Anda di halaman 1dari 21

Cara Penanganan Anak Berkelainan Fisik

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu : Ridwan Prihantono,M.Pd

Disusun Oleh

Laeliyah Anisatin A 23040170148

Zainul HasanaH 23040170154

Khofidhotur R 23040170176

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
begitu banyak rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa sholawat serta salam kami panjatkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang serba modern seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas serta teman-teman yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Cara Penanganan Anak Berkebutuhan Fisik, dan kita semua berharap semoga makalah
ini mampu menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Sehingga untuk
kedepannya mampu memperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga mejadi
makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.
Karena keterbatasan ilmu yang kami punya, kami percaya masih terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat berharap kritik dan
saran yang membangun dari teman-teman demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr. wb.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan
normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami
hambatan,gangguan,kelambatan,atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk
mencapai perkambangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi
khusus.Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus
atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa,sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan
khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita.Anak berkebutuhan khusus
disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan
dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan,baik dari segi
fisik,mental,emosi,serta sosialnya bila dibandingkan dengan anak yang normal.
Karakterisik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan
dengan tingkat perkembangan sensorik motor,kognitif,kemampuan
berbahasa,keterampilan diri,konsep diri,kemampuan berinteraksi sosial serta
kreativitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus,akan memerlukan kamampuan khusus guru.Guru dituntut memiliki
kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap
anak dalam beberapa aspek.Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan
berpikir,melihat,mendengar berbicara,dan cara bersosialisasikan.Hal-hal tersebut
diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran yaitu perubahan perilaku
kearah pendewasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Masalah
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan,maka akan tercapai
beberapa tujuan dalam makalah ini:
1. Mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
3. Memahami dan mengerti cara menangani anak yang berkebutuhan
khusus
BAB II
PEMABAHASAN
A. Anak Berkelainan Fisik

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah yang digunakan untuk


menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks Pendidikan.
Anak berkebutuhan khusus mempunyai keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya
serta mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk
mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran khusus. Perbedaan
ini terjadi dalam beberapa hal, seperti proses pertumbuhan dan perkembangan nya yang
mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental intelektual social
maupun emosional. Berdasarkan letak gangguannya, anak dengan gangguan fisik
diantaranya yaitu :

