Kesulitan yang mereka dapatkan pada bidang akademik antara lain rnembaca
(Berry & Kirk, 1980), menulis dalam rnenyampaikan ide, mengeja suatu tulisan
yang bersifat cerita, melakukan komunikasi melalui tulisan atau Surat-menyurat;
dan matematika.Terutama pernaharnan terhadap konsep-konsep dan cara
melakukan perhitungan angka-angka (Bourke & Reevers, 1977; Mercer &
Miller, 1992).
Pada bidang kognitif, berkaitan Brat dengan kemampuan berpikir.
Umumnya peserta didik yang berprestasi rendah menunjukkan kekurang
mampuan dirinya dalam mengadaptasi proses informasi yang datang pada dirinya.
Baik melalui penglihatan , pendengaran, maupun persepsi tubuhnya (visual,
auditory and spatial perception). Mereka memedukan latihan untuk dapat
mengefektifkan daya ingatannya, perhatian dan kesadaran dirinya terhadap tugas-
tugas sesuai dengan karakteristik kelainannya (yang bersifat memory attention,
and metacognition).
Pada perkembangan emosi sosial, pada empat lingkup yang memerlukan
perhatian guru di sekolah, berupa:
a. konsepdiri terhadap fisiknya, daya berpikirnya, dan sosiainya
(selfconcept);
b. kepercayaan terhadap kesuksesan dalam melakukan tugas (causal
attributions);
c. berhubungan dengan keyakinan dirinya yang kurang menaruh perhatian
penuh terhadap sesuatu (learned helpessness); dan
d. kemampuan untuk bergaul atau berteman (social interaction).
Frustasi selalu dirasakan oleh anak-anak dengan kesulitan belajar. Hal ini
disebabkan mereka mempunyai masalah belajar di sekolah. Walaupun
kemampuan inteligensinya tidak lebih rendah dengan teman-teman sekelasnya
yang, normal. Umumnya anak-anak dengan hendaya kesulitan belajar
mempuynai kesulitan belajar satu atau lebih pada bidang akademik. Mereka Juga
memungkinkan mempunyai hendaya penyerta hiperaktif dan kurang atensi.
Tujuan suatu teori adalah untuk menyajikan bentuk, hubungan, dan arti
tentang apa yang diamati dalam kenyataan-yang sebenarnya. Teori juga
merupakan tuntunan praktis dalam kegiatan, menciptakan katalisator untuk
penelitian lanjutan, mernbangun teori baru dan mengklarifikasi, serta membentuk
proses berpikir. Maka peran suatu teori adalah menyajikan kerangka dasar kreatif
guna melakukan penyesuaian dari hendaya kesulitan perilaku. secara umum, teori-
teori merupakan ianjutan dari lapangan (dalam hal ini adalah sekolah) untuk
memahami dan membantu guru khusus untuk mempeiajari aplikasi secara
signifikan, khususnya di sekolah-sekolah luar biasa dan sekolah reguler yang
menerapkan sistem pembelajaran inklusif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sovern Hagin (1966) terhadap anak-
anak dengan hendaya kesulitan belajar yang pada di klinik Bellevue Hospita
Hygiene menunjukkan bahwa anak-anak remaja dengan hendaya kesulitan beiaja
usia 7 hingga 24 tahun tidak menunjukkan adanya hambatan dalam orienta
terhadap simbol-simbol, membedakan berdasarkan pendengaran, atau
membedakan antara sisi kiri dan kanan. Beberapa anak-anak dengan hendaya
kesulitan belajar tersebut, tidak mempunyai hambatan belajar lagi setelah melalui
suatu proses perkembangan dirinya. Pada anak--anak-anak dengan hendaya
kesatuan belajar di usia taman kanak-kanak-anak diprediksi mempunyai
kelemahan data membaca, dan mengeja huruf. Selanjutnya, penelitian dari Jans
dan Langford (1966) telah membuktikan bahwa teori tentang keterlambat
kematangan diri anak-anak merupakan faktor yang sangat penting sa
memperkirakan tingkat pencapaian kemampuan membaca (dalam Lern J.,
1985:168).
