Disusun Oleh:
Kelompok 8
Try Suci Septiana 1910125220002
Nizmatullayla 1910125120007
Fatmawati 1910125120037
Muhammad Ihsanul Abidin 1910125210091
Raudatun Inayah 1910125220082
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat
dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang mana atas karunia-Nya dan safaat beliau kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Inklusi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, dengan materi
pembahasan tentang Klasifikasi Anak Berkelaianan Akademik (Tuna Grahita, Anak
Berbakat/CB, Anak Kesulitan Belajar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Dani Wahyudi, S. PD.I. M. Pd.
selaku dosen pengampu beserta pihak-pihak yang sudah mendukung penulisan makalah ini.
Kami pun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan makalah ini menjadi lebih sempurna.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin Yarobbal
Aalamiin.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Karakteristik Anak Tuna Grahita....................................................................................2
B. Klasifikasi Anak Tuna Grahita........................................................................................6
C. Karakteristik Anak Berbakat...........................................................................................8
D. Klasifikasi Anak Berbakat............................................................................................10
E. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar...........................................................................13
F. Klasifikasi Anak Kesulitan Belajar...............................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda sejak dilahirkan di dunia,
mereka memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda-beda satu sama lain. Ada
beberapa anak yang memiliki kelainan baik secara fisik, psikis maupun akademik,
maka dari itu kita tidak bisa menyamaratakan dan membandingkan anak yang satu
dengan yang lainnya. Anak yang memiliki kelainan fisik, psikis maupun akademik
sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan
Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional
yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat sebagai
ABKadalah suatu kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yangberbeda
dengan anak pada umumnya yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik pada
fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional. Di dalam makalah ini akan
membahas lebih lanjut mengenai karakteristik dan klasifikasi anak yang memiliki
kelainan akademik yaitu tuna grahita, anak berbakat, serta anak kesulitan dalam
belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik anak tuna grahita?
2. Apa saja klasifikasi anak tuna grahita?
3. Bagaimana karakteristik anak berbakat?
4. Apa sajakah klasifikasi anak berbakat?
5. Bagaimana karakteristik anak kesulitan belajar?
6. Apa sajakah klasifikasi anak kesulitan belajar?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana karakteristik anak tuna grahita?
2. Apa saja klasifikasi anak tuna grahita?
3. Bagaimana karakteristik anak berbakat?
4. Apa sajakah klasifikasi anak berbakat?
1
5. Bagaimana karakteristik anak kesulitan belajar?
6. Apa sajakah klasifikasi anak kesulitan belajar?
D.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Karakteristik umum
Berikut ini akan dikemukakan karakteristik anak tunagrahita secara umum
berdasarkan adaptasi dari James D. Page (Suhaeri, HN: 1979) sebagai berikut.
1) Akademik
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih
kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar
dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari hari ke hari
mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindar dari
perbuatan berpikir. Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian, dan
lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar membuat
kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.
2) Sosial/Emosional
Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara
dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena
mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka
cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya.
Kehidupan penghayatannya terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan
rasa bangga atau kagum. Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis,
mudah goyah, kurang menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga
3
mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga tidak jarang dari mereka mudah
terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, merusak, dan
pelanggaran seksual. Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan
dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau
perlakukan dan lingkungan yang kondusif.
3) Fisik/Kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita
kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia
yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan
diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara. Pendengaran dan
penglihatannya banyak yang kurang sempurna. Kelainan ini bukan pada organ
tetapi pada pusat pengolahan di otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak
memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami apa yang
didengarnya. Bagi anak tunagrahita yang berat dan sangat berat kurang
merasakan sakit, bau badan tidak enak, badannya tidak segar, tenaganya kurang
mempunyai daya tahan dan banyak yang meninggal pada usia muda. Mereka
mudah terserang penyakit karena keterbatasan dalam memelihara diri, serta
tidak memahami cara hidup sehat.
2. Karakteristik khusus
Berikut ini akan dikemukakan karakteristik anak tunagrahita menurut tingkat
ketunagrahitaannya.
1) Karakteristik Tunagrahita Ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya,
mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada
usia 16 tahun atau lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat
kesukarannya sama dengan kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar
membaca baru dicapainya pada umur 9 tahun dan 12 tahun sesuai dengan berat
dan ringannya kelainan. Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara
setengah dan tiga per empat kecepatan anak normal dan berhenti pada usia
muda. Perbendaharaan katanya terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai
dalam situasi tertentu. Mereka dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang
hanya memerlukan semi skilled. Sesudah dewasa banyak di antara mereka yang
mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia
anak normal 9 dan 12 tahun.
4
2) Karakteristik Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita
Sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaranpelajaran akademik.
Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan.