1. Tunarungu
Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan baik permanen maupun
tidak permanen. Hal ini disebabkan karena organ pendengaran anak tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Jika dilihat secara fisik, anak tuna rungu tidak
berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Masalah tersebut sebagai berikut :
a. Masalah kognisi anak tunarungu
1) Kemampuan verbal anak tunarungu lebih rendah daripada kemampuan
verbal anak dengar.
2) Performance IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar.
3) Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah dari pada anak
dengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif atau berurutan.
4) Informasi serempak anak tunarungu tidak berbeda dengan anak
mendengar.
5) Daya ingat jangka Panjang anak tunarungu tidak berbeda dengan anak
mendengar, walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah.
b. Masalah Bahasa tunarungu
1) Miskin dalam kosakata.
2) Terganggu bicaranya.
3) Dalam berbahasa dipengaruhi oleh emosi atau visual order (apa yang
dirasakan atau yang dilihat)
4) Tunarungu cenderung pemata.
5) Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang kongret.
2. Tunawicara
Tunawicara adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara yang
disebabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita suara,
mulut, dan lidah.
3. Tunadaksa
Tunadaksa adalah seseorang yang memiliki cacat fisik, tubuh, dan cacat
orthopodic. Tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh/tunafisik yaitu
berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi tubuh
untuk melakukan Gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Seseorang penyandang
tunadaksa dapat didefinisikan sebagai penyandang betuk kelainan atau
kecacatan pada system otot, tulang dan persendian yang dapat mengganggu
koordinasi, komunikasi, adaptasi mobilisasi dan gangguan perkembangan
keutuhan pribadi. Gangguan yang dialami tunadaksa seperti gangguan sensorik
dan motoric. Gangguan sensorik yaitu gangguan yang sering dialamianak
tunadaksa yang berkaitan dengan sensoriknya yaitu pada alat indranya.
Kelainan muncul tergantung letak kerusakan dan beberapa banyak kerusakan
otak yang dialami. Gangguan motoric biasanya Gerakan yang tidak mampu
dikendalikan, keseimbangan maupun gerak tubuh. Intensitas gangguan yaitu
hiperaktif dan hipoaktif.
4. Tunanetra
Tunanetra merupakan sebutan bagi individu yang mengalami gangguan pada
indera penglihatan.
5. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan anak yang secara kenyataan mengalami hambatan juga
keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian
rupa,sehingga ia akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan sejumlan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya,komunikasi ataupun sosial.
6. Tunalaras
Adalah seorang anak yang mengalami kesulitan dalam proses menyesuaikan
diri dengan orang-orang disekitarnya,yang memang sesuai dengan norma-
norma yang berlaku didalam lingkungan kelompok usianya.
7. Autisme
Adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan
pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi
sosial,komunikasi dan perilaku.
8. Lamban Belajar
Merupakan anak yang memiliki potensial intelektual sedikit dibawah normal
tetapi belum termasuk tunagrahita.Dalam beberapa hal mengalami hambatan
atau keterlambatan berpikir,merespons rangsangan dan adaptasi sosial,tetapi
masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita,lebih lamban
dibanding yang normal,mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-
ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik,dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
9. ADHD (attention deficit disorder with hyperactive)
Terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hyperaktif,oleh karena mereka
selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain.
10. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik
Adalah anak yang secara yang nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca,menulis,dan
