Kelas/NIM: 1D/2207026099
Menurut pendapat Soetoprawiro (1996) yang dikutip Ismail dan Sri HHartat (2003:3), bahwa kata
“onderdaan” tidak sama menggunakan warga negara namun bersifat semi warga negara atau
kawula negara. lebih lanjut dikatakan, kata tadi timbul dikarenakan Indonesia mempunyai budaya
kerajaan yang bersifat feodal sebagai akibatnya dikenal kata kawula negara yang adalah
terjemahkan berdasarkan onderdaan. Selanjutnya waktu Indonesia memasuki era kemerdekaan dan
era modern, kata kawula negara sudah mengalami pergeseran dan kata kawula negara tidak dipakai
lagi pada konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara pada perpustakaan Inggris, kata
warga negara dikenal menggunakan kata civic, citizen atau civicus. Sehingga akan memiliki arti
merupakan disiplin ilmu kewarganegaraan.
Pergeseran nilai sesuatu yang baru (Nilai, Teknologi, Budaya, Dan Lainnya) Dari asing secara
tidak otomatis dapat diintegrasikan ke dalam kondisi Individu atau masyarakat yang
menerimanya.
Pertentangan nilai masuknya nilai-nilai baru dan asing yang tidak bahkan betentangan
dengan nilai-nilai luhur dari pandangan hidup Masyarakat.
Perubahan gaya hidup (Life Style) Berkurangnya kedaulatan negara pemerintah Dalam hal
ini harus mengakui dan bekerja di suatu lingkungan dimana Sebagian besar penyelesaian
masalah harus dirumuskan dengan Memperhatikan dunia global. (Asmaroini, 2017: 57)
Visi pendidikan Pancasila yaitu terwujudnya kepribadian yang besumber pada nilai-nilai
Pancasila. Misi pendidikan Pancasila yaitu mengembangkan potensi akademik atau misi
psikopedagogis, menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berprikehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara. Tujuan materi Pancasila dalam pendidikan kepribadian mengarahkan pada moral
yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama,
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan memantapkan kepribadian generasi muda agar
secara konsiseten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
C. Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan
Aspek Historis
Aspek historis merupakan landasan-landasan fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi
pengembangan pendidikan pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan
materinya, rancangan modal pembelajaranya, dan evaluasinya. Formasi pendidikan
pancasila tentu saja tidak hanya memiliki prespektif waktu kebelakang yang berisi alasan-
alasan historis perlunya perilaku tertentu bagi generasi muda. Pada dasarnya, tujuan
pendidikan pancasila memformulasikan apa yang penting dari masa lampau, masalah yang
dihadapi pada sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal dimasa lampau.
Aspek sosiologis
Aspek sosiologis adalah segala aspek yang berkaitan dengan kodrat manusia sebagai entitas
sosial, saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Keberadaan orang lain
menyebabkan adanya hukum yang hidup bagi kerukunan dan ketertiban. Orang Indonesia
mengakui dan menghargai perbedaan budaya yang ada. Keanekaragaman budaya ini selalu
dianggap sebagai potensi sekaligus kekuatan bagi Indonesia. Kemajemukan ini tentu saja
terkait dengan norma dan aturan yang bertujuan untuk menjaga atau memelihara
keharmonisan hidup dalam hati nurani moral dan hukum