Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tio Fanny Elisabeth Hutasoit

NIM : 4213331021

Kelas : PSPK 21 E

UTS PANCASILA

1. Uraikanlah secara terperinci mengapa pendidikan Pancasila diajarkan pada tingkat pendidikan
tinggi.
Jawaban :
Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang mengacu kepada nilai-nilai luhur.
Hampir tidak ada keraguan lagi, mayoritas bangsa Indonesia ini berpendapat bahwa Pancasila sebagai
dasar negara sekaligus pandangan hidup masyarakat Indonesia yang tidak tergantikan. Pancasila yang
akomodatif terhadap agama tidak dapat tergantikan oleh ideologi sekulerisme yang tidak selalu
bersahabat dengan agama. Oleh karena itu, pemulihan kembali kesadaran kolektif bangsa tentang posisi
vital dan urgensi Pancasila dalam kehidupan negara bangsa Indonesia. Pancasila kembali menjadi
rujukan dan panduan dalam pengambilan berbagai kebijakan dan langkah, mulai dalam kehidupan
keagamaan, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi dan keadilan.
Mata kuliah pendidikan Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila, merupakan salah satu
komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK)
pada susunan kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia. Mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah
mata kuliah wajib untuk diambil oleh setiap mahasiswa pada perguruan tinggi untuk program
diploma/politeknik dan program sarjana. Pendidikan Pancasila dirancang dengan maksud untuk
memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang Pancasila sebagai filsafat/tata nilai bangsa, dasar
negara, dan ideologi nasional dengan segala implikasinya.
Pancasila mempunyai fungsi integratif yang menjamin kesatuan negara bangsa Indonesia yang
pluralistik. Tidaklah berlebihan jika Pancasila menjadi salah satu kekaguman dunia luar terhadap
Indonesia, karena memiliki fungsi menyatukan masyarakat dan wilayah nusantara yang begitu luas,
dengan berbagai latar belakang suku, budaya, bahasa, dan agama.
Sesuai dengan acuan strategi pembangunan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas), maka ditetapkan bahwa:
A. Kurikulum perguruan tinggi perlu dirancang berbasis kompetensi yang sejalan dan searah
dengan desain kurikulum bidang studi di perguruan tinggi,
B. Proses pembelajaran berpendekatan kepentingan mahasiswa yang bersifat mendidik dan
dialogis,
C. Profesionalisme dosen selaku pendidik perlu terus-menerus ditingkatkan.

Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi mencakup unsur filsafat Pancasila, dengan kompetensinya
bertujuan menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai
manusia intelektual. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung


jawab sesuai dengan hati nuraninya.
b. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan, serta cara-cara pemecahannya.
c. Mengantarkan mahasiswa mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-
nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/chrome%20download/10-
File%20Utama%20Naskah-19-1-10-20150706.pdf
2. Uraikan secara komprehensif mengapa Pancasila menjadi dasar negara! dan bagaimana praktiknya
dalam kehidupan bernegara?
Jawaban :

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari


nilai-nilai budaya milik bangsa sendiri yang diyakini kebenarannya. Pancasila digali dari budaya
bangsa yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karena itu,
Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa.
Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan,
dan agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup
mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia, yaitu sebagai nilai-nilai yang
mendasari segala aspek kehidupan bermasyarakat rakyat Indonesia. Pancasila terdiri dari lima
sendi utama, yaitu: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3)
Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan perwakilan; dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 ini resmi ditetapkan sebagai dasar Negara
Indonesia dan masih terus digunakan hingga saat ini. Penerapannya berbeda sesuai dengan masa
yang ada. Di setiap masa, Pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan
Pancasila itu sendiri. Dalam masa-masa tersebut, terdapat banyak hal yang belum relevan dalam
penerapan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Banyak penyimpangan
yang terjadi.
Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan
dan kepribadian bangsa Indonesia. Kenyataannya, Pancasila hanya dijadikan sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan dengan diangkatnya presiden dengan masa jabatan seumur hidup.
Pada masa Orde Baru, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soeharto, bangsa Indonesia
kembali menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara.
Kenyataannya, Pancasila lagi-lagi hanya dijadikan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan
otoriter Presiden Soeharto yang berkuasa selama lebih kurang 32 tahun.
Era Reformasi yang diharapkan sebagai era pembaruan memberikan angin segar bagi
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia diharapkan kembali mengamalkan nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, faktanya justru pada Era
Reformasi ini bangsa Indonesia dirasakan semakin jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila. Rakyat
Indonesia mengalami degradasi moral dan cenderung liberalis karena pengaruh globalisasi.
Tindak pidana korupsi dilakukan secara terang-terangan seolah-olah telah membudaya di
Indonesia.
3. Uraikan secara komprehensif mengapa Pancasila menjadi ideologi negara! dan bagaimana
praktiknya dalam kehidupan bernegara?
Jawaban:
pengertian negara hukum di Indonesia dengan negara hukum pada negara lain (negara barat)
disebabkan oleh perbedaan ideologi, sosial, budaya dengan negara lain (negara barat).
Tentu saja faktor – faktor tersebut memberikan warna tersendiri bagi bangsa indonesia. Konsep negara
hukum barat, baik rechtsstaat maupun rule of law lahir dikarenakan adanya pergulatan sosial yang
menentang adanya absolutisme yang dilakukan oleh para raja pada waktu itu. Sedangkan Negara
Hukum Indonesia lahir bukan karena adanya pergulatan sosial melawan absolutism sebagaimana yang
terjadi di negara rechtsstaat maupun rule of law.
Negara hukum Indonesia lahir dengan semangat yang berbeda, bukan semangat untuk menentang
absolutisme para raja, melainkan karena adanya dorongan dari seluruh elemen bangsa Indonesia untuk
merdeka dari penjajahan kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda. Berbeda dengan Negara Hukum
yang lain baik rechtsstaat maupun rule of law, Negara Hukum Indonesia adalah suatu Negara Hukum
yang memegang teguh nilai nilai Pancasila. Jadi Indonesia bisa dikatakan sebagai Negara Hukum
Pancasila.
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/chrome%20download/2774-7910-1-PB.pdf