berhitung atau matematika),diduga disebabkan karena faktor disfungis
neugologis,bukan karena disebabkan faktor intelegensi,sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
B. Cara Penanganan Anak Berkelainan Fisik
1. Cara Penanganan Anak Tunarungu
 Pendekatan AuditoriVerbal
Melalui pendekatan ini seorang tunarungu dapat belajar dari lingkungan
sekitarnya sehingga tidak menutup kemungkinan ia tumbuh menjadi
sosok mandiri, partisipatif, serta penuh kontribusi didalam masyarakat
inklusif. Prinsip dari praktek auditori verbal adalah sebagai berikut:
a. Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang
didengarnya serta mengajari orang tuanya cara membuat setiap
bunyi bermakna bagi anaknya.
b. Membantu belajar merespon dan menggunakan bunyi seperti
yang dilakukan anak dengan pendengaran normal.
c. Mengamati dan mengevaluasi perkembangan anak dalam segala
bidang.
d. Membantu anak tunarungu berpartisipasi, baik dalam kegiatan
pendidikan maupun sosial.
 Pendekatan Auditori Oral
Kemampuan ini akan berkembang dengan optimal dalam lingkungan
dimana bahasa lisan digunakan secara eksklusif. Elemen pendekatan
auditori oral sebagai berikut:
a. Keterlibatan orang tua secara aktif dalam mendidik anaknya
memperoleh bahasa yang efektif.
b. Mengajari anak mengguanakan sisa pendengaran yang masih
dimilikinya untuk mengembangkan perolehan bahasa lisan.
c. Mengupayakan di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan
anak tunarungu dalam kegiatan kelas.
2. Cara Penanganan Anak Tunawicara
Beberapa langkah dalam menangani siswa tunawicara sebagi berikut:
 Berbicara secara jelas dengan ucapan yang benar
Dengan bahasa yang jelas siswa tunawicara akan lebih mudah
menangkap dan memahami pembicaraan. Begitu pula ucapan yang
benar akan memudahkan siswa memahami maksud dan pesan dari sang
guru. Bila perlu, ketika siswa tersebut masih kesulitan memahami
pelajaran, guru dapat mengulangi penyampaian pesan secara sabar dan
perlahan.
 Menggunakan kalimat sederhana dan singkat
Dengan menggunakan kalimat sederhana, siswa akan lebih mudah
menangkap pesan utama yang ingin disampaikan guru. Hal ini ditambah
kalimat singkat yang dapat langsung mengena pada sasaran pesan.
Melalui cara tersebut, siswa yang mengalami gangguan tunawicara
sekalipun dapat memahami kalimat secara lebih mudah.
 Menerapkan komunikasi nonverbal seperti gerak bibir atau tangan
Gerakan bibir berguna untuk memudahkan siswa memahami pesan yang
disampaikan guru. Siswa akan memahami gerak bibir dengan cara
menyamakan bahasa, kalimat, atau maksud-maksud tertentu. Adapun
gerakan tangan boleh jadi merupakan isyarat untuk menegaskan pesan
yang disampaikan bibir.
 Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
Adapun kejelasan tulisan berguna membantu siswa tunawicara
menangkap pesan dengan menggunakan indra penglihatannya.
Sebaliknya, ketidakjelasan dalam menulis akan menyebabkan siswa
tunawicara bertambah pusing sekalipun kalimatnya sederhana dan
singkat.
 Bicara berhadapan muka
Setiap perbincangan atau komunikasi yang dilakukan secara langsung
oleh murid tunawicara hendaknya juga dilakukan dengan menghadap
wajahnya. Keharusan berhadapan disebabkan tunawicara juga dapat
mengalami tunarungu dimana indra pendengaran sulit menangkap pesan
dari guru yang disampaikan, jika sudah demikian maka siswa tersebut
akan menggunakan indra lain untuk menangkap dan memahami pesan
tersebut. Selain itu, siswa tunawicara juga menggunakan mata dalam
memahami pesan komunikasi yang sedang disampaikan guru.
3. Cara Penanganan Anak Tunadaksa
Penanganan pendidikan bagi anak tunadaksa meliputi:
 Membantu perkembangan fisik
Dalam proses ini guru harus bertanggung jawab terhadap perkembangan
fisik siswa tunadaksa dengan cara bekerja sama dengan medis.
Hambatan utama dalam belajar adalah adanya gangguan motorik. Guru
harus dapat mengatasi gangguan tersebut agar anak memperoleh
kemudahan dalam mengikuti pendidikan.
 Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
