TUNAGARITHA
Makalah
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan masalah...................................................................................2
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian anak tunagrahita................................................................3
2.2 Klasifikasi anak tunagrahitha.............................................................
2.3 Penyebab anak mengalami tunagrahita..............................................
2.4 Cara pencegahan anak mengalami tunagrahita..................................
2.5 Karakteristik anak tunagrahita............................................................
2.6 Kebutuhan dan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita................
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tunagrahita emiliki beban berat dalam mengurus anak, karena anak
tunagrahita memiliki kelemahan-kelemahan tersendiri dan harus mendapat
perhatian lebih yang berbeda dengan anak normal lainnya.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud anak tunagrahita ?
b. Sebutkan klasifikasi anak tunagrahita ?
c. Apa saja penyebab anak mengalami tunagrahita ?
d. Bagaimana cara pencegahan agar anak tidak mengalami tunagrahita ?
e. Apa saja karakteristik anak tunagrahita
f. Apa saja kebutuhan dan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita ?
1.3 Tujuan masalah
a. Mengetahui tentang pengertian anak tunagrahita
b. Mengetahui tentang klasifikasi anak tunagrahita
c. Mengetahui penyebab anak mengalami tunagrahita
d. Mengetahui tentang cara pencegahan agar anak tidak mengalami
tunagrahita
e. Mengetahui tentang karakteristik anak tunagrahita
f. Mengetahui kebutuhan dan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan pendidikan
bimbingan secara khusus”. Anak Tunagrahita dengan kategori ringan dapat
dilatih dan dididik setara pendidikan dasar, diantaranya yaitu membaca,
menulis, berhitung dan keterampilan sehar-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa
anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki intelegensi yang
signifikan di bawah rata-rata, kemampuan berfikirnya rendah, perhatian dan
ingatannya lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan
dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis, dan
menghitung tetapi mereka sangat membutuhkan layanan pendidikanan
bimbingan secara khusus.
2.2 Klasifikasi anak tunagrahita
Menurut Wikasanti, (2014) Klasifikasi anak tunagrahita adalah tunagrahita
ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Berdasarkan klasifikasinya,
setiap anak tunagrahita membutuhkan perlakuan dan dukungan yang
berbedabeda sesuai dengan yang dibutuhkannya untuk dapat bertahan hidup
dilingkungan sosialnya.
a. Anak Tunagrahita Ringan (IQ 50-70)
Anak tunagrahita yang tergolong ringan, memiliki kemampuan
untuk dididik sebagaimana anak-anak normal, mereka mampu mandiri,
mempelajarai berbagai keterampilan dan life skills, serta mampu belajar
sejumlah teori yang ringan dan bermanfaat bagi kehidupan keseharian.
Misalnya mempelajarai bahasa dan berkomunikasi yang tepat,
matematika perhitungan sederhana, ilmu alam, dan ekonomi. Namun
untuk dapat membuat mereka paham dibutuhkan waktu yang cukup lama
dan guru/ pendidik yang sabar serta fokus pada beberapa anak saja. Oleh
karenanya apabila masuk kedalam kelas inklusi harus ada guru yang akan
mengawasi perkembangan dan pembelajaran anak tunagrahita jenis ringan
ini. Apabila diberi pembelajaran dan pendidikan secara konsisten, maka
anak tunagrahita ringan bisa mencapai usia perkembangan mental setara
dengan anak usia 12 tahun.
b. Anak Tunagrahita Sedang (IQ 30-50)
4
Anak tunagrahita yang tergolong pada klasifikasi sedang
merupakan anakanak yang masih mampu dilatih mandiri,memenuhi, dan
melakukan kebutuhannya sendiri. Misalnya mandi sendiri, makan sendiri,
berpakaian dan berhias serta melakukan keterampilan sederhana seperti
menyiram bunga, memberi makan hewan ternak dan membersihkan
kandangnya. Anak tunagrahita kondisi sedang ini disebut juga golongan
imbesil. Mereka masih dimungkinkan untuk mampu mandiri dengan tetap
dalam pengawaan orang lain yang siap membantu apabila mereka
membutuhkan bantuan. Apabila dilatih secara konsisten dan tepat, maka
golongan imbesil ini bisa mencapai kecerdasan mental anak-anak usia 7
tahun.
c. Anak Tunagrahita Berat (IQ < 30)
Anak tunagrahita yang digolongkan dalam klasifikasi berat
memiliki tingkat intelegensi dibawah 30. Dengan tingkat intelegensi
sekian, anak-anak biasa disebut dengan idiot ini sulit sekali untuk dilatih
apalagi dididik untuk belajar berbagai teori akademis. Perawatan khusus
dan keikhlasan dari keluargan sangat dibutuhkan oleh mereka. Biasanya
keadaan idiot ini diikuti dengan berbagai kelainan dan kelemahan dalam
fungsi tubuh lainnya. Mereka perlu perawatan khusus dan dibantu dalam
setiap aktifitasnya. Untuk bertahan hidup saja rasanya membutuhkan
banyak bantuan. Kecerdasan optimal yang dimiliki hanya setara dengan
anak usia 3 tahun. Jika mereka bisa berjalan dan membersihkan diri
sendiri tergolong cukup baik bagi pencapaian stimulasi yang bisa
dilakukan.