Mereka berkomunikasi dengan beberapa kata. Mereka dapat membaca dan
menulis, seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orang tuanya, dan lain-lain.
Mereka mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian, mereka
masih memiliki potensi untuk mengurus diri sendiri. Mereka dapat dilatih untuk
mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti kegiatan
dan menghargai hak milik orang lain. Sampai batas tertentu mereka selalu
membutuhkan pengawasan, pemeliharaan, dan bantuan orang lain. Tetapi
mereka dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Setelah dewasa
kecerdasan mereka tidak lebih dari anak normal usia 6 tahun. Mereka dapat
mengerjakan sesuatu dengan pengawasan.
5
saja, apatis, tidak pernah sadar, jarang menangis, kalau menangis terus
menerus, terlambat duduk, bicara, dan berjalan.
b. Masa Kanak-kanak
Pada masa ini anak tunagrahita sedang lebih mudah dikenal daripada
tunagrahita ringan. Oleh karena tunagrahita sedang mulai memperlihatkan
ciri-ciri klinis, seperti mongoloid, kepala besar, dan kepala kecil. Tetapi
anak tunagrahita ringan (yang lambat) memperlihatkan ciri-ciri: sukar mulai
dengan sesuatu, sukar untuk melanjutkan sesuatu, mengerjakan sesuatu
berulang-ulang, tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong,
melamun, ekspresi muka tanpa ada pengertian. Selanjutnya tunagrahita
ringan (yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri: mereaksi cepat, tetapi tidak
tepat, tampak aktif sehingga memberi kesan bahwa anak ini pintar,
pemusatan perhatian sedikit, hyperactive, bermain dengan tangannya
sendiri, cepat bergerak tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
c. Masa Sekolah
Masa ini merupakan masa yang penting diperhatikan karena biasanya
anak tunagrahita langsung masuk sekolah dan ada di kelas-kelas SD biasa.
Ciri-ciri yang mereka munculkan adalah sebagai berikut.
a) Adanya kesulitan belajar pada hampir semua mata pelajaran (membaca,
menulis, dan berhitung) Ia tidak dapat melihat perbedaan antara dua hal
yang mirip bentuknya ataupun ukurannya. Ia sukar membedakan arah
dan posisi, seperti huruf d dan b, n dan m, ikan dan kain. Ia juga sulit
atas perintah dan melokalisasi suara. Dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita mengalami kelainan dalam persepsi, asosiasi, mengingat
kembali, kekurangmatangan motorik, dan gangguan koordinasi
sensomotorik.
b) Prestasi yang kurang Hal ini mulai tampak jelas bila ia mulai
menduduki kelas 4 SD karena di kelas tersebut mulai mempelajari
konsep abstrak. Biasanya mereka berprestasi biasa di kelas 1, 2, 3 SD.
c) Kebiasaan kerja yang tidak baik Biasanya kebiasaan ini muncul karena
mereka bingung dengan tugas yang ia rasakan sulit dan banyak. Reaksi
penolakan ini bermacammacam, seperti duduk diam sambil melamun,
mengganggu teman, memainkan alat tulis, sering menghapus
tulisannya, dan sering meninggalkan pekerjaan.
6
d) Perhatian yang mudah beralih Perhatian anak tunagrahita hanya
berlangsung sebentar. Ia mudah merasa lelah, bosan dan akhirnya
mengalihkan perhatiannya ke hal-hal yang lain. Ia mudah terangsang
oleh sesuatu yang ada di sekitarnya sehingga mengganggu anak lain.
e) Kemampuan motorik yang kurang Oleh karena kerusakan otak banyak,
anak tunagrahita mengalami gangguan motorik. Ia tidak dapat bergerak
dengan tepat, kaku, koordinasi motorik tidak baik. Kekurangan ini
dapat terlihat pada cara berjalan, lari, lompat, melempar, menulis,
memotong, dan pekerjaan lainnya.
f) Perkembangan bahasa yang jelek Hal ini terjadi karena perkembangan
bahasa yang miskin dan kekurangan kemampuan berkomunikasi
verbal, kurangnya perbendaharaan kata, dan kelemahan artikulasi.
Kekurangan ini semakin bertambah karena lingkungan tidak
merangsangnya untuk perkembangan bahasa atau adanya gangguan
emosi dari anak itu sendiri.
g) Kesulitan menyesuaikan diri. Manifestasi dari kesulitan tersebut adalah
adanya sikap agresif, acuh tak acuh, menarik diri, menerima secara
pasif atau tidak menaruh perhatian atas nasihat atau merasa tidak
dianggap oleh lingkungan.
d. Masa Puber
Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan
remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan
berpikir dan kepribadian berada di bawah usianya. Akibatnya ia mengalami
kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri. Setelah tamat sekolah ia
belum siap untuk bekerja, sedangkan ia tidak mungkin untuk melanjutkan
pendidikan. Akibatnya ia hanya tinggal diam di rumah yang pada akhirnya
ia merasa frustrasi. Kalau diterima bekerja, mereka bekerja sangat lamban,
dan tidak terarah. Hal ini tidak memenuhi tuntutan dunia usaha.
