita sesungguhnya bukan orang
gila, perilaku aneh dan tidak lazim itu sebetulnya merupakan manifestasi dari
kesulitan meraka didalam menilai situasi akibat dari rendahnya tingkat
kecerdasan. Dalam pengertian lain terdapat kesenjangan yang signifikan antara
kemampuan berfikir dengan perkembangan usia.
Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasa
dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tunagrahita memiliki arti
menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan
ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial.
Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ.
Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya
pada kemampuan adaptif seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Apa yang dimaksud dengan anak tunagrahita?
3. Apa saja faktor penyebab anak tunagrahita?
4. Bagaimanakah karakteristik anak tunagrahita?
5. Bagaimanakah klasifikasi anak tunagrahita?
6. Apa tujuan pendidikan anak tunagrahita?
7. Apa saja pendidikan dan bimbingan yang cocok untuk anak tunagrahita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui pengertian anak tunagrahita.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab anak tunagrahita.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik anak tunagrahita.
5. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi anak tunagrahita.
8. Untuk mengetahui tujuan pendidikan anak tunagrahita.
9. Untuk mengetahui pendidikan dan bimbingan yang cocok untuk anak
tunagrahita?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan prioritas agar potensi
mereka dapat dikembangkan semaksimal mungkin sebagaimana anak-anak lainnya.
Anak berkebutuhan khusus terlihat berbeda dengan anak lainnya, seperti buta, tuli,
gangguan bicara, cacat tubuh, gangguan mental dan gangguan emosional. Secara
fisik, psikologis dan sosialnya mereka terhambat dalam mencapai tujuantujuan yang
maksimal.
Menurut Kustawan dan Meimulyani (2013 : 29), anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata
anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang
atau bahkan lebih dalam dirinya.
Menurut Kustawan (2012: 23), anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang
karena suatu hal khusus (baik yang berkebutuhan khusus permanen dan temporer)
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang
secara optimal.
Menurut Hallahan dan Kauffman dalam Mangunsong (2014: 3), anak
berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan
pelayanan terkait, jika mereka menyadari akan potensi penuh kemanusiaan mereka.
Pendidikan khusus diperlukan karena mereka tampak berbeda dari siswa pada
umumnya dalam satu atau lebih hal berikut: mereka mungkin memiliki
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosi atau prilaku,
hambatan fisik, hambatan berkomunikasi, hambatan pendengaran dan hambatan
penglihatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak dengan karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya,
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan dan memerlukan bentuk pelayan
pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus mendapatkan layanan pendidikan
khusus di Sekolah Luar Biasa, yang teridiri dari : tunanetra, tunarungu,tunadaksa,
tunagrahita, dan autis. Pada penelitian ini peneliti akan membahas mengenai
tunagrahita.

B. Pengertian Tunagrahita
Ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk mengartikan anak tunagrahita.
Istilah tersebut telah dikenal terutama di lingkungan pendidikan diantaranya seperti
lemah mental, lemah ingatan, keterbelakangan mental, dan cacat mental. Sesuai
dengan fungsinya, mental (kecerdasan) bagi manusia merupakan pelengkap
kehidupan yang paling sempurna sebab kecerdasan adalah satu-satunya pembenar
yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lain.
Menurut Mangunsong (2014: 129), dilihat dari asal katanya, tuna berarti
merugi sedangkan grahita berarti pikiran. Tunagrahita merupakan kata lain dari
reterdasi mental (mental reterdation) yang berarti terbelakang secara mental. Istilah
yang sering digunakan untuk keterbelakangan mental antara lain feeble mindedness
(lemah pikiran), cacat mental, defisit mental, bodoh dungu, pandir (imbecile) dan
sebagainya.
Menurut Smart (2010: 49), tunagrahita merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah
rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan
keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Menurut Kosasih (2012: 140), bahwa tunagrahita adalah suatu kondisi anak
yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi
dan ketidakcakapan terhadap komunikasi sosial. Anak tunagrahita juga sering dikenal
dengan istilah keterbelakang mental dikarenakan keterbatasan kecerdasannya yang
mengakibatkan anak tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan disekolah
biasa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tunagrahita disebut
juga dengan istilah berkelainan mental. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti
yang sama yaitu menjelaskan kondisi anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya (di bawah normal). Tunagrahita bukan penyakit melainkan
suatu kondisi yang melibatkan berbagai faktor, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan ketunagrahitaan.

