Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan nilai dan sikap
di dunia barat dikenal dengan “ value education, affective education, moral
education, character education”. Di Indonesia, wacana pendidikan nilai tersebut
secara kurikuler terintergrasi antara lain dalam pendidikan agama, pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan seni.
Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakatan global.
Pendidikan nilai secara subtantif melekat dalam semua dimensi tujuan tersebut
yang memusatkan perhatian pada nilai aqidah keagamaan, nilai sosial
keberagamaan, nilai kesehtan jasmani dan rohani, nilai keilmuan, nilai
kemandirian, dan nilai demokratis yang bertanggung jawab. Muatan pendidikan
kewarganegaraan, secara subtantif dan pedagogis mempunyai misi
mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan rasa cinta tanah air.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kohlberg yang menitik beratkan pada menalaran
moral melalu pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada
individu peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks
“pembahasan nilai selain nilai aqidah sesuai dengan keyakinan agama masing-
masing.sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan moral Kohlberg
secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan
paradigma penelitian perkembangn moral bagi orang Indonesia.
Kesemuaan teori pendidikan nilai Barat antara lain teori piaget, Kohlberg, dan
lickona dapat digunakan sebagai sumber akademis dalam membangun desain
pendidikan nilai di Indonesia dengan cara mengambil secara adptif sesuai engan
konteks sosial-kultural dan sosial-religius masyarakat Indonesia.
Proses pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses kebudayaan yang pada
akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi insan yang berbudaya dan
berkeadaban.