Dalam proses ini guru bekerja sama dengan psikolog untuk
menanamkan konsep diri yang positif terhadap kecacatan. Hal ini
dilakukan agar anak dapat menerima kondisi dirinya.
 Mematangkan aspek sosial
Hal ini adalah agar anak tunadaksa turut bertanggung jawab atas tugas
yang diberikan serta dapat bekerja sama dengan kelompoknya.
 Mematangkan moral dan spiritual
Anak perlu diajarkan melalui nilai-nilai, norma-norma kehidupan, serta
ajaran agama untuk membantu mematangkan moral dan spiritual.
 Meningkatkan ekspresi diri
Ekpresi diri anak tunadaksa perlu ditingkatkan melalui kegiatan
kesenian, keterampilan, dan kerajinan.
4. Cara Penanganan Anak Tunanetra
Cara menangani anak tunanetra dengan beberapa alat bantu belajar sebagai
berikut:
 Komputer Berbicara
Komputer ini memiliki aplikasi screen reader atau disebut juga JAWS
yang berfungsi mempermudah mengakses informasi dari internet serta
mengetik. Cara kerja alat ini yaitu menerangkan berbagai hal yang
ditampilkan di layar monitor dengan mengubahnya menjadi suara, mulai
dari menu program yang tersedia hingga informasi letak kursor berada.
 Huruf Braille
Tulisan ini nampak menonjol atu timbul diatas muka kertas. Cara
membaca tulisan ini dengan meraba secara perlahan-lahan. Selain itu
tulisan braille juga sering dimodifikasi untuk penulisan notasi musik,
tulisan cepat serta berbagai bahasa dunia.
 Buku Berbicara
Buku-buku diopasikan dengan menggunakan buku digital berbicara
melalui serangkaian tombol kontrol yang memungkinkan pembaca
untuk bermanuver melalui teks di dalamnya.
5. Cara Penanganan Anak Tunagrahita
Teknik penanganan terhadap murid yang mengalami gangguan tunagrahita
dapat dilakukan dengan menempuh beberapa pendekatan berikut:
 Occupational Therapy
Terapi okupasi dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita dengan tujuan
melatih gerak fungsional anggota tubuh. Adapun latihan meliputi gerak
kasar dan halus.
 Play Therapy (Terapi Bermain)
Terapi ini diberikan kepada siswa tunagrahita dengan cara bermain.
Misalnya, saat guru memberikan pelajaran tentang perhitungan, siswa
diajarkan tentang tata cara sosial dalam bentuk drama, bermain peran
jual beli, dan sebagainya.
 Activity Daily Living (ADL)
Pendekatan ini menekankan pada kemampuan merawat diri. Untuk
mendidik kemandirian bagi siswa tunagrahita, mereka harus diberi
pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan sehari-hari agar dapat
merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain sekaligus menghindari
ketergantungan.
 Life Skill
Bagi anak tunagrahita yang memiliki IQ di bawah rata-rata tetap
diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, merka perlu
diberikan pendidikan keterampilan sebagai bekal hidup. Dengan
keterampilan yang dimiliki, mereka dapat hidup di lingkungan keluarga
dan masyarakat serat dapat bersaing baik di dunia industri maupun
usaha.
 Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
Selain dilatih mengembangkan keterampilan, siswa tunagrahita juga
perlu diberikan pelatihan kerja. Dengan bekal kemampuan yang
dimiliki, siswa tunagrahita diharapkan dapat memiliki penghasilan
sendiri.
6. Cara Penanganan Anak Tunalaras
Berikut penanganan anak tunalaras yang bisa diterapkan sebagai berikut:
 Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini dilakukan bertujuan untuk mengubah pola perilakuyang
posistif. Caranya dengan melakuaknpendekatan baik oleh orang tua atau
pun guru sekolah dengan terus berusaha memberikan pengarahan yang
tepat pada anak.
 Pendekatan Pendidikan
Sekolah juga bisa menjadi lingkungan terapis pada anak agar bisa
mendapat prestasi akademik seperti anak lainnya. Untuk itu, penting
sekali untuk menempatkan anak pada sekolah yang tepat. Sekolah yang
mampu memberikan suasana yang nyaman dan tenang sehingga bisa
membantu anak untuk berkonsentrasi.
 Pendekatan Biomedis
Pendekatan ini sebagai cara mengatasi anak tunalaras juga melibatkan
penggunaan obat untuk anak. Pemberian obat ini berkaitan dengan
penyebab gangguan emosi pada anak, yakni cidera neurologis dan
ketidaknormalan neurologis.
 Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan dengan cara ini dilakukan oleh psikolog, konselor atau
psikiater dengan memahami dan memecahkan kesulitan yang menjadi
penghambat dalam proses pendekatan ini. Pendekatan ini juga berfokus
pada upaya merubah sikap anak agar tidak lagi menyimpang. Dalam
tindakan ini juga dibutuhkan peran ibu dalam psikolog anak usia
diniyang mengalami tuanalaras ini.
 Pendekatan Ekologi
Pendekatan ini membutuhkan dukungan dari keluarga, teman dan orang
dekat untuk membantu anak agar bisa merubah perilaku menjadi lebih
baik. Anak juga harus paham tentang permasalahan atau gangguan yang
dialami.
 Membantu anak berperilaku posistif
Berikan contoh bagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupan
sehari-hari pada anak. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada
anak karena umumnya anak berperilaku negatif karena kurang merasa
diperhatikan.
 Memberikan pengarahan yang jelas
Untuk cara mengatasi anak tunalaras ini, berikanlah pengarahan yang
jelas. Pastikan anak memahami dan tahu dengan pasti apa yang harus ia
lakukan dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah dengan
memikirkan solusi yang tepat.
 Menghindari penyebab anak tunalaras
Hal yang paling penting dalam mengatasi anak tunalaras adalah dengan
menganalisis perilaku negatif anak. Sehingga dengan begitu kita bisa
melakukan pencegahan dan penanganan yang tepat.
7. Cara Penanganan Anak Autisme
Gangguan autisme pada dasarnya menghambat proses perkembangan
anak.Oleh karena itu,cara menangani dengan jenis terapi apapun membutuhkan
kesabaran dan memerlukan waktu yang cukup lama.Terapi yang diberikan
kepada anak autisme harus dilakukan secara terpadu.Ada 11 jenis terapi yang
telah diakui oleh kalangan profesional bagus diterapkan untuk penderita
autisme berikut ini:
 Apllied Behavioral Analysis (ABA)
Sistem yang dipakai untuk penderita autis ini adalah melatih anak secara
khusus dengan memberikan hadiah atau pujian.Jenis terapi ini dapat
diukur kemajuannya.
 Terapi Wicara
Hampir setiap anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam
berbicara atau menggunakan bahasa.Kebanyakan anak autis memiliki
kemampuan bicara sangat kurang.Terkadang,anak autis yang
kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang
lain.Dalam hal ini,terapi wicara dan berbahasa akan sangat
membantu.Terapi ini bertujuan untuk melancarkan otot-otot mulut agar
dapat bekerja lebih maksimal.
 Terapi Okupasi
Hampir semua anak autis mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan kemampuan motorik halus.Gerak geriknya yang
ditujukan anak autis cenderung kaku dan kasar,misalnya tidak mampu
memegang pensil dengan benar,sulit menyuap makanan ke
mulutnya,dan sebagainya.Untuk mengatasi gejala ini,terapi okupasi
sangat penting untuk melatih anak menggunakan otot-otot halus secara
benar.
 Terapi Fisik
Autisme tergolong suatu gangguan perkembangan yang bersifat
pervasif.Banyak anak autis mengalami hambatan dalam hal kemampuan
motorik kasarnya.Terkadang,tonus otot anak autis lembek sehingga
kemampuan berjalannya menjadi kurang kuat.Selain itu,keseimbangan
tubuhnya juga buruk.Terapi fisik dan integrasi sensoris akan sangat
membantu menguatkan otot serta memperbaiki keseimbangan
tubuhnya.
 Terapi Sosial
Kekurangan paling mendasar bagi anak autis terletak pada komunikasi
dan interaksi.Banyak anak autis yang membutuhkan pertolongan dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi dua arah,mendapatkan
teman,serta bermain bersama di tempat terbuka.Seorang terapis sosial
dapat membantu dengan cara memberikan fasilitas untuk bergaul
dengan teman-teman sebaya serta memberi petunjuk.Terapi sosial ini
harus dilakukan secara intensif dalam membimbing anak.
 Terapi Bermain
Dalam hal ini,bermain dengan teman sebaya berguna untuk melatih
kemampuan berbicara,berkomunikasi,serta untuk menjalin interaksi
sosial.Dalam mengajari anak bermain,seorang terapis dapat menerapkan
tekhnik-tekhnik tertentu.Terapi bermain harus dilakukan secara intens
