Secara objektif ilmiah artinya Pancasila dasar negara adalah suatu nilai kerokhanian.
Objektif artinya Pancasila bukan milik subjektertentu, tapi milik semua manusia, semua
rakyat, dan bangsa Indonesia.Ilmiah berarti dinalar melalui akal sehat atau logika.Artinya
ajaran Pancasila bukan hanya doktrin belaka yang harus diterima, akan tetapi dirasa
kehadirannya secara logis.
Untuk memahami dan memperoleh pengetahuan tentang Pancasila yang baik dan
benar sebagaimana dimaksud di atas, maka dibutuhkan upaya yakni salah satunya melalui
Pendidikan Pancasila. Melalui endidikan Pancasila mahasiswa dapat mengembangkan
potensi dirinya, berfikir rasional serta peduli dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan
negara berdasarkan nilai-nilai Pancasila serta diupayakan dapat mengaktulisasikan nilai
tersebut dalam berbagai macam kehidupan, baik pada saat menjadi mahasiswa maupun
setelah menyelesaikan studi dan mengabdikan diri di tengah-tengah masyarakat nantinya.
Selain itu Nilai-nilai Pancasila harus dijadikan sebagai dasar dalam diri sanubari
bangsa Indonesia.Pancasila sebagai dasar pendidikan nasional tidak hanya dijadikansebagai
idealisme pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, akan tetapi lebih jauh
dijadikan sebagai misi suci Pendidikan nasional Indonesia.Karena itu, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila harus diajarkan melalui proses belajar pada setiap peserta didik
sejak dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi Proses belajar yang dimaksud adalah
yang mampu memberi pemahaman tentang Pancasila,serta mampu berkomitmen membangun
tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia sesuai dengan nilai-
nilainya.
Antara sila-sila pancasia itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila yaitu pemikiran tentang
manusia berhubungan dengan tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Terdapat empat dasar pemikiran yang ada di Pendidikan Pancasila yaitu landasan
historis, landasan kultural, landasan yuridis, dan landasan filosofis.
Landasan Historis
Fakta-fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan Pancasila, baik
menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materi, rancangan model pembelajaran, dan
evaluasinya.
Landasan Kultural
Landasan Yuridis
Landasan Filosofis
FILSAFAT
Pengetahuan yang bersifat mendasar dan umum menyangkut masalah-masalah hakiki
1. ILMU AGAMA
Pengetahuan manusia yang didasarkan pada sumber utama berupa kitab
2. TEKNOLOGI
Pengetahuan yang awalnya ditujukan untuk mempermudah manusia dalam
3. SENI
Pengetahuan dan ekspresi rasa keindahan manusia sebagai makhluk estetis.
4. PACASILA
Pengetahuan reflektif bukan spontan.
1. VERBALIS
Melalui aspek rangkaian kata-kata yang diucapkan ( misal : Pidato, upacara dsb )
2. KONOTATIF
Melalui ratio.( Pancasila dipahami, ditafsirkan dan dimaknai berdasarkan metode
ilmiah ).
3. DENOTATIF
Melalui fakta, realita yang menunjukkan adanya perwujudan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan
Teori Kebenaran :
1. Teori kebenaran koherensi
2. Teori kebenaran korespondensi
3. Teori kebenaran pragmatisme
4. Teori kebenaran consensus
Kebenaran koherensi : ditandai dengan pernyataan yang satu dengan yang lain saling
berkaitan, konsisten dan runtut serta tidak saling bertentangan.
Kebenaran korespondensi : ditandai adanya kesesuaian antara pernyataan dengan
kenyataan
Kebenaran pragmatis : berdasarkan kreteria bahwa pernyataan – pernyataan yang
dibuat harus membawa manfaat bagi sebagian besar umat manusia.
Kebenaran konsesnsus : didasarkan pada kesepakatan bersama.
Pancasila merupakan consensus filsafat yang akan melandasi dan memberikan arah bagi
sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.
Selain dasar pemikiran Pendidikan Pancasila kita juga mempelajari tentang Urgensi
Pendidikan Pancasila.Urgensi adalah sesuatu hal yang sangay penting dan membutuhkan
perhatian segera. Contoh penggunaan kata urgensi adalah, “menignkatkan disiplin dalam
menggunakan bahasa Indonesia jelas sekali urgensinya.
Selain itu, agar calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa tidak mudah
terpengaruh oleh pemahaman asing yang dapat mendorong untuk tidak dijalankannya nilai-
nilai Pancasila.
Hal tersebut ditujukan untuk melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti
pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-
lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik,
lembaga-lembaga bisnis, dan profesi lainnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
Jadi, pendidikan Pancasila adalah untuk membangun generasi bangsa yang cerdas dan
berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan agar mahasiswa mampu berpartisipasi
dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan
damai.