Jawaban:
Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni bahwa
“value is neather taught nor cought it is learnded” yang artinya bahwa subtansi nilai
tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam arti
ditangkap, diisternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas
pribadi seseorang malalui proses belajar.
Kerangka konsepsual komponen Good Charakter dari Lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan moral, perrencanaan moral, dan perilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan
menambahkan kedalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenan dengan
konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dimensi
Wawasan Moral, Perasaan mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa dalam dimensi
Perasaan Moral, dan Perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi Perilaku Moral.
4. Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat
mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught nor cought , it is learned” yang artinya
bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna
dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi
Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam kehidupan
masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah-petitih adat, tradisi,
lisan turun-temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian daerah seperti “kekawihan” di
produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilsi ysng berkembang dalam
Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan budaya daerah
untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan
lingkungan sekitar siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan lebih bermakna sebagai wahana
pengembangan watak individu sebagai warga negara. Contohnya legenda dari seluruh tanah air.
Dalam pengertian generik, konsep dap roses pendidikan merupakan proses yang sengaja dirancang
dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya
sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dala arti selamat didunia
dan diakhirat.
Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dassarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar yakni
mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good” (Lickona 1992 : 6). Konsepsi
tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu
Secara elaboratif tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan
keterampilan psikomotorik.
Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah …….ussaha dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip
Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu tercermin dari
konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan denga aspek nalar atau
Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam kategori
afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)
Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia barat
dikenal dengan “value education, effective education, moral education, caracteer education”
(Winataoutra 2001)
Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala pendidikan
2. Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat
mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught nor cought , it is learned” yang artinya
bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna
dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi
Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam kehidupan
masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah-petitih adat, tradisi,
lisan turun-temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian daerah seperti “kekawihan” di
produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilsi ysng berkembang dalam
Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan budaya daerah
untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan
lingkungan sekitar siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan lebih bermakna sebagai wahana
pengembangan watak individu sebagai warga negara. Contohnya legenda dari seluruh tanah air.
Dalam pengertian generik, konsep dap roses pendidikan merupakan proses yang sengaja dirancang
dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya
sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dala arti selamat didunia
dan diakhirat.
Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dassarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar yakni
mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good” (Lickona 1992 : 6). Konsepsi
tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu
Secara elaboratif tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan
keterampilan psikomotorik.
Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah …….ussaha dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip
Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu tercermin dari
konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan denga aspek nalar atau
Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam kategori
afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)
Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia barat
dikenal dengan “value education, effective education, moral education, caracteer education”
(Winataoutra 2001)
Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala pendidikan
1. Jelaskan tujuan pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan moral !
A. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan
Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
B. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil
dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan
diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Soal no 2
Jelaskan fungsi pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan moral !
Jawaban:
Soal no 3
Jelaskan ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral !
Soal no 4
Jelaskan karakteristik pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral !
Soal no 5
Jelaskan keterkaitan antara pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan nilai dan
moral dengan matapelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam hal mewujudkan warganegara yang
kompeten !