Peran guru dalam hal ini adalah mengusahakan agar setiap siswa dapa
m0mahami proses es berpikir dan mengernbangkan strategi belajar yang tela
diPerolehnya. Pemahaman terhadap proses berpikir diharapkan dap meningkatkan
kemampuan belajar siswa atau keterampilan akaderniknya.
Dewasa ini banyak kalangan medic masih menyebut anak-anak hiperaktif dengan
istilah attention deficit disorder (ADHD) (Solek, P. 2004:4).
Banyak sebutan nama atau istilah hiperaktif atau ADDH, antara lain
minirnal cerebrol dysfunction, minimal brain damage (sekarang istilah ini tidak
mempunyai nilai atau tidak digunakan lagi bagi pendidik dan psikologis),
minimal cerebral palsy, hyperactive child syndrome, dan attention deficit disorder
with hyperactivity (Batshaw & Perret 1986:262). Gejala-gejala "kelainan" dari
anak-anak hiperaktif antara lain in-atensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Anak-
anak hiperaktif memerlukan suatu layanan dengan cara pemberian intervensi
dengan terapi farmakologi dikombinasikan dengan terapi perilaku (behavior
modification). Jika anak-anak hiperaktif tidak mendapatkan layanan terapi,
mereka yang bersangkutan di kemudian hari akan berkembang ke arah "kriminal",
suka mengutil batang, mencuri, mencoba-coba narkoba, rnerusanak properti dan
cenderung berkembang ke arah problem yang lain, yaitu conduct disorder (CD)
(Solek, P. 2004.5).
Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak-anak hiperaktif adalah anak-
anak akan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, Selain itu yang
bersangkutan sangat jarang-untuk berdiam selama kurang lebih 5 hingga 10 menit
guna melakukan suatu tugas kegiatan yang diberikan gurunya. Oleh karenanya, di
sekolah anak-anak hiperaktif mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam
tugas-tugas kerjanya. la selalu mudah bingung atau kacau pikirannya, tidak suka
memperhatikan perintah atau penjelasan dari gurunya, dan selalu tidak berhasil
dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit kemampuan
mengeja huruf, tidak mampu untuk meniru huruf-huruf (Rapport & Ismond,
1984 dalam Betshaw & Perret, 1986:263).
Ciri-ciri yang sangat nyata berpada sarkar. Definisi tersebut bagi peserta
didik hiperaktif adalah sebagai berikut.
a. Selalu berjalan-jalan rnernutari ruang kelas dan tidak mau diam.
b. Sering mengganggu teman-teman di kelasnya.
c. Suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan sang
jarang untuk tinggal diam rrienyelesaikan tugas sekolah, paling lama
tinggal diam di tempat sekitar 5 sampai 10 menit.
d. Mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas di seko
e. Sangat mudah berperilaku untuk mengacau atau mengganggu.
f. Kurang member perhatian untuk mendengarkan orang lain berbicara
g. Selalu mengalami kegagalan dalam melaksanakantugas-tugas di sekolah
h. Sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu pada saat yang
bersamaan.
i. Mempunyai masalah belajar hampir di seluruh bidang studi.
j. Tidak mampu menulis Surat, mengeja huruf dan berkesulitan dalam surat-
menyurat Sering gagal di sekolah disebabkan oleh adanya in-atensi dan
masa belajar karena persepsi visual dan auditory yang lemah.
k. Karena sering menurutkan kata hati (impulsiveness), mereka sering
mendapat kecelakaan dan luka. (Rapport & Ismond, 1984 dald
l. Batshaw & Perret, 1986:263).
Attention
Deficit Hyperactivity
Disorder
Gambar3.1
Hubungan antara Kesulitan Belajar , In-atensi dan hiperaktif
(Batshaw & Perret, 1936:263).
