Anda di halaman 1dari 8

1. jelaskan tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar sebagai pendidikan nilai dan moral!

Jawaban:

Bila kita kaji secara konseptual pendidikan nilai atau value education akan pendidikan


atau moral education memiliki konotasi dan cakupan yang berbeda.Pendidikan
Nilai cakupannya lebih luas daripada pendidikan moral karena konsep nilai mencakup
segala macam nilai seperti nilai religius,ekonomi,praktis,etis dan estetis. Pendidikan
moral pada dasarnya berkenan dengan proses pendidikan nilai etis, yakni persoalan
baik dan buruk.

Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni bahwa
“value is neather taught nor cought it is learnded” yang artinya bahwa subtansi nilai
tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam arti
ditangkap, diisternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas
pribadi seseorang malalui proses belajar.

Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah


barlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya
tradisi dongen dan sejenisnya yang dulu dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan
cucunya semakin lama semakin tergeser oleh film kartun atau sinetron dalam media
massa tersebut. Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual,
instrumen, dan operasional.

Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang theistis atau


demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi
Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai demokratis yang
berketuhanan Yang Maha Esa, dan nilai sosial kultural yang berbineka tunggal ika.

Konsepsi pendidikan nilai moral piaget yang menitik beratkan pada pembangunan


kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan
dapat diadaptasidalam pendidikan nilai di indonesia dalam konteks demokrasi
konstitusional Indonesia dan konteks sosial-kultural masyarakat Indonesia yang ber
Bhineka Tunggal Ika termasuk dalam keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral kohlberg yang menitik beratkan pada penalaran moral
melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada individu peserta
didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembehasan nilai
selain nilai aqidah sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Konsepsi dapat
digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan paradigma penelitian
perkembangan moral bagi warga Indonesia.

Kerangka konsepsual komponen Good Charakter dari Lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan moral, perrencanaan moral, dan perilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan
menambahkan kedalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenan dengan
konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dimensi
Wawasan Moral, Perasaan mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa dalam dimensi
Perasaan Moral, dan Perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi Perilaku Moral.

Hakekat PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai program pendidikan yang


berdasarkan nilai-nilai pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari hari.

4. Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat
mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught nor cought , it is learned” yang artinya

bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna

dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi

seseorang melalui proses belajar.

Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam kehidupan

masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah-petitih adat, tradisi,

lisan turun-temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian daerah seperti “kekawihan” di

tatar pesundan dan “berbalas pantun” ditatar melayu.


Sebagai salah satu unsur kebudayaan (Kuncaraningrat 1978) kesenian paada dasarnya merupakan

produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilsi ysng berkembang dalam

limgkungan masyarakat pada masing-masing jamanya.

Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan budaya daerah

untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan

lingkungan sekitar siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan lebih bermakna sebagai wahana

pengembangan watak individu sebagai warga negara. Contohnya legenda dari seluruh tanah air.

Dalam pengertian generik, konsep dap roses pendidikan merupakan proses yang sengaja dirancang

dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya

sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dala arti selamat didunia

dan diakhirat.

Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dassarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar yakni

mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good” (Lickona 1992 : 6). Konsepsi

tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu

dan masyarakat agar cerdas (smart) dan baik (good)

Secara elaboratif  tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan kognitif,

afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan

keterampilan psikomotorik.

Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah …….ussaha dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip

pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut:


1. Pendidikan disekengarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatifdengan menjunjung itnggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultual,dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan sistem
terbuka ddan multimakna.
3. Pedidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
pesserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan demgan mengembangkan budaya membaca , menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pngendalian mutu pendidikan (Pasal 4)

Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu tercermin dari

konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan denga aspek nalar atau

intelektualitas atau kognitif, tetapi melingkupi ssegala poensi individu.

Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam kategori

afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)

Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia barat

dikenal dengan “value education, effective education, moral education, caracteer education”

(Winataoutra 2001)

Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala pendidikan

agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan seni

2. Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat
mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught nor cought , it is learned” yang artinya

bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna

dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi

seseorang melalui proses belajar.

Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam kehidupan

masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah-petitih adat, tradisi,

lisan turun-temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian daerah seperti “kekawihan” di

tatar pesundan dan “berbalas pantun” ditatar melayu.


Sebagai salah satu unsur kebudayaan (Kuncaraningrat 1978) kesenian paada dasarnya merupakan

produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilsi ysng berkembang dalam

limgkungan masyarakat pada masing-masing jamanya.

Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan budaya daerah

untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan

lingkungan sekitar siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan lebih bermakna sebagai wahana

pengembangan watak individu sebagai warga negara. Contohnya legenda dari seluruh tanah air.

Dalam pengertian generik, konsep dap roses pendidikan merupakan proses yang sengaja dirancang

dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya

sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dala arti selamat didunia

dan diakhirat.

Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dassarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar yakni

mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good” (Lickona 1992 : 6). Konsepsi

tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu

dan masyarakat agar cerdas (smart) dan baik (good)

Secara elaboratif  tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan kognitif,

afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan

keterampilan psikomotorik.

Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah …….ussaha dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip

pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut:


1. Pendidikan disekengarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatifdengan menjunjung itnggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultual,dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan sistem
terbuka ddan multimakna.
3. Pedidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
pesserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan demgan mengembangkan budaya membaca , menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pngendalian mutu pendidikan (Pasal 4)

Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu tercermin dari

konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan denga aspek nalar atau

intelektualitas atau kognitif, tetapi melingkupi ssegala poensi individu.

Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam kategori

afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)

Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia barat

dikenal dengan “value education, effective education, moral education, caracteer education”

(Winataoutra 2001)

Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala pendidikan

agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan

3. Jelaskan ruang lingkup kewarnagegaraan di


sekoah dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral!

5. jelaskan keterkaitan antara pendidikan


kewarganegaraan di sekolah dasar sebagai
pendidikan nilai dan moral dengan mata
pelajaraan ilmu pengetahuan sosial (ips)
dalam hal mewujudkan warganegara yang
kompeten.

1. Jelaskan tujuan pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan moral !

Jawaban: Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Djahiri (1994/1995:10) adalah


sebagai berikut:

A.    Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan
Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

B.     Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil
dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan
diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

Soal no 2

Jelaskan fungsi pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan moral !

Jawaban:

Soal no 3
Jelaskan ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral !

Soal no 4

Jelaskan karakteristik pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral !

Soal no 5

Jelaskan keterkaitan antara pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral dengan matapelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam hal mewujudkan warganegara yang
kompeten !

Anda mungkin juga menyukai