Anda di halaman 1dari 8

Pentingnya Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraann

dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Bagi Mahasiswa

Abu Dzar Al Ghifari


112105100000

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara epistemologis pendidikan kewarganegaraan perlu dipahami secara


historis-epistemologis dari perkembangan civic/citizenship education di
berbagai belahan dunia dalam konteks perkembangan demokrasi sebagaimana
diteorikan oleh Huntington (1980) dan pemikiran pendidikan
kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi dalam paradigma education
about, in, and for democracy (Civitas International:2000). Hal itu dapat kita
maknai karena pendidikan merupakan upaya manusia yang sadar-tujuan untuk
menumbuh-kembangkan potensi individu agar menjadi individu dewasa dalam
sikap, pengetahuan, dan kemampuannya serta memberi kontribusi yang
bermakna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, serta umat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu pendidikan, termasuk pendidikan
kewarganegaraan merupakan wahana psiko-pedagogis, sosio-kultural, dan
universalhumanis yang diterima sebagai unsur pembentuk, pemelihara, dan
peningkatan kualitas peradaban kemanusiaan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata


pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berisikan materi yang
berhubungan dengan nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan ini sering dikaitkan dengan penanaman
moral, ahklah, karakter peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan tujuan dari
mata pelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yakni membentuk
setiap insan menjadi warga negara yang baik, taat akan hukum dan mentaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan Pancasila Dalam
menentukan bentuk dan format agar mata kuliah Pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif
terdapat berbagai tantangan. Tantangan ini dapat berasal dari internal
perguruan tinggi, misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi
program studi yang makin tajam (yang menyebabkan kekurangtertarikan
sebagian mahasiswa terhadap Pendidikan Pancasila).

Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan adalah suatu kajian ilmu pendidikan


yang mengarah pada Pancasila, serta diperluas dengan sumber ilmu
pengetahuan lainnya yang dimana bertujuan untuk melatih kemampuan
berfikir kritis, analis dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan ini juga menjadi mata kuliah dasar umum untuk
tingkat perguruan tinggi di Indonesia bagi kalangan mahasiswa. Tujuan
dengan di adakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang
menjadi mata kuliah dasar umum bagi mahasiswa yakni bertujuan agar
menjadikan sikap mental setiap mahasiswa yang cerdas, disiplin, dan
bertanggung jawab. Serta memiliki perilaku beriman dan bertakwa, berakhlak
yang baik, attitude yang baik dalam bersosial di masyarakat, melakukan setiap
tindakan dan perbuatan berdasarkan pikiran dan pertimbangan yang logis serta
sesuai dengan akal sehat manusia (berpikir rasional), percaya diri dan mandiri
serta memunculkan sikap antusiasme di masyarakat dan mengalami
perkembangan dalam diri, menyadari akan hak-hak dan kewajibannya sebagai
warga negara, adanya jiwa profesionalitas dalam melakukan segala hal, dan
mampu melihat peluang serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) untuk kepentingan, kemajuan bangsa dan negara.

2. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat Pendidikan Kewarganegaraan bagi mahasiswa ?

2. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan penting dalam mengembangkan


kemampuan para mahasiswa ?

3. Apa manfaat Pendidikan Kewarganegaraan bagi mahasiswa ?


B. Gambaran Sosiologis, Historis, dan Politis Dari Pentingnya Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara

1. Gambaran Secara Sosiologis

Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,


keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu
hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah nilai gotong royong.
Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan bergotongroyong, baik berupa saling
membantu antar tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di
desa-desa. Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat
kekeluargaan sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial.
Gotong royong juga tercermin pada sistem perpajakan di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan iuran
melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan
pembangunan

Sosiologis atau yang dikenal dengan sebutan sosiologi, berasal dari dua suku
kata yang berasal dari bahasa yunani yakni socius memiliki arti masyarakat
dan logos memiliki arti ilmu. Sosiologi adalah ilmu yang memfokuskan untuk
memperhatikan masyarakat yang bersifat umum dan berusahan mendapatkan
dan memahami pola-pola umum yang terjadi dan muncul dalam kehidupan
masyarakat (Soejono Soekanto). Maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi
merupakan ilmu sosial yang mempelajari setiap kehidupan masyarakat, baik
dalam hal interaksi, bersosial, mempelajari pola kehidupan manusia dalam
bermasyarakat dari berbagai golongan maupun kelompok, serta mengkaji
berbagai macam permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat.

Setelah memahami apa itu sosiologis, mahasiswa dapat diharapkan memahami


sturktur sosial, proses sosial yang dimana akan terjadi perubahan-perubahan
sosial serta masalah-masalah sosial yang harus disikapi dengan kepala dingin
dengan berpedoman kepada standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-
nilai Pancasila. Bangsa Indonesia memiliki perbedaan dari bangsa-bangsa lain,
bangsa Indonesia memiliki landasan pandangan hidup dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada suatu kultural atau kebudayaan yang telah
diciptakan pada masa-masa lampau yang sampai saat ini masih di yakini oleh
bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai kewarganegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila bukan semata-mata hasil karya
seseorang, melainkan nilai-nilai Pancasila tersebut merupakan hasil rembukan
bangsa Indonesia yang telah diciptakan sebuah karya besar oleh rakyat
Indonesia itu sendiri, yang diambil dari nilai-nilai sosial, kultural yang dimiliki
dan diciptakan oleh bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan) secara sosiologis telah ada
dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu nilai
yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga
sekarang adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan
bergotongroyong, baik berupa saling membantu antar tetangga maupun
bekerjasama untuk keperluan umum di desa-desa. Kegiatan gotong royong itu
dilakukan dengan semangat kekeluargaan sebagai cerminan dari sila Keadilan
Sosial.