Pada tiga perilaku utama yang ttampak pada seorang anak-anak dengan
kelainan perilaku menyimpang, yaitu agresif, suka menghindar diri dari
keramaian, dan sikap diri. Agresif merupakan perilaku dalam wujud bermusuhan
(hostility), suka berkelahi (belligevency), suka berteriak (veiling), ledakan kema-
rahan (ternperoutbuats), suka menyindir (teasing), suka mengacaukan (vanda-
lism), suka melawan terhadap kewenangan orang dewasa (resiteonce to adult
authority), suka melakukan kenakalan atau kejahatan (delinquency), suka mernu-
kul secara fisik pada orang lain (physically striking others), dan sikap menolanak
untuk bekerja sama (refusing to cooperate).
1. Withdrawal atau sifat suka menghindarkan diri dari orang lain, merupakan
perilaku yang mudah dilihat oleh guru. Umumnya anak-anak yang
mempunyai perilaku semacam ini, pada dasarnya adalah seorang anak-
anak yang berperilaku baik. Namun kelainan perilaku semacam ini
berkaitan dengan perilaku yang bersikap pasif (passivity), suka melamun
(day dreornig), ketidakdewasaan (immaturity), suka menghisap ibu jarinya
(thumb sucking), mempunyai rasa takut yang berlebihan (extreme fear),
sering gagal untuk berbicara (failure to talk), tidak suka bergaul
(reluctance to sosialize), bermain sendirian (playing alone), sering
mengeluh merasakan sakit (complaining offeeling ill,, tidak menaruh
perhatian terhadap lawan berbicara saat berbicara dengan orang lain,
berperilaku suka merangsang diri (melakukan onani), dan sangat mudah
untuk depress (muram atau sedih).
2. Sikap bertahan diri (defensive behavior), merupakan perilaku yang
dilakukan untuk melindungi diri dari situasi berbahaya secara psikologis.
Mekanisme ini selalu digunakan oleh semua orang dalam populasi secara
umum tetapi bila digunakan secara berlebihan oleh seseorang maka ia
mempunyai hendaya kelainan perilaku menyimpang, karena cara-cara
perlindungan diri sendiri yang dilakukannya dilakukan secara tidak wajar.
Contohnya, suka menyalahkan orang lain . bila dirinya melakukan
kesalahan atau kekurangan, berperilaku kekanak-kanakan, suka melamun
atau berfantasi untuk lari dari kenyataan yang sebenarnya, tindakan-
tindakannya selalu menggunakan alasan-alasan yang tidak masuk akal,
adanya hambatan atau kelangkaan ingatan disebabkan sering mendapatkan
kejadian-kejadian yang penuh ketegangan, suka mengembangkari
keterampilan khusus atau bakat tertentu untuk penyesuaian terhadap
kekurangan dirinya, menganggap dirinya seperti seseorang yang ia
kagumi.
b RancanganPembelajaran
Program pembelajaran bagi anak-anak dengan hendaya kelainan perilaku
menyimpang sebaiknya diberikan dengan berfokus pada peningkatan Sosial-
ernosionalnya. Untukitu diperlukan perhatian khusus terhadap perkembangan
sosial emosional dan psikoniotornya. Yang dimaksud dengan perkembangan
sosial emosional, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Kepuasan diri, yaitu merasa sehat, meningkatkan konsep diri, mening-
katkan kepercayaaii diri, aktualisasi diri, dan peningkatan kesadaran
terhadap tubuh.
2. Perkembangan fungsional, yaitu sikap bermasyarakat, dan terhadap nilai-
nilai, kepribadian, dan menyenangi hubungan antar pribadi dalam suatu
lingkungan kehidupan.
3. Perkembangan emosional, yaitu kestabilan emosi, merasa senang, suka
menyampaikan perasaan-perasaan emosi dirinya, dan bergaul eras sesama
Leman.