7
yang hampir sama serta jenjang pendidikan yang sama, kenyataannya kemampuan
individu berbeda satu dengan lainnya. Dengan demikian, sudah barang tentu diperlukan
strategi dan program khusus yang disesuaikan dengan perbedaan individual tersebut.
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991
adalah sebagai berikut.
1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50 - 70,
2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30 - 50,
3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.
2. Kretin (Cebol)
8
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan
tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, lidah
dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephal
Anak ini memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan
pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephal
Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.
9
3) Kretif dan produktif dalam berpikir (mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
menggali penemuan-penemuan baru, mengerjakan setiap pekerjaan dengan teliti dan
sungguh-sungguh atau hanya dengan ide-ide).
4) Cakap dalam kepemimpinan (mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan bersama).
Karakteristik anak berbakat menurut Terman yang diacu oleh Syamsuar Mochtar
(1992 : 20) adalah sebagai berikut: anak berbakat menonjol dalam kesiapan mental,
keinginan untuk belajar, daya konsentrasi diri yang besar, daya penalaran yang tinggi,
kemampuan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik, menunjukkan minat
yang setinggi- tingginya, mandiri dalam memberikan pertimbangan- pertimbangan, dan
dapat memberi jawaban tepat dan langsung (Berbakat, 1995).
Anak berbakat sebagai kelompok individu cenderung memiliki keunikan
karakteristik dan kebutuhan. Adapun karakteristik dan kebutuhannya di antaranya
sebagai berikut (Wahab & Pengantar, 2005):
1) Memiliki rentangan perhatian lama dikaitkan dengan suatu bidang akademik.
2) Memiliki pemahaman konsep, metode, dan terminologi tingkat lanjut untuk bidang
tertentu.
3) Mampu menerapkan konsep-konsep dari bidang-bidang tertentu ke kegiatan-
kegiatan dalam bidang lainnya.
4) Adanya keinginan mencurahkan sebagian besar waktu dan usahanya untuk mencapai
standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik tertentu.
5) Adanya kemampuan kompetitif dalam bidang akademik tertentu dan motivasi untuk
berbuat yang terbia.
6) Kemampuan belajar cepat dalam bidang studi tertentu.
7) Memiliki keajegan dan dikendalikan oleh tujuan dalam bidang tertentu.
Anak yang berbakat juga memiliki karakteristik kognitifnya antara lain sebagai
berikut (Sutisna, n.d.):
1) Membutuhkan informasi yang lebih banyak.
2) Daya ingatnya istimewa.
3) Minat dan rasa ingin tahunya kuat.
4) Tingkat perkembangannya tinggi.
5) Kapasitas yang tinggi dalam melihat hubungan yang tak lazim dan berbeda dengan
menggunakan metafor dan analog.
6) Ide-idenya orisinil.
10
7) Intensitas (maksud/ tujuan) khusus dan terarah (berorientasi pada sasaran).
11
1) Belajar melihat dan mengamati, mengenali wajah, benda, bentukbentuk, warna-
warna, detail dan pemandangan.
2) Mudah memahami gambar dan ilustrasi daripada teks atau tulisan.
3) Menikmati bentukan hasil tiga dimensi seperti origami, jembatan tiruan, rumah,
dan sebagainya.
4) Menggemari film, slide, foto, gambar, dan senang mencoret di atas kertas,
12
4) Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan alat musik secara
otodidak atau bersama dengan orang lain,
13
sumbersumber alam. Karakteristik yang dimiliki orang dengan kecerdasan naturalis
adalah :
1) Akrab dengan binatang peliharaan.
2) Menikmati berjalan-jalan di alam terbuka.
3) Gemar berkebun, berada di dekat kebun dan menunjukkan kesadaran ekologi
yang tinggi.
4) Menikmati akuarium atau sistem kehidupan lainnya.
5) Menangkap serangga, daun-daunan dan benda alam lainnya.
6) Memahami topik mengenai sistem kehidupan.
14
tidak mampu menjadi pendengar yang baik, untuk berpikir, untuk berbicara, membaca
dan menulis, mengeja huruf, bahkan perhitungan yang bersifat matematika. Kondisi
kelainan dapat disebabkan oleh perceptual handicaps, braininjury, minimal brain
dysfunction, dyslexia, and developmental`aphasia.(Sunarya et al., 2018)
15
1) Perhatian (Attention Disorder) Anak dengan attention disorder akan merespon
pada berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering teralih
perhatiannya, tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama untuk
belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu hal.
