BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebudayaan dan sejarah masyarakat Indonesia yang telah ada jauh sebelum
bangsa Indonesia merdeka. Para pendiri bangsa berhasil menggali nilai-nilai luhur
PKI masa itu dapat menjadi acuan bagaimana Pancasila tetap berdiri, hal ini
membuktikan Pancasila memang bukan hanya ideologi yang muncul secara tiba-
tiba, namun merupakan nilai-nilai yang telah melekat dalam diri bangsa
Indonesia.
tercermin dalam sila-sila Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat
Tuhan pada kedudukan yang paling tinggi dan hal ini bukanlah suatu nilai yang
tiba-tiba muncul. Seperti yang kita ketahui Indonesia secara sejarah merupakan
masyarakat yang telah mengenal ajaran Tuhan, ini terlihat dimana berbagai agama
1
2
dirumuskan.
Nilai- nilai pancasila menjadi sumber segala aturan baik aturan yang bersifat
Pasal 3 menyebutkan:
usaha serta dukungan dari segala aspek baik secara materi maupun fisikal.
terkikis oleh arus globalisasi yang secara langsung maupun tidak langsung
Pancasila.
berlakunya lagi TAP MPR No. II/MPR/1978 dengan dikeluarkanya TAP MPR
negara Indonesia didirikan melalui sidang BPUPKI yang dihadiri dari berbagai
pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila artinya lima dasar atau lima asas
yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila
telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad 17 yang terdapat dalam buku
Dalam buku Sutasoma ini, Pancasila selain mempunyai arti “berbatu sendi yang
kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai 1) tidak boleh melakukan
kekerasan; 2) tidak boleh mencuri; 3) tidak boleh berjiwa dengki; 4) tidak boleh
(Surip, Syarbaini, & Rahman, 2015, hal. 1820). Menurut Latif (2015) angka
“lima” bukan hanya sebagai simbolis, angka lima merupakan integritas dari
keyakinan bangsa Indonesia. Dilihat dari segi agama, misalnya, rukun Islam ada
lima, salat wajib ada lima (magrib, isya, subuh, zuhur, dan asar) yang dikerjakan
sehari semalam. Tokoh pandawa juga lima. Bukan hanya itu, angka lima memang
maka nilai-nilai kehidupan dalam berbangsa dan bernegara sejak saat itu haruslah
berkembang pesat dan besar. Perkembangannya pun tidak hanya pada tekstual,
siswa atau santri lebih maju, bukan hanya ahli di bidang agama, namun tentang
pondok pesantren.
(keterampilan) dan bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap santri. Santri
B. Rumusan Masalah
Toraja ?
C. Tujuan Penelitian
ini yaitu :
D. Manfaat Penelitian
pondok pesantren
rujukan bagi peneliti lain terhadap objek penelitian yang sama. Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Implementasi
format politik orde baru banyak menuai kritik dan protes terhadap
7
8
bernegara bukan hanya bersal dari faktor domestik, tetapi juga dunia
kepribadian bangsa.
2. Nilai-nilai Pancasila
a. Pengertian Nilai
hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek,
bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada
b. Nilai-nilai Pancasila
1) Nilai Ketuhanan
2) Nilai Kemanusiaan
3) Nilai persatuan
4) Nilai Kerakyatan
5) Nilai Keadilan
tercapainya keadilan.
Menurut Moerdiono (dalam Mulyono: 2-3) terdapat tiga tataran nilai dalam
ideologi Pancasila yaitu dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Ketiga nilai
1) Nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang
yang bersifat amat abstrak bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu
eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri
khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai
cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat
arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu.
Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan
zaman. Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang
3) Nilai praksis, yaitu nilai yang terdapat dalam kenyataan sehari-hari, berupa
Pancasila, baik secara tertertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang
Pancasila sebagai nilai yang termasuk nilai moral atau nilai kerohanian
juga mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Hal ini bersumber dari dasar
Pancasila, yaitu manusia yang mempunyai susuna kodrat, sebagai makhluk yang
tersusun atas jiwa (rohani) dan raga (materi). Disamping itu Pancasila sebagai
sistem nilai juga mengakui nilai-nilainya secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai
kebenaran (epistimologis), estetis, etis, maupun nilai religius. Oleh karena itu
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat lengkap, karena terdiri dari
nilai-nilai di atas.
3. Pola Pembinaan
yang baik. Menurut Arifin pembinaan yaitu usaha manusia secara sadar
anak-anak pasti sangat diperlukan sejak dini guna memberikan arah dan
Faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
pembinaan merupakan cara atau teknik yang dipakai oleh lembaga atau
mengalami penyimpangan.