Bentuk mimik peserta didik dengan hendaya pendengaran dan bicara (tunarungu
wicara) berbeda dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang lain. Hal ini karena
mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan pancaindera telinga dan
mulut. Oleh sebab itu mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksudkan
dan dikatakan oleh orang lain. Pengertian hendaya pendengaran adalah seseorang
yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian
atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera
pendengaran.
Beberapa hasil penelitian (Ittyerah & Sharman, 1997; Wiegersma & Van
Der Velde, 1983) telah menernukan suatu kenyataan bahwa anak-anak dengan
hendaya pendengaran (deaf children) mempunyai kesulitan pada ;
1. Koordinasi dinamika anak (dynamic coordination) antara lain padahal
berjalan mundur dan maju sepanjang titian yang sempit ke atas Dumpiny
& skipping), dan melompati rintangan direntangkan.
2. Kernarnpuan koordinasi anak visual, seperti memasukkan tali dalam
lobang yang pada pagan berlobang khusus.
3. Dalam melakukan gerakan berpindah (movement) lebih lambat
dibandingkan dengan anak-anak yang mampu mendengar. Hal ini dise
perkembangan persepsinya kurang (dalam Lewis, V., 2003:98).
"Many researchers justify their theoritical studies with the statement: ifwe
will be able to devise more effective intervention, but all often this is a
hollow premire because the researd i is b urried in scien tificjurnals tha
tare not accessible to the typical speech -therapist or teacher working in a
busyschool or dinik"(p. vii)
Hasil penemuan oleh Frenchman dan Pierre Paul Broca pada tah 1861
berkaitan dengan pancaindera atau exteroceptive adalah terpada hubungan secara
utuh (integritas) pada tonjolan ketiga di bagian kiri de lapisan luar otak anak (the
left frontal lobe of the brain cortex) Yana merupa prasyarat seseorang untuk
mampu berbicara secara normal. Kerusakan pa bagian tersebut mengakibatkan
seseorang tidak mampu mengucapkah k atau kalimat. Penelitian lebih lanjut oleh
Broca pada tahun 1863 telah m mukan bahwa kerusakan pada bagian depan
coping kanan belahan otakti merupakan penyebab gangguar. berbicara (Jokl, E.,
dalam Basic Book ofSp Medicine, 1978:314).
Pierre Paul Broca adalah seorang ahli bedah klinis dari Perancis. Dia or
Yang banyak menekuni masalah otak anak dan tengkoranak sehingga ;a merupa
"orang panutan" dan merupakan orang kund dalam pengetahuan berka dengan
ilmu antropologi fisikdi negara Perancis hingga saat ini.la telah mene kan adanya
kerusakan pada jaringan atau simpul ketiga bagian kiri depan la luar otak anak
yang menjadi penyebab hilangnya kemampuan seseorang u berbicara. Hal ini
menuniukkan adanya hubungan antara kegiatan tubuh s spesifik dengan daerah
khusus yang pada dalam otak anak (Reynolds, C., A., 1987-
Pada tiga bentuk yang berbeda dari rangsang bunyi yang dibutuhkan
dalam suatu program latihan terhadap anak-anak dengan hendaya
pendengaran, yaitu:
a. rangsang yang diperoleh dari lingkungan tempat komunikasi itu
terjadi,
b. rangsang secara langsung diikuti dengan pesan tetapi bukan bagian
dari hasil kemampuan berbicara,
c. rangsangan langsung berkaitan dengan r)roclLlksi bunyi pembicaraan
(Hallahan & Kauffman, 1987:258-263; dan 1991:279--282).
Daya lihat yang kuat pada anak-anak dengan hendaya penasihat mereka
mempunyai kemampuan konseptual (concep. es). Daya ingat itu didapat setelah
mereka melakukan latihan secara alam memaharni teori-teori Matematika, Serta
latihan-latihan benda-benpada untuk mampu mengetahui hubungan secara
kegiatan pembelajaran yang bersifat vokasional (Hatwell, 1966; St irube, 1982;
dalam Hallahan , 1987:295).
1. Pendahuluan
Pada dasarnya kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokkan menjadi dua
bagian besar, yaitu kelainan pada sistem serebrai (cerebral system) dan kelainan
pada sistem otot dan rangka (musculoskeletol system).
Walaupun otak anak seseorang dalam keadaan utuh dan berfungsi sebagai-
mana mestinya, seseorang bisa Baja mempunyai hendaya yang bersifat neurologis
yang disebabkan oleh adanya cedera pada saraf tulang belakang, dedera pada saraf
tulang belakang dapat menyebabkan seorang anak-anak kehilangan perasaan atau
sensasi, tidak mampu mengontrol gerakan, tidak mampu merasakan atau
melakukan gerakan pada beberapa bagian tubuh.
Hendoya keadaan fisik motorik yang paling menonjol dan banyak difaku-i
layanan pendidikan antara lain cerebral palsy (CP), spina bifipada (SB), dan
elopmental coordination disorder (DCD). Bahasan berfokus pada implikasi usus
untuk dapat memahami proses-proses perkembangannya.
Cerebral Palsy (CP) bukan suatu penyakit dalam pengertian bahasa, tidak
dan tidak progresif atau makin lama makin memburuk, kecuali tidak? dapatkan
penyembuhan yang benar sehingga terjadi komplikasi latihan & Kauffman,
1991:347). Cerebral Palsy merupakan kelainan gerakan kelainan postur tubuh
disebabkan oleh adanya cedera yang permanen pada otak anak saat masih dalam
perkembangan (Bax, 1964 dalam Haskell & Barret, 93:2). Kelainan pada aspek
anak seringkali diikuti dengan kerusakan pada penglihatan , pendengaran,
berbicara, dan inteligensi. Hal ini ditandai puia ngan kelangkaan kontrol terhadap
lidah dan bibir, kelainan persepsi visual, angnya rasa pada daya, kelainan
berkaitan dengan pengenalan ruang tempat, dan seizure. Kondisi kelainan CP bisa
terjadi saat dalam kandungan, dilahirkan, dan saat setelah dilahirkan atau
konibinasi dari ketiga faktor -sebut.
Gambar4.2.
Daerah Otak anak Penyebab Bentuk-bentuk Cerebral Plasy
(Hallahan &Kauffman, 1991:349).
Epilepsy
Epilepsy merupakan gangguan serangan yang hebat terhadap fungsi otak yang
terjadi secara tiba-tiba, secara spontan dan mempunyai tendensi untuk terjadi
kernhali. Epilepsy terjadi bersamaan dengan ketidak mampuan lain seperti
cerebral palsy dan hydrochepalus. Kelainan epilepsy merupakan perwujudan
hilangnya konsentrasi atau bahkan ketidak sadaran diri, biasanya diikuti pula
dengan gerakan-gerakan yang tidak diinginkan oleh tubuh. Rangsangan muncul
dimulai pada bagian khusus dari otak anak sehingga menimbulkan kejang-kejang
pada bagian tertentu tanpa kehilangan kesadaran.
Hydrocephalus
Hydrocephalus sering terjadi bersamaan dengan spina bifi pada atau berdiri secara
tersendiri. Hydrocephalus terjadi ketika terlalu banyak cairan cerebrospinal dalam
rongga otak. Dengan demikian otak anak yang lembut, dan rongga yang pada otak
anak mendapatkan tekanan dari cairan yang mengisi rongga otak. Dampak dari
tekanan menjadikan lapisan luar otak anak menjadi tipis dan mengkerut dan
seringkali terjadi cedera yang permanen.