16
huruf, kata, ataupun angka dengan arah arah terbalik kiri kanan. Contoh: buku
duku, palu lupa - Pembalikan atas-bawah (Reversal) Membalikkan bentuk
huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik atas-bawah. Contoh: m w, u n,
nana uaua, mama wawa, 2 5, 6 9. - Penggantian (Substitusi) Mengganti huruf
atau angka. Contoh: mega meja, nanas mamas, 3 8. Ada dua tipe disleksia, yaitu
dileksi audiotoris dan disleksia visual. - Gejala-gejalan disleksia audiotoris
sebagai berikut:
17
dengan gangguan disgrafia sejatinya mengalami kesulitan dalam
mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak otot secara otomatis saat
menulis huruf dan angka. Feldmen menyatakan bahwa ada beberapa ciri khusus
anak dengan gangguan disgrafia, antara lain:
a. Saat menulis, penggunaan huruf capital (besar) dan kecil masih tercampur.
b. Ukuran dan bentuk huruf pada tulisannya tidak proporsional.
c. Anak tampak harus berusaha keras saat mengomunikasikan suatu ide,
pengetahuan, ataupun pemahamannya lewat tulisan.
d. Sulit memegang pulpen ataupun pensil Caranya memegang alat tulis sering
terlalu dekat, bahkan hampir menempel dengan kertas.
e. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis. Jika tidak demikian, bisa
juga anak tersebut terlalu memerhatikan tangannya yang sedang menulis.
f. Penulisan tidak mengikuti alur garis yang tepat dan serta kurang
proporsional.
g. Tetap mengalami kesulitan sekalipun hanya diminta menyalin contoh
tulisan yang sudah ada.
3) Matematika/Berhitung (Dyscalculia) Kesulitan belajar berhitung disebut juga
diskakulia. Kesulitan belajar berhitung yang berat disebut akalkulia. Menurut
Abdurrahman (2010), diskakulia adalah gangguan belajar yang berpengaruh
terhadap kemampuan matematika. Seorang dengan diskakulia sering mengalami
kesulitan memecahkan masalah matematika serta konsep dasar aritmatika.
Diskalkulia juga dikenal dengan istilah math difficulty. Sebab, gejala ini
menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan
ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terjadi menjadi bentuk kesulitan
berhitung (counting) dan mengalkulasi (calculating).
a. Kemampuan dasar berhitung, terdiri atas: - Mengelompokkan
(classification), yaitu kemampuan mengelompokkan objek sesuai warna,
bentuk, maupun ukurannya. - Membandingkan (comparation), yaitu
kemampuan membandingkan ukuran atau kuantitas dari dua buah obyek. -
Mengurutkan (seriation), yaitu kemampuan membandingkan ukuran atau
kuantitas lebih dari dua buah objek. Pola pengurutannya sendiri bisa
dimulai dari yang paling minimal ke yang paling maksimal atau sebaliknya.
- Menyimbolkan (simbolization), yaitu kemampuan membuat simbol atas
kuantitas yang berupa angka bilangan (0-1-2-3-4-5-6-7-8-9) atau simbol
18
tanda operasi dari sebuah proses berhitung seperti tanda + (penjumlahan), --
(pengurangan), x (perkalian), atau ÷ (pembagian), < (kurang dari), > (lebih
dari), dan = (sama dengan) dan lain-lain. - Konservasi, yaitu kemampuan
memahami, mengingat, dan menggunakan suatu kaidah yang sama dalam
proses/operasi hitung yang memiliki kesamaan.
b. Kemampuan dalam menentukan nilai tempat.
c. Kemampuan melakukan operasi penjumlahan dengan atau tanpa teknik
menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam.
d. Kemampuan memahami konsep perkalian dan pembagian.
e. Kemampuan menjumlah dan mengurangi bilangan bulat.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak tuna grahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi
dibawah intelegensi normal. Anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang
sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal
yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan
berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya. Adapun karakteristik yang dimiliki
anak tuna grahitna, yaitu terbagi menjadi karakteristik umum dan khusus.
Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan untuk mempermudah guru
dalam menyusun program dan melaksanakan layanan pendidikan. Penting bagi Anda
untuk memahami bahwa pada anak tunagrahita terdapat perbedaan individual yang
variasinya sangat besar.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan dari semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk kelancaran pembuatan
makalah selanjutnya. Namun, kami berharap makalah kami bisa bermanfaat bagi kita
semua.
20
C.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sunarya, P. B., Irvan, M., & Dewi, D. P. (2018). Kajian Penanganan Terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 11–19.
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1617
Sunarya, P. B., Irvan, M., & Dewi, D. P. (2018). Kajian Penanganan Terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 11–19.
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1617
Yosiani, N. (2014). Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar
Di Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar, 1(2), 111–123.
http://journal.unpar.ac.id/index.php/unpargraduate/article/view/1207
22