5
lingkungan yang lebih luas, dapat mandiri dalam masyaraakat, mampu
melakukan pekerjaan semi trampil dan pekerjaan sederhana.
b. Tunagrahita sedang (IQ: 36 - 51),
Tingkat kecerdasan IQ berkisar 30–50 dapat belajar keterampilan sekolah
untuk tujuan fungsional, mampu melakukan keterampilan mengurus
dirinya sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi sosial
dilingkungan terdekat, mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu
pengawasan.
c. Tunagrahita berat (IQ: 20 - 35),
Tingkat kecerdasan IQ mereka kurang dari 30 hampir memiliki
kemampuan yang sama dengan kategori tunagrahita sedang. Umumnya
menderita gangguan fisik motorik ( gerakan ) mencolok.
d. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Tingkat kecerdasan IQ mereka kurang dari 20 hampir tidak
memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri.Ada yang masih
mampu dilatih mengurus diri sendiri, berkomunikasi secara sederhanaa
dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat terbatas.
2.3 Penyebab anak mengalami tunagrahita
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor-faktor
penyebab menjadi beberapa kelompok. Straus mengelompokkan faktor-faktor
tersebut menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Berikut ini akan
dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik dari
faktor keturunan, maupun dari faktor lingkungan.
a. Faktor Keturunan
Terjadi karena adanya kelainan kromosorn (inversi, delesi, duplikasi) dan
kelainan gen ( kekuatan kelainan, lokus gen).
b. Gangguan Metabolisme Gizi
Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan
kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun
mental pada individu. Berikut kelainan yang disebabkan oleh kegagalan
metabolisme dan kekurangan gizi pada penderitanya yang diadabtasi dari
6
Hanbook of care and Training of Developmental Abilities dalam
Apriyanto (2012) adalah Gangguan metabolisme asam amino
(phenylketonuria), gangguan metabolisme saccharide (gargolism),
kelainan hypothyroidism (cretinism).
c. Infeksi dan Keracunan Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan
adalah adanya infeksi dan keracunan yang mana terjadi selama janin
masih berada dalam kandungan ibunya. Infeksi dan keracunan ini tidak
lansung, tetapi lewat penyakit-penyakit yang dialami ibunya, diantaranya
adalah penyakit rubella, syphilis bawaan, syndrome gravidity yang
beracun.
d. Trauma dan Zat Radioaktif Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan
karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada
otak ketika bayi dilahirkan dan terkena zat radioaktif selama hamil.
Trauma otak terjadi pada kepala dapat menimbulkan pendarahan
intracranial yang mengakibatkan terjadinya kecacatan pada otak.
Sedangkan pada zat radioaktif, ketidaktepatan penyinaran atau radiasi
sinar x selama bayi dalam kandungan mengakibatkan tunagrahita
microcephaly. Janin yang terkena zat radioaktif pada usia tiga sampai
enam minggu pertama kehamilan sering menyebabkan kelainan pada
berbagai organ. Karena pada masa ini embrio mudah sekali terpengaruh.
e. Masalah pada Kelahiran Kelainan dapat juga disebabkan oleh masalah-
masalah yang terjadi pada waktu kelahiran (perinatal), misalnya
kelahiran yang disertai hyposia dapat dipastikan bahwa bayi yang
dilahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang dan nafas yang
pendek. Kerusakan otak pada prenatal dapat disebabkan oleh trauma
mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.
f. Faktor Lingkungan (Sosial Budaya) Menurut Paton dan Polloway dalam
Apriyanto (2012) bahwa bermacammacam pengalaman negatif atau
kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode
perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Anak
tunagrahita banyak ditemukan pada daerah yang memiliki tingkat sosial
7
ekonomi rendah, hal ini disebabkan ketidakmampuan lingkungan
memberikan stimulus yang diperlukan selama masa perkembangannya.
2.4 Cara pencegahan anak mengalami tunagrahita
8
membantu perkembangan anaknya secara dini.
9
menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah dipengaruhi
dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Namun,
dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan dan rasa empati yang
baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakuan dan lingkungan
yang kondusif.
c. Keterbatasan Fungsi–Fungsi Mental lainnya
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat
pengolahan (perbendarahan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya. Selain it, anak tunagrahita kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang
buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan waktu yang lama untuk
melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenal.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,
membedakan antara baik dan yang buruk, dan membedakan yang
benar dengan yang salah.