Pada bayi yang masih kecil, tulang-tulang di bagian atas kepala masih ini
bersatu sehingga cairan dapat keluar menekan bagian ini mengakikan kepala
menjadi lebih besar. Gejala-gejala ini menunjukkan adanya kelainan, dikenal
dengan nama hydrocephalus. Terhadap hydrocephalus yang telah berat
memerlukan operasi langsung untuk menghilangkan cairan agar jari dari rongga
otak. Operasi dapat dilakukan dengan cara merangsang (shunt) dari rongga otak
anak disalurkan ke bilik kiri atau kanan hati dengan operasi. Operasi semacam ini
disebut dengan atrial sehingga cairan yang pada rongga otak anak dapat diserap
melalui peredaran darah. Atau dengan cara ventriculo peritoneal shunt yang
langsung mengarahkan pada rongga otak anak ke rongga perut, langsung ke usus.
Operasi spinoitonoafshunt merupakan upaya lain guna mengarahkan cairan secara
langsung dari bilik rongga otak anak ke rongga sekitar sumsum tulang belakang
dan kemurian diarahkan ke rongga perut.
Spina Bifida
Istilah "spina-bifida" diartikan sebagai "tulang belakang yang terbagi atau iek".
Pada seorang bayi, kondisi semacam ini terjadi disebabkan salah satu jian atau
lebih, dari tulang belakang belurn terbentuk secara penuh. Pada tulang belakang
yang normal, terdapat sebuah "kanak-anak atau saluran" melalui satu yang berisi
saraf tulang belakang,"Kanak-anak " ini berfungsi sebagai rumah of yang
menghubungkan otak, ke berbagai bagian tubuh. Apabila terjadi pada tulang
belakang, maka kanak-anak pusat tidak sepenuhnya memenuhi arah tulang
belakang jadi hanya sampai pada tempat yang robek saja. Oleh karena itu
dimungkinkan saraf tulang belakang menutupi sebagian tulang belakang yang
terbuka tersebut. Hal ini menunjuklkan adanya gumpalan atau tonjolan pada
bagian belakang seorang bayi.
5. Hambatan-HambatanyangDihadapiAnakTunadaksa
Hambatan-hambatan yang pada anak-anak dengan hendaya kondisi fisik (tuna-
laksa) teranak pada kesulitan anak dan kelainan postur, khususnya bagi anak-
anak dengan kelainan cerebral palsy. secara urnurr, hambatan yang pada anak-
anak dengan hendaya kondisi fisik, antara lain sebagai berikut.
Pada anak-anak athetoid hambatan utama adalah pada gerakan yang terjadi
di luar kemauan, pelan, dan sering menggeliat. Hal ini diikuti dengan pengejangan
otot-otot sehingga gerakannya tidak simetris dan di luar kontrol. Anak-anak
athetoid juga memerlukan latihan orientasi ruang.
Ketidak normaian perkembangan fisik pada anak-anak dengan hendaya
fisikmotorik yakni salah satu kaki menjadi pendek. Adanya ketegangan pada siku,
pqrgelangan tangan dan anak kontraksi otot yang tidak semestinya menyebabkan
terjadinya hambatan dalam belajar. Seorang anak-anak dengan hendaya yang
berat karena mendapatkan cedes serius pada daerah pengatur anak di otak,
menyebabkan ia mempunyai kesulitan anak pada kedua kaki dan kedua
tangannya. sebagai contoh adalah quadriplegia, yang bersangkutan juga
mempunyai hambatan kemampuan berpikir (kognitif).
Di Asia Timur belum banyak perhatian terhadap peserta didik yang memiliki
kombimasi keluarbiasaan seperti tunanetra dan tunagrahita, cerebral palsy dan
tunarungu, tunarungu dan tunanetra, tunalaras dan tunagrahita, atau lainnya
yang memiliki kelainan dua kali lipat atau lebih. Dengan tingkat kelainan yang
berat dan sangat berat (Johnston & Magrab, 1976:3). Penelitian menunjukkan
bahwa keluarbiasaan yang berat dan sangat berat, seperti halnya anak-anak yang
mempunyai kesulitan-kesulitan yang minor, jumlahriya meningkat (Anderson,
1969; Dibedenetto, 1976; Wolf & Anderson, 1969). Kondisi sernacam ini
diperburuk oleh sikap masyarakat terhadap keberadaan anak-anak yang
mempunyai kombinasi hambatan perkembangan. Definisi secara ringkas tentang
anak-anak tunapada sebagai berikut.