C. Faktor Penyebab Tunagrahita


Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak
tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan ratarata. Akan tetapi semakin
lama perbedaan pola perkembangan Antara anak tunagrahita dengan anak normal
semakin jelas terlihat. Menurut Efendi (2008: 91) sebab terjadinya ketunagrahitaan
pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak ia lahir (faktor
endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).
Menurut Pratiwi dan Murtiningsih (2013: 49), faktor penyebab tunagrahita
dikelompokkan, sebagai berikut:
1) Faktor genetis atau keturunan, yang dibawa dari gen ayah dan ibu.
2) Faktor metabolisme dan gizi yang buruk, hal ini terjadi saat ibu sedang hamil atau
menyusui.
3) Infeksi dan keracunan yang bisa terjadi pada saat kehamilan.
4) Proses kelahiran, terdapat beberapa proses kelahiran yang menggunakan alat
bantu semacam tang atau catut untuk menarik kepala bayi karena sulit keluar.
5) Lingkungan buruk, diantaranya lemahnya ekonomi dan kurangnya pendidikan
sehingga keadaan kehamilan dan masa menyusui menjadi kurang optimal.
Menurut Smart (2010: 52) penyebab anak tunagrahita adalah :
1) Anomali genetic atau kromosom:
a) Down Syndrome, trisotomi pada kromosom
b) Fragile X Syndrome, malformasi kromosom X, yaitu ketika kromosom X
terbelah dua
c) Recessive gene disease, salah mengarahkan pembentukan enzim sehingga
mengganggu proses metabolisme.
2) Penyakit infeksi, terutama pada trisemester pertama karena janin belum memiliki
sistem kekebalan dan merupakan saat kritis bagi perkembangan otak.
3) Kecelakaan dan menimbulkan trauma di kepala.
4) Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya (kurang dari 9 bulan).
5) Bahan kimia yang berbahaya, keracunan pada ibu berdampak pada janin, atau
polutan lainnya yang terhirup oleh anak.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan ada dua faktor
penyebab tunagrahita yaitu faktor endogen atau faktor dari dalam dan faktor eksogen
atau faktor dari luar. Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempurnaan gen yang dibawa
sejak lahir dan faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan
perkembangan.

D. Karakteristik Anak Tunagrahita


Tunagrahita merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya
mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Untuk memudahkan pembuatan program dan pelaksanaan layanan pendidikan pada
anak tunagrahita, para guru harus mengenal karakteristik anak tunagrahita.
Menurut Efendi (2008: 98) karakteristik yang tampak pada anak tunagrahita,
yaitu :
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir.
2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.
4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.
5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.
6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak
lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar.

Menurut Endang Rochyadi (2005) Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan
adalah berikut ini :

a. Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata, maksudnya


bahwa kekurangan itu harus benar-benar meyakinkan sehingga yang bersangkutan
memerlukan layanan pendidikan khusus. Sebagai contoh, anak normal rata-rata
mempunyai IQ (Intelligence Quotient) 100, sedangkan anak tunagrahita memiliki
IQ paling tinggi 70.
b. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif), maksudnya
bahwa yang bersangkutan tidak/kurang memiliki kesanggupan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Ia hanya mampu melakukan
pekerjaan seperti yang dapat dilakukan oleh anak yang usianya lebih muda
darinya.
c. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan, maksudnya adalah
ketunagrahitaan itu terjadi pada usia perkembangan, yaitu sejak konsepsi hingga
usia 18 tahun

Dari uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa karakteristik anak


tunagrahita meliputi keterbatasan inteligensi, keterbatasan sosial dan keterbatasan
fungsi mental lainnya.

E. Klasifikasi Anak Tunagrahita


Untuk menunjang pendidikan agar berjalan efektif, pengelompokan anak
tunagrahita sangat diperlukan. Pengelompokkan itu terutama didasarkan pada berat
ringannya gangguan tergantung klasifikasinya. Pengklasifikasian anak tunagrahita
dimaksudkan agar para pendidik dapat memberikan layanan yang tepat sesuai dengan
kondisi dan potensi yang dimiliki anak.
Menurut Efendi (2008: 90) anak tunagrahita dikelompokkan menjadi:
1) Anak Tunagrahita Mampu Didik (Debil)
Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu
mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
2) Anak Tunagrahita Mampu Latih (Imbecil)
Anak tunagrahita mampu latih (imbecil) adalah anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti
program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.
3) Anak Tunagrahita Mampu Rawat (Idiot)
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau
sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang
lain. Dengan kata lain, anak tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita
yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak
mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally dependent).

Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas dipaparkan bahwa anak tunagrahita


terdiri dari anak tunagrahita ringan (debil), anak tunagrahita sedang (imbecil) dan
anak tunagrahita berat (idiot). Untuk mempertajam penelitian, maka peneliti akan
meneliti yang berkaitan dengan anak tunagrahita ringan. Walaupun perkembangan
mentalnya lambat, tetapi anak tunagrahita ringan masih memiliki kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan dengan bimbingan yang baik. Kemampuan
yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita antara lain:

(1) membaca, menulis, mengeja dan berhitung


(2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri padaorang lain
(3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

F. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita


Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita oleh Suhaeri HN (1980) sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah (1) agar dapat mengurus dan
membina diri; (2) agar dapat bergaul di masyarakat; dan (3) agar dapat
mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya.
b. Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah (1) agar dapat mengurus diri,
seperti makan minum, berpakaian, dan kebersihan badan; (2) agar dapat bergaul
dengan anggota keluarga dan tetangga, serta (3) agar dapat mengerjakan sesuatu
secara rutin dan sederhana.
c. Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah (1) agar dapat
mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau katakata apabila
menginginkan sesuatu, seperti makan), (2) agar dapat melakukan kesibukan yang
bermanfaat (misalnya mengisi kotak-kotak dengan paku); (3) agar dapat
bergembira (seperti berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap
mata orang yang berbicara dengannya).

G. Jenis Layanan Pendidikan dan Bimbingan Anak Tunagrahita


Pendidikan anak tunagrahita bukanlah program pendidikan yang seluruhnya
terpisah dan berbeda dari pendidikan umum. Anak tunagrahita sangat memerlukan
pendidikan serta layanan khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan jenis layanan anak
tunagrahita.
Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan khusus yang
berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa pendidikan dan layanan
khusus yang disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu:
1) Kelas Transisi : Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan
khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada
disekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan
anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran
dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.
2) Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1) : Layanan
pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa.
Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus
dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan
belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita
ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat
bersekolah di SLB-C1.
3) Pendidikan terpadu Layanan : pendidikan pada model ini diselenggarakan di
sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di
kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu,
jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat
bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat,
pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah
terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam
kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar
(Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (Slow Learner).
4) Program sekolah di rumah : Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang
tidak mampu mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya,
misalnya: sakit. Program dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru
PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua,
sekolah, dan masyarakat.
5) Pendidikan inklusif : Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk
anak berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan
Inklusif. Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan
guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua)
orang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk
memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersebut mempunyai
kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta
kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam
tahap rintisan.
6) Panti Rehabilitasi : Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat
berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada
umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau
motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam
panti ini terbatas dalam hal :
a) Pengenalan diri
b) Sensorimotor dan persepsi
c) Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)
d) Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi
e) Bina diri dan kemampuan sosial
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya sehingga untuk meniti tugas perkembangannya. Indikasinya
dapat dilihat pada angka tes kecerdasan, seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ 25-50
dikategorikan imbecil, dan IQ 50-75 kategori debil atau moron. Ketunagrahitaan
disebabkan karena faktor endogen dan faktor eksogen. Keterlambatan perkembangan
kognitif pada anak tunagrahita menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika
meniti tugas perkembangannya. Maka butuh pengembangan kemampuan bahasa dan
bicara dan membantu penyesuaian sosial anak tunagarahita serta modifikasi
tingkalaku agar mampu mengembangkan intelektualnya.

B. Saran
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan dengan
anak normal lainnya, maka perlu adanya perhatian khusus terhadap mereka untuk
dilatih, dibimbing, dan diberi kesempatan serta dukungan agar mereka mampu
mengembangkan seluruh potensinya agar dapat mandiri dan memiliki harga diri
dihadapan orang lain disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono. 2015 . Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:


Bumi Aksara.

Kosasih. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:


Yrama Widya.

Kustawan, D. 2012.Pendidikan inklusif dan upaya implementasinya. Jakarta:


Luxima.

Kustawan, Dedy dan Yani Meimulyani. (2013). Mengenal Pendidikan Khusus Dan
Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Bandung:PT. Luxima Metro
Media.

Mangunsong, Frieda. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.


Jilid Kesatu. Depok: LPSP3 UI.

Pratiwi, Ratih Putri& Murtiningsih, Afin. 2013. Kiat Sukses Mengasuh Anak
Berkebutuhan Khusus. Maguwoharjo: Ar-ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai