Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Kelas: 3B PGSD
BANJARMASIN
2020
A. Membuat Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis. (National Center for Vocational Education Research
Ltd/National Center for Competency Based Training).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang
kongkret untuk memahami yang abstrak
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila
penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret,
sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk
menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara
tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita
bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar
lainnya.
2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih
memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar
pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x
5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang
diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun
pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat
dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman
siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang
sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh
guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan
seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar,
namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan
diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu
dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat
siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif
terhadap hasil kerja siswa.
4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih
berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam
melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi)
agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi,
antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas
tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu
yang membuat siswa senang belajar, dll.
5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya
akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan.
Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu
dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak
tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang
terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu
menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan
karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan
dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju,
sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan
senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota
yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan
berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses
pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan
yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai,
bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati,
dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi
perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota
tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan
mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka
semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang
berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
a. Analisis SK-KD
Mata Pembelajaran : Kimia
Kalas : X
Semester : 2
Jenis
Kompetensi Materi Kegiatan
Indikator B.
Dasar Pembelajaran Pembelajaran
Ajar
· Melakukan
percobaan daya
hantar listrik
untuk
menentukan
ciri-ciri larutan
yg bersifat
elektrolit dan
non elektrolit
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan
ajar dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas
pengalaman belajar diuraikan akan semakin mudah guru menentukan
jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan terhadap seluruh SK, maka
akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan oleh
guru.
No Wc F/ Mo/
Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf
. h Gb M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasi √ √ √ √ √ ** ** **
pendukung
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/langkah - √ √ - - - ** **
kerja
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
a. Handout
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas
dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout
harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis
tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai
kompetensinya.
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah
pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku
yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari
KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai
bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/
pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan
dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang
diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang
sesuai untuk disajikan.
1) Analisis SK dan KD
Total
Catatan *) : Jika 75% dari ke-5 kriteria terpenuhi, maka dinyatakan lulus.
3) Penyusunan Materi
4) Urutan pembelajaran
Judul
Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)
Kompetensi yang akan dicapai
Informasi pendukung
Latihan-latihan
Petunjuk kerja, dapat berupa lembaran kerja (LK)
Evaluasi/penilaian
d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
1) Analisis kurikulum
4) Penulisan LKS
7) Penyusunan Materi
8) Struktur LKS
Judul
Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
Kompetensi yang akan dicapai
Informasi pendukung
Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
Penilaian
e. Brosur
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak
memuat antara lain:
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s
New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang
dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain
secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus
memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau
lebih KD.
g. Wallchart
h. Foto/Gambar
i. Model/Maket
Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan
adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu
diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya
evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas.
Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai dari one to
one, group, ataupun class.
Evaluator : …........
Tanggal : …........
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
KEBAHASAAN
7 Keterbacaan
8 Kejelasan informasi
9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia
SAJIAN
11 Kejelasan tujuan
12 Urutan penyajian
13 Pemberian motivasi
15 Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
19 Desain tampilan
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau
perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar
siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran.
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
Salah satu kosa kata yang muncul dan populer bersamaan dengan hadirnya
TIK dalam dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan
kependekan dari elektronik learning. Secara generik elearning berarti belajar
dengan menggunakan elektronik. Kata elektronik sendiri mengandung pengertian
yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga elearning sering diartikan
sebagai proses belajar yang menggunakan komputer atau internet.
Dalam pengertian yang paling sederhana, suatu proses belajar akan terjadi
apabila tersedia sekurang-kurangnya dua unsur, yakni orang yang belajar dan
sumber belajar. Sumber belajar mencakup orang (narasumber), alat (hardware),
bahan (software), lingkungan (latar, setting), dll. Bahan ajar adalah salah satu
jenis dari sumber belajar.
Sebagaimana sebutannya, bahan ajar berbasis web adalah bahan ajar yang
disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering
juga disebut bahan ajar berbasis internet atau bahan ajar on line. Terdapat tiga
karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar berbasis web, yakni;
menyajikan multimedia, menyimpan, mengolah, dan menyajikan infromasi,
hyperlink
Karena sifatnya yang online, maka bahan ajar berbasis web mempunyai
karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu
karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink
memungkinkan sesuatu subjek nge-link ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan
geografis, selama subjek yang bersangkutan tersedia pada web. Dengan adanya
fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya. Search engine
sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.
Bahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup
tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi.
Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas
dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree).
Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan belajar itu ditujukan.
Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek orang, Namun juga harus
mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus sudah mereka
kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.
Langkah-Langkah Pengembangan
1. Penentuan sasaran
2. Pemilihan topik
4. Perumusan tujuan
6. Pengumpulan referensi
Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber referensi.
Referensi digunakan untuk memberi dukungan teoretis, data, fakta, ataupun
pendapat. Referensi juga dapat memperkaya khasanah bahan belajar, sehingga
pembaca yang menginginkan pendalaman materi yang dibahas dapat mencari dari
sumber yang disebutkan. Dalam web, pembaca dapat dengan mudah diberikan
link ke sumber referensi tersebut.
7. Penyusunan bahan
Program pengayaan adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang
sudah mencapai ketuntasan belajar untuk memperluas pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimilikinya (Izzati.2015, p.57-58).
Program remedial adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar, berupa kegiatan perbaikan yang mencakup
segala bantuan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan hasil
belajar agar mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan (Izzati.2015, p.57)
Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial,
terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa KTSP yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007
menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan
sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas SK dan KD yang
harus dikuasai peserta didikJika seorang peserta didik mencapai standar tertentu
maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Dengan diberikannya
pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan
belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka
yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian
kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial (Sumiyati.2010)
a. Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik
untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya
belajar masing-masing.
b. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk
secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu
memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui
kemajuan belajar peserta didiknya.
c. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode
pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik
mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin
agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
e. Pelayanan sepanjang waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya
selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya
sesuai dengan kesempatan masing-masing.
3. Tujuan dan Fungsi Program Remedial
a. Fungsi korektif
b. Fungsi pemahaman
c. Fungsi penyesuaian
d. Fungsi pengayaan
e. Fungsi terapetik
5. Perencanaan
6. Pelaksanaan
7. Penilaian Otentik
Peserta didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti remedial. Misalkan, suatu matapelajaran (IPA) memiliki
KKM sebesar 64. Seorang peserta didik, Andi memperoleh nilai PH1 (KD
3.1) sebesar50. Karena Andi belum mencapai KKM, maka Andi mengikuti
remedial untuk KD 3.1. Setelah Andi mengikuti remedial dan diakhiri dengan
penilaian, Andi memperoleh hasil penilaian sebesar 80. Berdasarkan ketentuan
tersebut, maka nilai PH1 (KD 3.1) yang diperoleh Andi adalah sebesar 80.
Peserta didik yang telah tuntas (misalnya, Wati dengan nilai 75) dan
nilainya dilampaui oleh peserta didik yang mengikuti remedial (misalnya,
Andi dengan nilai 80), kemungkinan Wati mempunyai perasaan diperlakukan
“tidak adil” oleh pendidik. Oleh karena itu, pendidik disarankan memberikan
kesempatan yang sama pada peserta didik yang telah mencapai KKM untuk
memperoleh nilai yang maksimal.
a. Alternatif 2
Peserta didik diberi nilai dengan cara meratarata antara nilai capaian
awal (sebelum mengikuti remedial) dan capaian akhir (setelah mengikuti
remedial), dengan ketentuan, apabila nilai ratarata lebih dari KKM, maka nilai
akhirnya adalah nilai ratarata tersebut; sedangkan jika nilai ratarata kurang
dari KKM, maka nilai akhirnya adalah sebesar nilai KKM.
Contoh:
1) Badar memperoleh nilai awal 60. Nilai KKM 64. Setelah
remedial Badar memperoleh nilai 90. Ratarata nilai awal dan
remedial sebesar 75 (melebihi KKM), maka Badar memperoleh
nilai akhir 75.
2) Badar memperoleh nilai awal 50. Nilai KKM 64. Setelah
remedial Badar memperoleh nilai 70. Ratarata nilai awal dan
remedial sebesar 60 (di bawah KKM), maka Badar
memperoleh nilai akhir sebesar KKM yaitu 64.
Referensi
http://rinisiski13.blogspot.com/2018/12/makalah-konsep-pengayaan-dan-
konsep.html
http://abiavisha.blogspot.com/2015/06/bahan-ajar-penyusunan-bahan-ajar-
bagi.html