"Developmental disorders encompass a group ofdeficits inneurological
development that resultin impairmentin one a combination ofskilloreas
such as:intelelligence, motor, language, orpersonalsocial."(Johnston
&Magrab, 1976:7).
Definisi untuk peserta didik buta tuli itu sendiri dinyatakan bahwa " buta-
tuli diartikan sebagai kelainan yang saling bertautan antara kesulitan pendengaran
dan penglihatan , kombinasi kasus kesulitan berkomunikasi yang berat dan
kelainan? perkembangan. Dalam program pendidikan luar biasa hal itu belum
terakomodasi, karena semata-mata layanan tersebut ditujukan pada anak-anak
dengan kelainan pendeingaran saja atau anak-anak dengan kelainan
penglihatan ." (lihat pada: Sec. 300.5 (b)(2) )
Dari keempat kategori tersebut, maka peserta didik berbakat adalah mereka
yang mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul dalam intelektual,
teknik, estetika, sosial, fisik. (Freemen, J.,1975:120), akademik, Isikomotor, dan
psikososial (kepemimpinan) (Sisk, 1987 dalam Amin, M. 1996:3). pada tahun
1972 di Amerika Serikat berkembang konsep-konsep tentang keberbakatan
berkaitan dengan kemampuan atau potensi luar biasa dalam kemampuan
intelektual, tingkah laku akademis khusus, berpikir kreatif ,dan produktif,
kemampuan memimpin, kecakapan seni, dan kemampuan Psikomotor (Reynolds
& Mann, 1937:719).
Alloy, L.B., Riskio, J.H., Monas, M.J (2005) . Abnormal Psychology. Boston,
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Batshaw, M.L & Perret, Y.M (1986). Children With Handicapped A Medical
Primer. Baltimor, Maryland : Paul H Brookes Publishing Co.
Gregory, S., Knight, P., McCrecken, W., Powers, S., and Watson, L. (1999).
Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publisher.
Haskel, S.H. & E.K. (1993) The Education of Children Wiyh Phsycaland
Neurological Disabilities. London: Chapman & Hall.
Jordan, R (2001) Autism With Severe Learning Difficulties: A Guid for Paretnt
and Profesinals. London: Souvenir Press (Educational & Academic) Ltd.
Kauffman, J.M & Hallahan, D.P. (2005) Spedial Education: What it is and Why
We Need It. Boston: Pearson Education. Inc.
Kelly, LJ. & Vergasan, G.A (1978). Dictionary od Special Education and
Rehabilitation. Denver: Colorado: Love Publishing Company.
Kirk, S.A. & Gallagher, J.J (1989). Dictionary od Special Education and
Rehabilitation. Denver : Colorado : Love Publishing Company.
Kirk. S.A & Gallagher, J.J (1989). Educatating Expceptional Children. Dallas
Geneva, llinois: Houghton Mifflin Company.
Milgram, R.M. ?(1991). Counseling Gifted and Taiented Children: A Guide for
Teacher, Counselor, and Paret. Norwood, New Jersey: Ablex Publishing
Corporation.
Patton, J.R. and Smith, M.B. (1986). Metal Retardation. Second Edition.
Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.
Smith, M.B, Ittenbach, R.F. & Patton, J.R. (2002). Metal Retardation. Saddle
River New Jersey: Merril Prentice Hall.
Sisk, D. (1987). Creative Teaching of the Gifed. New York: Mc-Grow Hill Bool
Company.
Urdang, L.& Swallow, H.H. (1983). Mosby’s Medical & Nursing Dictionary. St.
Louis USA: The C.V. Mosby Company
Wood, D., Wood., H., Griffiths, A., Howarth, I. (1993). TEACHING AND
Talking Wiyh Deaf Children. New York: John Wiley & Sons.