Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AHMAD MASKUR SYAFI’I

NIM : 2100028052
KELAS BSA B

PANCASILA, URGENSI DAN PENGAMALANNYA DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA

LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya
setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat. Siapa saja yang melangggar
harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia.
Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan
pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai
sifat mengikat, yaitu setiap manusia indonesia terikat dengan cita-cita yang
terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupannya,
sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di
Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar
negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik
Indonesia disebut sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.
Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang meruapakn cita-cita bangsa,
Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang mewujudkan kenyataan dalam
penyelenggaraan hidup kenegaraan kebangsaan dan kemasyarakatan.
Bila terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, kita harus
kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau
untuk meluruskan kembali.
PEMBAHASAN

Pancasila adalah Weltanschauung artinya satu dasar falsafah dan juga satu alat
pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan segala macam
penjajahan terutama imperialisme. Mengapa Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat?
Ada beberapa alasan yang dapat ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama; dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan
nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai
berikut: “Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki!
Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh
memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu
Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno,
1985: 7).
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan
itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain
itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah
memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi:
(1). sistem filsafat harus bersifat koheren
artinya berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang
saling bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya
tidak saling bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap
bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri;
(2). sistem filsafat harus bersifat menyeluruh
artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia.
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat
mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia;
(3). sistem filsafat harus bersifat mendasar
artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak
permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebagai
sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia
menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara;
(4). sistem filsafat bersifat spekulatif
artinya buah pikir hasil perenungan sebagai titik awal yang menjadi pola dasar
berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila
sebagai dasar negara pada permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh
kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui
suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI (Bakry,
1994: 13--15).
Memahami urgensi pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, bisa menggunakan dua
pendekatan yaitu, pendekatan institusional dan pendekatan sumber daya manusia.
Pendekatan institusional adalah pendekatan yang membentuk negara berdasarkan
pada nilai-nilai pancasila sehingga negara Indonesia dapat mewujudkan tujuan negara
atau terpenuhinya kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya manusia yaitu orang-orang yang menjalankan
pemerintahan dengan cara melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsekuen di dalam mengemban tugas dan bertanggung jawab. Sehingga kebijakan
negara akan menghasilkan kebijakan yang mengedepankan kepentingan rakyat.
Urgensi Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:
Ideologi Sebagai Penuntun Warga Negara
Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral.
Contohnya, kasus narkoba yang merebak di kalangan generasi muda menunjukkan
bahwa preskripsi moral ideologis belum disadari kehadirannya. Oleh karena itu,
diperlukan norma-norma penuntun yang lebih jelas, baik dalam bentuk persuasif,
imbauan maupun penjabaran nilai-nilai Pancasila ke dalam produk hukum yang
memberikan rambu yang jelas dan hukuman yang setimpal bagi pelanggarnya.
Ideologi Sebagai Penolakan Terhadap Nilai-nilai yang Tidak Sesuai dengan
Pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara pernah mengalami berbagai guncangan dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ada pihak-pihak tertentu yang ingin menggeser
Pancasila dengan mengganti ideologi negara. Sebagai contoh adalah kasus terorisme
yang terjadi dalam bentuk pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini
bertentangan nilai toleransi berkeyakinan, hak-hak asasi manusia, dan semangat
persatuan.
Dalam perspektif mahasiswa, Pancasila memiliki urgensi yaitu agar mahasiswa tidak
tercerabut dari akar budayanya sendiri dan memiliki pedoman atau kaidah penuntun
dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-
nilai Pancasila.
Adapun bentuk pengamalan nilai Pancasila di kalangan mahasiswa salah satunya
mewariskan kembali nilai Pancasila agar kelak generasi penerus tidak lambat dalam
penanaman nilai Pancasila tersebut. Bentuk Pengamalan lainnya adalah turun ke
lapangan guna penanaman nilai Pancasila. Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk
mampu mengontrol keadaan negara, bukan hanya sekadar mengkritik, namun memberi
kontribusi nyata untuk perubahan yang lebih baik.
Siapapun jika sudah memahami Pancasila, maka akan mampu berjuang untuk
mewujudkan amanah keindonesiaan dan mengabdi untuk kemakmuran, serta keadilan
rakyat Indonesia sesuai amanat tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-
4.
Kesatuan dan Pancasila tidak dapat dipisahkan. mahasiswa harus berani mengambil
tanggung jawab besar, memiliki wawasan yang luas mengenai kebangsaan yang
berlandaskan Pancasila. Namun, hal tersebut harus dengan melakukan pembekalan
yang dapat membantu dalam meningkatkan mutu mahasiswa.
Nilai Pancasila tidak hanya sekadar pengetahuan belaka, namun mahasiswa perlu
menanamkan dan mewarisi nilai Pancasila. Sebab, estafet kesatuan negara ada di
tangan mahasiswa sebagai generasi unggul dan tumpuan bangsa

PENUTUP
Dalam perspektif mahasiswa, Pancasila memiliki urgensi yaitu agar mahasiswa tidak
tercerabut dari akar budayanya sendiri dan memiliki pedoman atau kaidah penuntun
dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-
nilai Pancasila.
Adapun bentuk pengamalan nilai Pancasila di kalangan mahasiswa salah satunya
mewariskan kembali nilai Pancasila agar kelak generasi penerus tidak lambat dalam
penanaman nilai Pancasila tersebut. Bentuk Pengamalan lainnya adalah turun ke
lapangan guna penanaman nilai Pancasila. Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk
mampu mengontrol keadaan negara, bukan hanya sekadar mengkritik, namun memberi
kontribusi nyata untuk perubahan yang lebih baik.
Siapapun jika sudah memahami Pancasila, maka akan mampu berjuang untuk
mewujudkan amanah keindonesiaan dan mengabdi untuk kemakmuran, serta keadilan
rakyat Indonesia sesuai amanat tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-
4.
Kesatuan dan Pancasila tidak dapat dipisahkan. mahasiswa harus berani mengambil
tanggung jawab besar, memiliki wawasan yang luas mengenai kebangsaan yang
berlandaskan Pancasila. Namun, hal tersebut harus dengan melakukan pembekalan
yang dapat membantu dalam meningkatkan mutu mahasiswa.
Nilai Pancasila tidak hanya sekadar pengetahuan belaka, namun mahasiswa perlu
menanamkan dan mewarisi nilai Pancasila. Sebab, estafet kesatuan negara ada di
tangan mahasiswa sebagai generasi unggul dan tumpuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
http://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/index.php/2020/09/18/urgensi-penanaman-nilai-
pancasila-bagi-mahasiswa/
http://nurlaili-laksmi-w-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75329-Semester%20II-
Esensi%20Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html
http://lukmanprayogi20.blogspot.co.id/2015/05/esensi-nilai-nilai-pancasila.html
https://tirto.id/hakikat-dimensi-urgensi-isi-pancasila-sebagai-ideologi-negara-gidP

Anda mungkin juga menyukai