orang tua, cara orang tua menjalankan peranan yang penting bagi
yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan
dengan ciri-ciri sikap orang tua yang kaku dan keras dalam menerapkan
timbullah berbagai sikap orang tua yang mendidik menurut apa yang
dan sikap acuh tak acuh, sikap ini dapat menimbulkan ketegangan dan
asuh otoritatif atau demokrasi, pada pola asuh ini orang tua yang
bahwa pola asuh orang tua yang permisif, tidak dapat menanamkan
16
perilaku moral yang sesuai dengan standar sosial pada anak. Karena orang
macam bentuk perilaku moral pada anak. Oleh karena itu orang tua harus
memahami dan mengetahui pola asuh mana yang paling baik dia terapkan
Dalam pola pembinaan ini anak diberi kebebasan yang penuh dan
serta bebas apa yang diinginkan. Pola asuh permisif dikatakan pola asuh
tanpa disiplin sama sekali. Orang tua enggan bersikap terbuka terhadap
anak diijinkan membuat keputusan sendiri tentang langkah apa yang akan
kepada anak tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak. Dalam pola asuh
permisif hampir tidak ada komunikasi antara anak dengan orang tua serta
salah satu teknik atau cara mendidik dan membimbing anak, di mana
orang tua atau pendidik bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat
sama. Pola ini lebih memusatkan perhatian pada aspek pendidikan dari
pada aspek hukuman, orang tua atau pendidik memberikan peraturan yang
yang diberikan orang tua tidak bersifat mutlak akan tetapi adanya kontrol
4. Santri
agama Islam dengan pergi ke tempat yang jauh seperti pesantren. Santri
juga bisa diartikan anak didik yakni orang yang mempunyai hak untuk
bahwa istilah santri berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India
berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri
berasal dari shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau
bahwa santri adalah anak didik yang tinggal di suatu asrama yang
a. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari tempat yang jauh
b. Santri kalong yaitu para siswa yang berasal dari desa-desa di sekitar
5. Pondok Pesantren
penelitiannya.
istilah mengenai pesantren telah banyak dikemukakan oleh para ahli baik
digali dari asal-usul kata pesantren itu sendiri. Secara umum, pesantren
diartikan sebagai tempat tinggal para santri. Oleh karena itu, perkataan
diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa
Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga
dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C
20
Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang
dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu
atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga
dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata
dinyatakan bahwa:
sebagai suatu lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas: yang
mental-spiritual.
pembangunan masyarakat.
Ada tiga elemen yang mampu membentuk pondok pesantren sebagai sebuah
subkultur yaitu:
oleh negara.
masyarakat luas.
dibangun dalam rangkaian sejarah telah melahirkan sejumlah jiwa pesantren yang
meniscayakan standarisasi nilai. Jiwa yang dibangun itu secara keseluruhan akan
1. Jiwa keikhlasan.
4. Jiwa kemandirian.
5. Jiwa bebas dalam memilih alternatif jalan hidup dan menentukan masa
kecamatan Mengkendek kabupaten Tana Toraja didirikan pada tahun 1990 di area
seluas ±1000 m2. Ide dasa pembangunan Islamic Centre ini adalah sebagai pusat
kegiatan umat islam Tana Toraja, yang meliputi bidang pendidikan, bidang
komitmen, kerja keras dan kebersamaan ummat islam Tana Toraja, pondok
pesantren ini masih eksis dan terus berupaya berbenah diri meningkatkan kualitas
Kejuruan (SMK).
24
B. Kerangka Pikir
Indonesia adalah terbentuk dari berbagai macam suku bangsa dan beraneka
karakter bangsa berdasarkan nilai budaya yang ada di mana mereka berada.
nilai-nilai Pancasila yang telah dimiliki sejak jaman nenek moyang. Nilai-
nilai yang telah tertanam dalam jiwa, hati dan sanubari bangsa Indonesia
Toraja menjadi suatu hal yang penting bagi perkembangan pembinaan santri
merubah sesuatu menjadi lebih baik. Pola pembinaan yang dilakukan dalam
25
terhadap santri
ciri khas tersendiri dalam rangka membina para santri, yaitu dengan selalu
mengontrol dan terus membina dengan baik sehingga para santri tumbuh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
(Moleong, 2007:6).
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara penliti dan
responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
27
28
informan pada penelitian ini berjumlah empat orang terdiri dari dua pembina
putra dan dua pembina putri. Santri juga merupakan subjek penelitian karena
yang dijadikan sampel berjumlah dua puluh empat orang. Santri yang
dijadikan sampel terdiri dari santri putra dan putri tingkat SMP, MA dan
SMK. Santri yang dijadikan sampel terdiri dari empat putra dan empat putri
Pesantren/Mudir.
Tana Toraja.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau oleh pihak lain atau bisa dikatakan sumber
snowball sampling (sampel bergulir) yang merupakan salah satu bentuk dari
kunci).
objek yang sedang diteliti. Dalam hal ini adalah pembina pondok
D. Instrumen Penelitian
merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk foto
narasumber.
a. Pedoman wawancara
b. Lembar observasi
c. Kuisioner (angket)
d. Dokumentasi
33
terlampir).
utama dalam penelitian, disebabkan tujuan utama dari penelitian ini adalah
maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Kuisioner/angket
4. Dokumentasi
ada. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data dan informasi yang
penelitian.
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
Deskriptif persentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
c. Penyajian Data, yaitu data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Labovitz S & Hegedorn R. 1981. Metode Riset Sosial. Jakarta Pusat: Erlangga
Sutrisno Hadi, Metodologi Rasearch, Jilid II, Andi Offset, Yogyakarta, 2001, hal.
136