4. Uraikan secara bagaimana Pancasila sebagai sistem filsafat!


Uraikan dimensi ontologi, epistemologi, dan aksiologi serta bagaimana Pancasila sebagai genetivus
objectivus dan genetivus subjectivus?
Jawaban :
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari
landasan filosofisnya berdasarkan sistemsistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi
berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-
undangan, tetapi juga nilainilai Pancasila harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan
dasar bagi pembangunan nasional.
Sastrapratedja mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Soerjanto mengatakan bahwa fungsi Pancasila
untuk memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapinya.
b. Landasan ontologis filsafat pancasila Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin ilmuilmu yang membahas
sesuatu secara khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada,
yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga dengan istilah substansi. Inti persoalan
ontologi adalah menganalisis tentang substansi. Bakker mengaitkan dimensi ontologi ke dalam Pancasila
dalam uraian berikut.
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), yang secara universal berlaku pula
bagi substansi infrahuman, manusia, dan Tuhan. Kelima sila Pancasila menurut Bakker menunjukkan dan
mengandaikan kemandirian masing-masing, tetapi dengan menekankan kesatuannya yang mendasar
dan keterikatan dalam relasi-relasi. Dalam kebersamaan itu, sila-sila Pancasila merupakan suatu hirarki
teratur yang berhubungan satu sama lain, khususnya pada Tuhan. Stephen W. Littlejohn dan Karen A
Foss dalam Theories of Human Communication menegaskan bahwa ontologi merupakan sebuah filosofi
yang berhadapan dengan sifat makhluk hidup.
Littlejohn dan Fossterkait mengemukakan bahwa, masalah ontologis ini dapat diterapkan ke dalam
Pancasila sebagai sistem filsafat. Pertama, determinisme menyatakan bahwa perilaku manusia
disebabkan oleh banyak kondisi sebelumnya sehingga manusia pada dasarnya bersifat reaktif dan pasif.
Pancasila sebagai sistem filsafat lahir sebagai reaksi atas penjajahan yang melanggar Hak Asasi Manusia,
sebagaimana amanat yang tercantum dalam alinea I Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, ”Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan”.
Kedua, pragmatisme menyatakan bahwa manusia merencanakan perilakunya untuk mencapai tujuan
masa depan sehingga manusia merupakan makhluk yang aktif dan dapat mengambil keputusan yang
memengaruhi nasib mereka. Sifat aktif yang memunculkan semangat perjuangan untuk membebaskan
diri dari belenggu penjajahan termuat dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur”.Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan nilai-nilai sila
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia.
c. Landasan epistemologis filsafat pancasila Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang
membahas tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan.
Epistemologi terkait dengan sesuatu yang paling sederhana dan paling mendasar.
Littlejohn and Foss menyatakan bahwa epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari
pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau apa-apa yang
mereka ketahui..
Pancasila secara epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa digali
dari pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang d. Landasan
aksiologis pancasila Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila
kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat mengandung nilai demokrasi,
musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong
royong.
file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/chrome%20download/FILSAFAT%20PANCASILA%20SEBAG
AI%20GENETIVUS%20OBJECTIVUS%20DAN%20GENETIVUS%20SUBJECTIVUS.pdf
5. Uraikan secara komprehensif bagaimana bentuk implementasi Pancasila sebagai sistem etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara!
Jawab:
Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai moral yang hidup agar
tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya korupsi terjadi karena pejabat diberi
hadiah oleh seorang yang membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah tanpa
memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu kalua perbuatannya
dikategorikan dalam bentuk suap. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai
sistem etika meliputi:
1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan serta keputusan yang
akan diambil setiap warga negara.
2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi yang jelas dalam
pergaulan regional, nasional dan internasional
3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara sehingga mencerminkan
semangat kenegaraan berjiwa Pancasila
4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai bidag kehidupan
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1844390017/03TUGAS1_PANCASILA_RETNO%20INDRI
ANI_1844390017.pdf

Anda mungkin juga menyukai