Disusun oleh:
KELOMPOK 7
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga kita masih diberi kesehatan dan kebahagiaan di dunia
tanpa aral suatu apapun. Serta atas kehendak-Nya pula tugas makalah mata kuliah Penjas
Adaptif dengan materi “ Karakteristik Anak Berkebutuhan Tunarungu dan Kesulitan Belajar
“ ini dapat terselesaikan tepat waktu walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Dalam proses penyelesaian makalah in, tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak.
Karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Anung Probo Ismoko, M.Or. selaku dosen pengampu mata kuliah Penjas
Adaptif yang telah memberikan arahan dalam ketentuan dan materi maklah.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar tdak menjadi
sebuah pelajaran dalam penyusunan makalah selanjutnya. Apabila ada kesalahan, kami
kelompok 7 selaku penyusun makalah mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, ermasuk anak tunarungu dan anak
dengan kesulitan belajar, diperlukan pendekatan yang berbeda dan penuh perhatian. Guru
dan orang tua perlu memahami karakteristik dan kebutuhan anak tersebut agar dapat
memberikan dukungan dan bantuan yang tepat dalam proses pmebelajaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penyusunan
PEMBAHASAN
Menurut Mangunsong (2014 :129), dilihat dari asal katanya, tuna berarti merugi
sedangkan grahita berarti pikiran. Tuna grahita merupakan kata lain dari reterdasi mental
(mental reterdation) yang terbelakang secara mental. Sedangkan menurut Kokasih
(2012 :140) bahwa tuna grahita merupakan suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh
dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidak cakapan
komunikasi sosial. Anak tunagrahita juga sering dikenal dengan istilah keterbelakang
mental dikarenakan keterbatasan kecerdasannya yang mengakibatkan anak tuna grahita
ini sulit untuk mengikuti pendidikan di sekolah biasa.
Definisi tentang anak berkebutuhan khusus juga diberikan oleh Suran dan Rizzo
(dalam Semiawan dan Mangunson,2010) ABK adalah anak yang secara signifikan
berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Anak
berkebutuhan khusus tuna grahita adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual dan
kognitifnya berada dibawah ata-rata pada orang pada orang pada umumny. Anak dengan
tuna grahita memiliki karakteristik yang berbeda dari anak pada umumnya, sehingga
memerlukn perhtian khusus dalam proses pembelajaran.
Saat ini banyak msyarakat dan pendidik yang belum mengetahui bagaimana
karakteristik dari anak tunagrahita. Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan
kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal. Menurut Somantri (2007), karakteristik
anak tunagrahita antara lain :
1. Keterbatasan Inteligensi
2. Keterbatasan Sosial
2. Sosial; dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin
diri, mereka bermain dengan teman yang lebih muda usianya, setelah dewasa
kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan orang lain.
d. Mengalami kelainan bicara speech direct, sehingga sulit untuk diajak komunikasi.
1) Karakter fisik , nampak perti anak normal hanya sedikit mengalami kelemahan dalam
kemampuan sistem sensomotorik.
a.Mereka hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik namun dapat ilatih untuk
melaksanakan pekerjaan rutin sehari-hari.
c. Mereka selalu tergantung pada orang lain tetapi masih dapat membedakan bahaya
dan bukan bahaya
d. Masih mempunyai potensi untuk memelihara iri dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.
2. Karakteristik anak tunagrahita pada aspek -aspek individu adalah sebagai berikut:
b. Karakteridtik psikis ,pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan setara
anak normal umur 7 atau 8 tahun.
Amin(1995:37) menjelaskan bahwa karakteristik anak tunagrahita berat dan sangat berat
yakni sepanjang hidupnya selalu bergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain.
Mereka tidak dapat membedakan bahaya atau tidak, kurang dapat bercakap-cakap.
Kecerdasannya hanya dapat berkmbang paling tinggi seperti anak normal berusia 3 atau 4
tahun.