Anak tunagrahita pelupa dan mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan kembali suatu ingatan.
10
1. Landasan untuk Memenuhi Kebutuhan Pendidikan
11
c. Landasan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
Cara memenuhi kebutuhan pendidikan ini meliputi (1) persamaan
hak dengan anak normal bahwa anak tunagrahita membutuhkan
persyaratan layanan pendidikan umum yang sama dengan anak normal.
Hal-hal yang berlaku pada anak normal diberlakukan pula pada pendidikan
anak tunagrahita setelah mengalami modifikasi. Oleh karena itu,
pandanglah lebih dahulu persamaannya dengan anak normal, (2)
perbedaan individual bahwa dalam memenuhi kebutuhan pendidikan harus
didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan anak itu secara khusus. Oleh
karena itu, kedalaman dan keluasan materi pelajaran berbeda antara anak
normal dengan anak tunagrahita, (3) didasarkan pada keterampilan praktis
bahwa pendidikan bagi anak tunagrahita lebih diarahkan pada
keterampilan praktis mengingat keterbatasan kecerdasan intelektualnya.
Mereka dapat diarahkan pada penguasaan salah satu atau aspek yang
paling kecil dari jenis keterampilan sehingga ia dapat mengantarkan anak
itu untuk bekerja sebagai bekal hidupnya, (4) Didasarkan pada sikap
rasional dan wajar bahwa dalam memberi layanan, anak tunagrahita
khususnya tidak boleh dimanjakan atau sebaliknya dibiarkan.
2. Jenis layanan bagi anak tunagrahita
a. Tempat khusus atau sistem segregasi
12
ada juga khusus melihat berat dan ringannya kelainan, seperti
sekolah untuk tunagrahita ringan.
3) Kelas jauh
Kelas jauh adalah kelas yang dibentuk jauh dari sekolah induk
karena di daerah tersebut banyak anak luar biasa. Biasanya anak
yang tinggal jauh dari kota tidak dapat mengunjungi sekolah khusus
karena sekolah khusus umumnya hanya ada di kota-kota besar.
4) Guru kunjung
13
1. Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun
guru.
2. Di kelas biasa dengan guru konsultan
3. Di kelas biasa dengan guru kunjung
4. Di kelas biasa dengan ruang sumber
5. Di kelas khusus sebagian waktu
6. Kelas khusus
14
maknanya dengan pengajaran individual. Pengajaran individual adalah
pengajaran yang diberikan kepada seorang demi seorang dalam waktu
tertentu dan ruang tertentu pula, sedangkan pengajaran yang
diindividualisasikan diberikan kepada tiap murid meskipun mereka
belajar bersama dengan bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan
keluasan materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan tiap anak. Strategi ini tidak menolak sistem klasikal atau
kelompok. Strategi ini memelihara individualitas.
2. Strategi kooperatif
Strategi ini merupakan strategi yang paling efektif diterapkan
pada kelompok murid yang memiliki kemampuan heterogen, misalnya
dalam pendidikan yang mengintegrasikan anak tunagrahita belajar
bersama dengan anak normal. Strategi ini relevan dengan kebutuhan
anak tunagrahita di mana kecepatan belajarnya tertinggal dari anak
normal. Strategi ini bertitik tolak pada semangat kerja di mana mereka
yang lebih pandai dapat membantu temannya yang lemah (mengalami
kesulitan) dalam suasana kekeluargaan dan keakraban.
15
memasang retsluiting; alat latihan konsentrasi, seperti papan
keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.
C. Evaluasi
Evaluasi belajar pada anak tunagrahita membutuhkan rumusan
ketentuan-ketentuan mengingat berat dan ringannya
ketunagrahitaan. Memang pada dasarnya tujuan evaluasi adalah
sama dengan evaluasi pada pendidikan anak biasa, yakni untuk
mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan anak sehingga dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan
bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retasdation, mentally retarded,
mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut
sesungguhnya mempunyai arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak
yang kecerdasanya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Anak tungrahita atau
dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan
kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program
penddikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang
mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan
dengan kemampuan anak tersebut. Klasifikasi anak tunagrahita yaitu;
Anak Tunagrahita Ringan (IQ 50-70), Tunagrahita sedang (IQ: 36 - 51),
Tunagrahita berat (IQ: 20 - 35),Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini,kami selaku penyusun tentunya
mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan kesalahan baik dalam
ejaan,pilihan kata,sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang
kurang dipahami.untuk itu kami mohon maaf yang sebesar
besarnya,dikarenakan kami masih taraf pembelajaran.
17
DAFTAR PUSTAKA
18