disertai bimbingan yang optimal.Bahkan,pemilihan permaianan harus
mengacu pada kelemahan yang dimiliki anak,misalnya jenis yang
mengandalkan hubungan sosial,keterampilan berbicara dan
sebagainya.Dalam menjalankan terapi,anak diajak belajar sambil
bermain.
 Terapi Perilaku
Anak autis kerap merasa frustasi.Akan tetapi,teman-temannya sering
tidak memahami sehingga anak autis merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya.Padahal,banyak anak autis hipersensitif terhadap suara,
cahaya, serta sentuhan. Maka,tak heran apabila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis tentu akan menelusuri latar belakang dari
perilaku negatif tersebut serta mencari solusi dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan untuk memeperbaiki
perilakunya. Hal ini juga harus dilakukan secara perlahan dan kontinue.
 Terapi Perkembangan
Melalui jenis terapi ini, seorang anak dapt dipelajari tentang minat,
kekuatan serta tingkat perkembangannya. Setelah itu,terapis berupaya
meningkatkan kemampuan sosial, emosional, dan intelektual anak.
Terapi perkembangan berbeda dengan ABA yang lebih mengajarkan
keterampilan spesifik.
 Terapi Visual
Anak autis lebih mudah belajar dengan cara melihat. Oleh sebab
itu,anak-anak yang mengalami gangguan autis dapat ditangani dengan
mengembangkan metode belajar melalui gambar. Salah satu contoh
metode ini adalah metode PECS (Picture excchange communication
system). Bahkan beberapa video games juga dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi. Pada prinsipnya, terapi
visual ini dilakukan untuk mengasah otak anak agar lebih optimal dalam
menyerap informasi dan pesan pembelajaran.
8. Cara Penanganan Anak Lamban Belajar
Cara mengatasi anak yang lamban dalam belajar yaitu sebagai berikut:
 Memahami karakteristik anak
Sebelum menerapkan metode dalam mengatasi anak yang lambat dalam
memahami pelajaran, terlebih guru harus tahu karakter anak tersebut.
 Menerapkan metode tertentu kepada anak
Memilihkan metode pembelajaran yang bisa mengatasi masalah anak
yang lambat memahami pelajaran, metode tersebut cukup diterapkan
pada anak yang terkait. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
efektif metode yang digunakan dalam mengatasi anak tersebut selain itu
anak yang mengalami kesulitan belajar memang harus diperlakukan
istimewa dari anak yang lain.
 Memilihkan tempat duduk yang tepat
Dengan memberikan posisi atau tempat duduk yang membuatnya bisa
lebih jelas mendengar penjelasan guru, sebaiknya anak yang lambat
memahami pelajaran yang diberikan tempat duduk di posisi paling
depan. Hal tersebut bertujuan agar guru mudah mengontrol siswa yang
terkait, dan siswa akan lebih fokus dalam menerima pelajaran.
 Teman sebangku yang cerdas dan penolong
Memiliki teman sebangku yang cerdas dan memiliki jiwa sosial,
sehingga ketika anak yang lambat dalam memahami pelajaran tidak
paham suatu hal kemudian bisa bertanya kepada teman sebangku, Selain
itu ketika dia duduk berdekatan dengan anak yang memiliki motivasi
tinggi dalam belajar,anak tersebut lama kelamaan juga akan tertular oleh
semangat belajar yang dimiliki teman sebangkunya.
 Memberikan tugas tambahan
Tugas tambahan tersebut bisa berupa PR dalam bentuk teks atau tugas
membaca dll. Tujuannya adalah agar anak bisa mengejar ketertinggalan
dari siswa lain yang memiliki tingkat pemahaman yang cukup baik.
 Meminta bimbingan guru BK
Seperti ysng kita ketahui tugas guru BK adalah menganalisa faktor atau
penyebab munculnya suatu masalah belajar yang dialami peserta didik.
Dan guru BK memang dibekali dengan ilmu yang membahas tentang
bagaimana cara mengatasi siswa yang bermasalah baik dalam aspek
psikologis atau dalam aspek aplikatif.
 Konsultasi dengan orang tua
Cara lain dalam mengetahui penyebab seseorang lambat dalam
memahami pembelajaran adalah dengan konsultasi langsung dengan
orang tua siswa. Baik menanyakan bagaimana perilaku anak ketika
berada di rumah,kebiasaan anak atau hubungan emosiaonal anatara
orang tua dan anak.