Berikut ini beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang
berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
1. Kelainan kromosom
4. Faktor trauma
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena
radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma
yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan olehkelahiran yang sulit
sehingga memerlukan alat bantuan.
5. Faktor Kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai
hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang dan napas
pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada
kelahiran yang sulit.Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab
terjadinya ketunagrahitaan.
6. Faktor Lingkungan
Kesulitan belajar merupakan bidang yang sangat luas, dan sangat komplek untuk
dipelajari, karena menyangkut sekurang-kurangnya aspek psikologis, neurologis,
pendidikan dan aspek kehidupan sosial anak dalam keluarga/ masyarakat. Setiap disiplin
ilmu memiliki cara pandang yang berebeda dalam memahami dan menjelaskan fenomena
kesulitan belajar yang dialami oleh seorang anak. Anak berkesulitan belajar adalah anak
yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman
penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri
dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis,mengeja atau menghitung. Batasan tersebut meliputi
kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia
perkembangan.
1. Kesulitan Membaca
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Ada nama-
nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan
remedial readers, (Hallahan, Kauffman, and Lloyd, 1985 : 202). Membaca
mengandung beberapa pengertian. Di dalam Karnus Besar Bahasa Indonesia,
membaca diartikan (1) melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau dalam hati). (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Hal itu
menunjukkan bahwa untuk dapat membaca diperlukan adanya keterarnpilan khusus,
yang dalam konteks ini adalah mengeja dan melafalkan apa yang tertulis. Dalam
belajar membaca, anak harus terampil dalam mempersepsi bunyi fonem, morfem,
sematik dan sintaksis. Ini biasa mdisebut dengan kemampuan berbahasa/ linguistik.
Anak yang mempunyai kesadaran linguistik dengan baik, tidak akan mengalami
kesulitan dalam belajar membaca.
2. Kesulitan Menulis
Anak Tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengingat abjad,huruf atau
simbol sehingga mereka cenderung sulit untuk membaca tulisan,kata, bahkan
kalimat. Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia).
(Jordon dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd, 1985 : 237). Kesulitan
belajar menulis yang berat disebut juga afgrafia. Pada dasarnya disgrafia
menunjuk pada adanya ketidakkemampuan mengingat cara membuat huruf atau
simbol – simbol matematika yang biasanya dikaitkan dengan kesulitan membaca
atau disleksia.
b. Mengenal huruf
c. Menulis ekspresif.
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun
mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam
menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat
rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan
sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian
dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita
sedang.
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari
mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka
tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak
tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud
tergolong dalam tungrahita berat.
Dalam menghadapi anak tuna grahita, diperlukan pendekatan dan strategi pembelajaran yang
berbeda dan penuh perhtian. Guru dan orang tua perlu memahami karakteristik dan
kebutuhan anak tersebut agar dapat memberikan dukungan dan bantuan yang tepat dalam
proses pembelajaran. Terdapat beberapa cara mengatasi kesulitan belajar anak berkebutuhan
khusus tuna grahita :
Guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk membantu anak
tuna grahita dalam memahami dan menguasai materi pelajaran. Metode pembelajaran
yang tepat dapat membantu anak tuna grahita dalam memproses informasi secara efektif
dan efisien.
Guru perlu menggunakan media pembelajaran yang tepat untuk membantu anak
tuna grahita dalam memahami materi pelajaran. Media pembelajaran yang tepat dapat
membantu anak tuna grahita dalam mengingat informasi yang telah dipelajari.
Guru perlu meningkatkan interaksi sosial anak tuna grahita dengan teman sekelas
dan guru. Hal ini dapat membantu anak tuna grahita dalam berkomunikasi dengan teman
sekelas dan guru.
6. Meningkatkan lingkungan belajar
Guru perlu meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak tuna
grahita. Lingkungan belajar yang kondusif dapat membantu anak tuna grahita dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Anak tuna grahita memerlukan pendampingan belajar yang intensif dan konsisten
untuk membantu mereka dalam memahami dan menguasai materi pelajaran.
Kesimpulan
DAFTAR REFERENSI