2. Gambaran Secara Historis

Dilihat berdasarkan sisi historisnya, Pancasila nir lahir secara mendadak


dalam tahun 1945, melainkan sudah melalui proses panjang, dimatangkan
sang sejarah usaha bangsa kita sendiri, menggunakan melihat pengalaman-
pengalaman bangsa lain, menggunakan diilhami sang gagasan akbar dunia,
menggunakan permanen berakar dalam kepribadian & gagasan-gagasan
akbar bangsa kita sendiri. Nilai-nilai essensial yg terkandung pada Pancasila
yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan pada
kenyataannya secara objektif sudah dimiliki bangsa Indonesia semenjak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya negara &
bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yg relatif panjang yaitu
semenjak zaman kerajaan-kerajan.

Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan pada Indonesia awalnya


diselenggarakan pihak organisasi yang bertujuan agar membangun rasa
kebangsaan & impian Indonesia merdeka nilai-nilai yang terkandung pada
setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan & disahkan sebagai dasar negara
Indonesia secara obyektif historis sudah dimiliki bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga dasar nilainilai Pancasila tersebut tidak lain adalah berdasarkan
bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia menjadi kausa materialis
Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama
yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan
dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun
dalam praktik pemujaan yang beranekaragam, tetapi pengakuan tentang
adanya Tuhan sudah diakui. Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan
beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada 65 kekuatan
supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual
pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada
Tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari
Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial
seagama dan seiman.

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan
hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah
masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran
berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.

Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan di atas maka


dapat disimpulkan bahwa Pancasila memilki landasan historis yang
kuat. Secara histories, sejak zaman kerajaan unsur Pancasila sudah muncul
dalam kehidupan bangsa kita. Agar nilai-nilai Pancasila selalu melekat dalam
kehidupan bangsa Indonesia, maka . nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
Pancasila tersebut kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara.
Sebagai sebuah dasar Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam
bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Semua peraturan perundang-undangan yang ada juga tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
3. Gambaran Secara Politis
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan
kelima sila yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan
sebagai alat untuk menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai metode
kritis untuk memutuskan benar atau slaah sebuah kebijakan dan tindakan
pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian dan tindakan pemerintah itu
dengan makna sila-sila Pancasila.
Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu mahasiswa yang ikut
terlibat secara konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat
eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus
menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus
berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki
oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak
menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini.
Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan,
terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan
elit politik yang menjadi momok masyarakat.

C. Analisis Sosiologis, Historis, Politis


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada saat permulaan atau awal
kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran sosial kultural dan
dilakukan oleh para pemimpin negara bangsa. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam dimensi sosiologis sangat diperlukan oleh
masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan
mempertahankan eksistensi negara-bangsa. Secara politis, pendidikan
kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah dapat digali dari
dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal
istilah: (1) Kewarganegaraan (1957); (2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan
Kewargaan Negara (1968). Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan membahas cara
pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics
(1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD,
pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and
character building” bangsa Indonesia. Sebagaimana telah diuraikan di atas,
bahwa secara historis, PKn di Indonesia senantiasa mengalami perubahan baik
istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan peraturan perundangan,
iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara sosiologis,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Indonesia sudah sewajarnya
mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Secara
politis, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia akan terus
mengalami perubahan sejalan dengan perubahan sistem ketatanegaraan dan
pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.

D. Kesimpulan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara umum menjadi bagian
memori kolektif masyarakat Indonesia. Pemahaman Pancasila secara
konstitusional telah melekat di dalam Pancasila yang termaktub di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat. Pernyataan di dalam
pembukaan UUD 1945 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Batang
tubuh Undang-Undang Dasar 1945 telah memberikan penegasan secara
yuridis konstitusional tentang posisi Pancasila sebagai dasar negara dan
sebagai sumber kaidah hukum yang konstitusional. Oleh karena itu,
keberadaan pendidikan Pancasila di dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia telah meletakkan konsep dan prinsip mendasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Menurut sudut pandang kenegaraan, Pancasila memiliki kedudukan
sebagai dasar negara yang perlu diberikan penjelasan dan pengertian kepada
seluruh masyarakat melalui pendidikan. Menurut sudut pandang
kemasyarakatan, Pancasila memiliki posisi yang perlu dijabarkan sebagai
pandangan hidup dan nilai-nilai dasar dalam kehidupan bermasyarakat.

E. Daftar Pustaka
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/article/download/
246/196#:~:text=Selanjutnya%20terdapat%20tiga%20perspektif%20utama,konflik
%2C%20dan%20perspektif%20interaksionisme%20simbolik.
https://penerbitbukudeepublish.com/pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli/
https://klc.kemenkeu.go.id/pknstan-urgensi-pendidikan-kewarganegaraan-1-aspek-
historis-dan-sosiologis/
Winataputra, Udin S. "Posisi akademik pendidikan kewarganegaraan (PKn) dan
muatan/mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dalam
konteks sistem pendidikan nasional." Jurnal moral kemasyarakatan 1.1 (2016): 15-
36.

Anda mungkin juga menyukai