ronanapitupulu9@gmail.com
Abstrak.
Anak tunarungu adalah anak yang pendengarannya dibatasi sedemikian rupa sehingga anak
tersebut mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Keterbatasan tersebut dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan anak terhadap informasi yang diterimanya, sehingga
rendahnya tingkat pengetahuan anak khususnya dalam bidang kesehatan gigi dan mulut,
sehingga perlu adanya media yang dapat membantu penyandang tuna rungu mendapatkan
informasi tersebut. informasi dengan lebih mudah. .Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pendidikan anak tunarungu diselenggarakan dan untuk mengetahui
bagaimana pendidikan dilakukan kepada anak tunarungu.
Pendidikan adalah suatu usaha yang mendasar dan terencana untuk menciptakan
suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, moralitas, ilmu hayat, pengetahuan umum dan keterampilan yang diperlukan
bagi masyarakat dibawah hukum memanggil .Tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan masyarakat, artinya setiap orang berhak menerima dan menikmati
pendidikan dimana saja dan kapan saja, baik dalam kondisi jasmani maupun rohani. Anak-
anak yang membutuhkan dukungan khusus juga harus memperhatikan masa depannya, oleh
karena itu mereka berhak mengkritik pendidikan. Namun model pendidikan yang diajukan
tentu tidak sama dengan model pendidikan masyarakat awam lainnya. Setiap orang
mempunyai kebutuhan khusus yang berbeda-beda. Termasuk tuna rungu merupakan salah
satu kebutuhan khusus masyarakat. Ketulian merupakan suatu kebutuhan khusus bagi anak
yang mengalami ketulian atau gangguan pendengaran, biasanya sejak lahir dan sebagian
disebabkan oleh kelainan genetik dan kecelakaan.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran baik sebagian
maupun seluruhnya, sehingga mempengaruhi kehidupannya secara kompleks. Secara fisik
anak tunarungu terlihat seperti anak normal, namun ketika diajak berkomunikasi ternyata
anak tersebut mengalami gangguan pendengaran. Anak tunarungu bukan berarti anak tersebut
mengalami gangguan bicara, namun biasanya anak tunarungu mempunyai kecacatan
sekunder yaitu gangguan bicara. Penyebabnya, sistem otak anak hanya memiliki kosa kata
yang sangat sedikit dan anak belum terbiasa berbicara. Anak-anak tunarungu tidak dapat
memahami informasi yang diucapkan. Oleh karena itu, anak sulit menyerap materi yang
bersifat abstrak, oleh karena itu diperlukan media yang dapat memudahkan anak tunarungu
dalam memahami konsep. Media visual yang menarik dan populer di kalangan siswa dinilai
dapat menjadi alat bantu yang relevan dalam membantu anak tunarungu dalam menghadapi
permasalahan belajar yang berkaitan dengan materi abstrak. Berdasarkan kenyataan tersebut,
maka perlu adanya perencanaan pendidikan khusus bagi anak tunarungu berkebutuhan
khusus, sehingga dibuatlah materi pendidikan anak tunarungu berdasarkan latar belakang
tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode studi Pustaka yang
berarti penulis mendapat sumber data dari berbagai sumber ilmiah yaitu,buku-buku jurnal,
dan laporan penelitian dan yang laiinya yang bersifat online, sumber data ilmiah disesuaikan
dengan topik pembahasan sehingga dapat memberikan dasar teologis dari peran guru PAK
dalam mengubah karakter siswa.
Tunarungu adalah suatu keadaan atau kondisi seseorang dimana indera pendengarannya
berkurang atau melemah sedemikian rupa sehingga ia tidak mampu mempersepsikan
rangsangan baik berupa suara, bunyi atau rangsangan pendengaran lainnya. Akibat gangguan
perkembangan pada penyandang tunarungu, kemampuan berbicara penyandang tunarungu
juga menjadi sulit, sehingga menyebabkan penyandang tunarungu mengalami keterlambatan
dan kesulitan dalam hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi. Andreas Dwijosumarto
dalam seminar tuna rungu di Bandung (19 Juni 1988) mengatakan bahwa tuli adalah
hilangnya pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak mampu mempersepsikan
berbagai rangsangan, terutama indra pendengaran. Sri Moerdiani (1987: 27) menyatakan
dalam Psikologi Anak Khusus (Psychology of Special Children) bahwa anak tunarungu yang
mengalami gangguan pendengaran sehingga kurang melakukan aktivitas praktis dan tujuan
komunikasi dengan orang lain dan lingkungan.
Namun Moh Amin dalam bukunya Ortopedi Umum menyatakan bahwa tuna rungu
adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran atau gangguan pendengaran akibat
rusaknya atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga
menyebabkan terhambatnya perkembangannya dan sebagainya. . memerlukan bimbingan
pendidikan khusus. (1991:1). Seorang ahli lain mendefinisikan tuli dari sudut pandang medis
dan pedagogi sebagai berikut: “Tuli berarti tidak adanya atau hilangnya kemampuan
mendengar, yang disebabkan oleh rusaknya seluruh alat pendengaran, yang menyebabkan
terhambatnya perkembangan bahasa sehingga memerlukan pengajaran khusus. . dan layanan.
(Salim, 1984:8). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran akibat tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak memerlukan bimbingan
dan pendidikan khusus untuk mengembangkan kemampuannya. berbahasa dan potensinya
seoptimal mungkin. Atau dengan kata lain anak tunarungu adalah anak yang mengalami
gangguan atau gangguan pendengaran karena rusak atau tidak berfungsinya indra
pendengarannya, sehingga perkembangannya terhambat. Oleh karena itu, anak tunarungu
memerlukan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan yang layak di dalam dan di luar
ruangan.
2. METODE PEMBELAJARAN
Berikut metode pengajaran yang umumnya digunakan oleh guru kepada anak tunarungu,
yaitu (Kurnaeni : 2011) :
1.Strategi
A. Strategi individualisasi
B. Strategi kooperatif
Strategi modifikasi perilaku merupakan suatu bentuk strategi pembelajaran yang bertolak
dari pendekatan behavioral (behavioral approach).strategi ini bertujuan untuk mengubah
perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui conditioning (pengondisian) dan
membantunya agar lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri.
2 Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan kedalam media visual, audio, dan audio-visual.
Media visual yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran anak tunarungu antara lain
berupa gambar, grafis ( grafik, bagan, diagram, dan sebagainya); relita atau objek nyata dari
suatu benda ( mata uang, tumbuhan,dsb); model atau tiruan dari objek benda dan slides.
Putranto, Bambang, S.Pd. 2015. Tips Menangani Murid yang Membutuhkan Perhatian
Khusu. Jakarta: Diva Press \
Somantri, Dr. T. Sutjihati, M.Si., psi. 2012. PSIKOLOGI ANAK LUAR BIASA. Bandung :
PT. Refika Aditama.