Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,

meskipun dengan berbagai macam istilah.Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai

civil education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai

democracy education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam

mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab, dan berkeadaban.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu

Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Perkembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi

terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa

Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka kelompok mata kuliah perkembangan

kepribadiantersebut wajib diberikan di semua fakultas dan jurusan di seluruh

perguruan tinggi di Indonesia.

B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan

pendidikan Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi

sebagai berikut.

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan

sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi,
guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadian sebagai manusia

seutuhnya.

Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah

sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban,

berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk

membantu mahasiswa menetapka kepribadiannya, agar secara konsisten mampu

mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknilogi dan seni

dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

C. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Setiap warga negara ditintut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi

negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan

masa depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai-nilai

kemanusiaan dan nilai-nilai budaya bangsa.

Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup

setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan

negara, serta pedidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-

nilai budaa serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan

adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,serta membentuk


nilai dan prilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa

Pancasila.

BAB II

FILSAFAT PANCASILA

A. Pengertian Filsafat

Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan

manusia. Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang

artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom.

Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah mengandung makna cinta

kebijaksanaan. Jadi manusia dalam kehidupan pasti memilih apa pandangan dalam

hidup yang dianggap paling benar, paling baik dan membawa kesejahteraan dalam

kehidupannya, dan pilihan manusia sebagai suatu pandangan dalam hidupnya itulah

yang disebut filsafat.

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Dasar filsafat negara pancaasila adalah merupakan satu kesatuan

yang bersifat majemuk tunggal. Pancasila sebagai suatu system filsafat akan

memberikan ciri-ciri yang khas, yang khusus yang tidak terdapat pada system filsafat

lainnya.
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila

Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian

tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila

dimukanya. Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam

hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis

piramidal.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sisitem Filsafat

1. Dasar ontologis sila-sila Pancasila

Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat

mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar

antropologis.

2. Dasar Epistemologis sila-sila pancasila

Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu

system pengetahuan. Dalam kehidupan sehariPancasila merupakan pedoman atau

dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,

masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi

mansa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan

E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung

makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta

kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

Kerakyatan dan Keadilan.


Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya

merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu

sumber dari hukum dasar, secara objektif merupakan suatu pandangan hidup,

kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana

kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah

dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan

ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Unsur-unsur yang merupakan materi Pancasila tidak lain diangkat dari

pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa

materialis Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan

dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar

negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.

G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila

Realisasi setiap sila atau derivasi setiap sila senantiasa, dalam hubungan yang

sistemik dengan sila-sila lainnya. Hal ini berdasarkan pada pengertian bahwa makna

sila-sila Pancasila senantiasa dalam hubungannya sebagai sistem filsafat. Sebagai suatu

dasar filsafat Negara maka sila sila pancasila merupakan suatu system nilai oleh karena

itu sila sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.

H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan

terutama dalam melaksanakan pembangunan dan pembaharuan maka harus

mendasarkan pada suatu kerangka pikir, sumber nilai serta arahan yang didasarkan

pada nilai-nilai Pancasila.

BAB III

IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional

Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus

tetap meletakkan jatidiri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa

Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Istilah identitas

nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang

secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini

bangsa Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui

dasar filosofi bangsa dan negara yaitu bhineka tunggal ika, yang terkandung dalam

filosofi Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus

berkeadaban serta kesadaran akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa dan

bernegara. Dengan kesadaran akan kebersamaan dan persatuan tersebut maka

insyaAllah bangsa Indonesia akan mampu mengukir identitas nasionalnya secara

dinamis di dunia internasional.

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia meliputi :


1. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis

2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan.

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya

bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat pancasila bukan muncul secara tiba-

tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase

historis yang cukup panjang. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut

dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia 9, sidang BPUPKI kedua,

serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik

Indonesia.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya

secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak zaman dahulu kala sebelum

mendirirkan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui proses

sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV, ke-V

kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke-VII,

yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang,

kemudian kerjaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan

lainnya.

Dasar-dasar pembentuka nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang

kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda

pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk

menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara

Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian diproklamasikan

sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

BAB IV

DEMOKRASI INDONESIA

A. Demokrasi dan Implementasi

Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan

dari telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasa. Pertama, hampir semua

negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental

sebagaimana telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang

mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di negara-negara

demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi

yang berbeda-beda (kendati sama-sama negara demokrasi). Kedua, demokrasi sebagai

asa kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk

menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu

berjalan dalam jalur yang berbeda-beda.

Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan,

demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti: pertama, sistem

presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua

kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintahan dipimpin oleh perdana


menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala

negara, sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presisden yang hanya

menjadi simbol kedaulatan dan persatuan; ketiga, sistem referendum yang meletakkan

pemerintahan sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen.

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi

Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, "demos" berarti

rakyat dan "kratos/kratein" berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti "rakyat

berkuasa" (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk istilah

demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat

dan untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi diberbagai negara di dunia,

memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya sangat dipengaruh oleh

ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu Negara

Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang

menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri

jalannya organisasi dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan

untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara

operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu sama.

C. Bentuk-bentuk Demokrasi

Formal demokrasi menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan.

Hal ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai Negara. Dalam
suatu Negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan system

presidensial atau sistem parlementer.

Sistem Presidensial: sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden

secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari

rakyat. Sistem Parlementer: Sistem ini menerpakan model hubungan yang menyatu

antara kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of government)

adalah berada di tangan seorang perdana menteri.

BAB V

NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Pengertian negara

Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara kekuasaan. Teori

Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari

filsuf lain separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau

(1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil

dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan

telah membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak

kemerdekaan.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para

sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki unsur-

unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi:

1. Wilayah

2. Rakyat

3. Pemerintahan
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung

dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I, II, III & IV.

B. Konstitusionalisme

Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara

efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok

konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara

mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya

dipahami berdasarkan pada:

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama

2. Kesepakatan tentang the rule of law

3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan

C. Konstitusi Indonesia

Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun

1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan

perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada

tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan disahkan pada tanggal

10 Agustus 2002.

Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan

hukum dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka Undang-Undang

Dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Undang-Undang Dasar

menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan

pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.


BAB VI

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian Rule of Law Dan Negara Hukum

Pengertian rule of law dan Negara hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan. Ada

sementara pakar mendeskripsikan bahwa pengertian Negara hukun dan rule of law itu

hamper dikatakan sama, namun terdapat pula sementara pakar menjelaskan bahwa

meskipin antara Negara hokum dan rule of law tidak dapat dipisahkan namun masing-

masing memiliki penekanan masing-masing. Menurut philipus m hadjon misalnya

bahwa Negara hokum yang menurut istilah bahasa belanda rechstaat lahir dari suatu

perjuangan menentang absolutism, yaitu dari kekuasaan raja yangb sewenang-wenang

untuk mewujudkan Negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang

undangan. Oleh karena itu dalam proses perkembangannya rechstaat itu lebih memiliki

ciri-ciri yang revolusioner.

Oleh karena itu menurut friedman, antara pengertian Negara hokum dan rule

of law saling mengisi, berdasarkan bentuknya sebenarnya rule of law kekuasaan politik

yang diatur secara legal, setiap organisasi hidup dalam amsyarakat termasuk Negara

berdasarkan rule of law pengertian rule of law berdasarkan substansinya atau isinya

sangat berkaitan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dalam suatu

Negara konsekuensinya setiap Negara akan mengatakan mendasarkan pada rule of law

dalam kehidupan bernegaranya, meskipun Negara itu otoriter. Atas dasar alas an ini

maka diakui bahwa sulit menentukan pengertian rule of law secara universal.
B. Prinsip-prinsip Rule of Law

Pengertian rule of law tidak bisa dipisahkan dengan pengertian Negara hokum

atau rechsstaat, meskipun demikian Negara yang mengnut system rule of law haris

memiliki prinsip prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan

merealisasikan rule of law itu sendiri,menurut dicey terdapat tiga unsur yang

funadamental (1) supremasi aturan-aturan hokum, tidak adanya kekuasaan sewenang-

wenang dalam arti seseorang harusnya boleh dihukum jikalau memang melanggar

hokum (2) kedudukan yang sama di muka hokum hal ini berlaku bagi masyarakat biasa

maupun pejabat Negara dan (3) terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang

serta keputusan-keputusan pengadilan.

Oleh karena itu terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep Negara

hokum berbeda, konsep Negara hokum dan rule of lawadalah suatu relitas dari cita cita

sebuah Negara bangsa termasuk Negara Indonesia

C. Hak asasi manusia

Hak asasi manusia sebagai gagasan paradigma serta kerangka konseptual tidak

lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam universal declaration of human right

10 desember 1948 namun melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban

manusia. Dari perspektif sejarah deklarasi yang ditanda tangani oleh majlis umum pbb

dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis formal dan merupakan titik kulminasi

perjuangan sebagian besar umat manusia di belahan dunia.

Pada zaman yunanu kuno plato telah memaklumkan kepada warga polisnya.

Bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya melaksanakan

hak dan kewajiba masing-masing

Anda mungkin juga menyukai