9. Cara Penanganan Anak ADHD (attention deficit disorder with hyperactive)


Penanganan pembelajaran pada siswa hiperaktif tidak dapat disamakan dengan
siswa normal. Secara umum, terapi yang diterapkan pada siswa hiperaktif dapat
dilakukan sebagaimana pada siswa dengan gangguan autisme. Selain cara
tersebut, penanganan siswa hiperaktif yang dilakukan guru dapat menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
 Menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktivitas
 Mengenali kelebihan dan bakat anak
 Membantu anak bersosialisasi
 Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, diantaranya
menggunakan penguat positif (misalnya memeberikan pujian bila anak
makan dengan tertib), menerapkan kedisiplinan secara konsisten, serta
selalu memonitor perilaku anak
 Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk
menyalurkan kelebihan energinya
 Menerima keterbatasan serta membangkitkan rasa percaya diri siswa
 Memberikan siswa kesempatan untuk melakukan pengelolaan
perilakunya sendiri melalui bimbingan guru atau orang tua, misalnya
dengan memberikan contoh yang baik kepada siswa serta mengingatkan
tentang contoh yang pernah diberikan orang tua apabila suatu saat anak
berperilaku negatif
10. Cara Penanganan Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik
Langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar sebagai berikut:
 Metode pembelejaran pengetahuan awal
Metode ini berdasarkan dengan pengetahuan awal siswa yang sudah
dimiliki sebelumnya.Nantinya siswa akan memepelajari materi baru
yang masih berhubungan dengan materi sebelumnya. Metode ini salah
satunya dapat dilakukan dengan memberikantugas membaca materi
dirumah yang akan dipelajari esok harinya.
 Menggunakan permainan
Permainan juga menjadi salah satu solusi agar anak bisa belajar.
Contohnya seperti teka-teki. Selain dapat menyenangkan, belajar sambil
bermain jyga efektif dalam meningkatkan konsentrasi anak sehingga
dapat menangkap pelajaran
 Sering melibatkan anak
Anak yang kesulitan belajar akan cenderung meningkat kemampuannya
jika ia ikut terlibat secara aktif dalam pelajaran. Guru pun juga dapat
menggunakan metode kooperati dan proyek secara praktis sehingga
metode ini dijadikan sebagai cara mangajari anak yang tidak fokus.
 Instruksi secara langsung
Intruksi dilakukan dengan langsung bertatap muka dengan siswa dan
juga dilakukan secara bertahap.Metode ini menekankan program
praktek dan penyampaian materi secara berulang.
 Berbincang dengan anak
Guru ataupun orang tua dapat memberikan bantuan dalam
menyelesaikan tugas dengan cara tahapan penyelesaian tugas. Akan
tetapi guru stsupun orang tua juga dapat memberikan kebebasan kepada
anak agar dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan caranya sendiri.
 Menggunakan metode mind mapping
Menggunakan mind mapping atau menggunakan catatan yang
berbentuk seperti map. Pada umumnya,metode ini cukup ampuh untuk
membuat anak bisa menangkap pelajaran dan juga memahaminya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus didefinisikan anak yang memerlukan pendidikan
dan pelayanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara
sempurna. Penyebutan sebagai ABK, dikerenakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini memebutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan
bimbingan dan konseling dan berbagai jenis layanan lainnya yag bersifat khusus.
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memilki anak
berkebutuahn khusus, dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar
anak berkebutuhan khusus tersebut dan yang terakhir adalah peran aktif pemerintah
dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.
B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan
dengan anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat Indonesia
terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang
berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada
dasarnya anak seperti itu bukan dijauhi akan tetapi didekati dan diperlalukan sama
dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Putranto, Bambang S.Pd. 2015. Tips Menangani Siswa Yang Membutuhkan Perhatian
Khusus. Yogyakarta: DIVA press.
https://klubwanita.com/cara-mengatasi-anak-tunalaras/amp. 04.11.2019 pukul 20.17

Anda mungkin juga menyukai