Anda di halaman 1dari 17

HO-3

“SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA”

(Drs. A. Khuldun Munji, MA)


HP. 0813112 75761

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PENCASILA
SMT. GASAL – TA: 2020-2021
LANDASAN THEORI,
METODOLOGI, DAN
PEMBAHASAN ILMIAH
TENTANG PANCASILA
MENURUT KAELAN (2004)
ADA EMPAT LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidupnya
sendiri yang diambil dari nilai-nilai yang hidup dan
berkembang dalam bangsa itu sendiri;
Secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan
menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif-historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian
1. Landasan
nilai-nilai Pancasila tidak lain bersumber dari aspirasi
Historis.
bangsa Indonesia;
Atas dasar itulah, maka sangat penting bagi generasi
penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus
(mahasiswa) untuk mengkaji, memahami dan
mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang
pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta
wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai
yang dimilikinya sendiri.
LANJUTAN
Bahwa bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup
adalah bangsa yang tidak memiliki kepribadian, dan jati
diri sehingga bangsa, dan akan mudah terombang-
ambing dari pengaruh yang datang dari luar negeri;
Kepribadian yang lahir dari dalam diri-sendiri akan lebih
mudah menyaring masuknya nilai-nilai yang datang dari
luar. Sebaliknya, apabila bangsa itu menerima
kepribadian dari bangsa luar, yang belum teruji
2. Landasan kebenarannya , akan dapat menghilangkan jati dirinya;
Kultural.
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya
dalam bermasyarakat, berbangsa/bernegara pada asas
kultural yang sudah melekat pada warga/bangsanya;
Nilai-nilai kenegaraan/kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual
seseorang saja, melainkan hasil karya besar bangsa
Indonesia, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki melalui proses refleksi filosofis pendiri Negara.
LANJUTAN
Undang-Undang No.2 Th. 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 39; bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan, wajib memuat Pend-Pancasila, Pend-Agama
dan Pend- Kwrganegaraan;
Undang-Undang tersebut, diperbaharui dengan UU No.20 Th.
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada prinsipnya
sama bahwa isi kurikulum wajib;
PP No.60 Th 1999 tentang Pendidikan Tinggi, SK Dikti
No.467/Dikti/Kep/1999, dan SK Mendiknas No. 232/U/200
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
3. Landasan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat (1) – Isi intinya
Yuridis. sama (menguatkan);
SK No.38/Dikti/Kep/2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
“Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Pada pasal 3” (Pend
Pancasila, Pend Agama, Pend.KWN, Pend.ISBD, dan Pend. IKD);
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1
ayat 2; bahwa Sisdiknas, berdasarkan Pancasila;
Undang-Undang Perguruan Tinggi No. 12 tahun 2012 Pasal 35
ayat 3 secara eksplisit dicantumkan bahwa kurikulum Pendidikan
Tinggi wajib memuat Mata Kuliah Pend-Agama, Pend-Pancasila,
Pend-Kewarganegaraan & Bahasa Indonesia.
LANJUTAN
Secara filosofis dan obyektif, nilai-nilai yang tertuang
dalam sila-sila Pancasila merupakan filosofi bangsa
Indonesia sebelum berdiri menjadi suatu Negara;
Sebelum berdiri Negara Indonesia, bangsa Indonesia
adalah bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, dan selalu berusaha mempertahankan
persatuan seluruh rakyat untuk mewujudkan keadilan;

4. Landasan Adalah merupakan kewajiban moral untuk merealisasikan


Filosofis. nilai-nilai tersebut dalam segala bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara;
Konsekuensi-logis sebagi warga negara dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara, harus bersumber pada
nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Oleh sebab itu dalam
proses reformasi merupakan suatu keharusan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial
budaya, maupun pertahanan dan keamanan.
METODOLOGI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN PANCASILA.
Menurut Syahrial Syarbaini (2003, hal. 16) meliputi;

1. Pendekatan: menempatkan mahasiswa sebagai subyek


pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai
umat, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara;
2. Metode proses pembelajaran: pembahasan secara kritis,
analitis, induktif, deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif
yang bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran
substansi dasar kajian;
3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap
muka, ceramah, dialog (diskusi) interaktif, studi kasus,
penugasan mandiri, seminar kelas, dan evaluasi belajar;
4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa proses belajar
mengembangkan kepribadian merupakan kebutuhan hidup.
PEMBAHASAN PANCASILA
SECARA ILMIAH.
Menurut IR Poedjawijatna dalam Bukunya; Tahu dan
Pengetahuan Merinci Ada Empat Syarat-syarat Ilmiah;
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, baik obyek
formal maupun obyek material;
Obyek formal adalah sudut pandangan yang dutujukan pada
bahan dari penelitian. Atau sudut dari mana obyek material
itu disorot;
Obyek formal Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu
dalam pembahasan Pancasila, atau dari sudut pandang apa
1. Berobyek. Pancasila itu dibahas; (Misal yang dibahas moral, maka
menjadi “moral Pancasila”, Ekonomi menjadi “Ekonomi
Pancasila” dst;
Obyek material yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan
penelitian;
Obyek material Pancasila adalah suatu obyek yang merupa-
kan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang
bersifat empiris maupun non-empiris.
LANJUTAN

Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metoda,


yaitu; seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam
rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan
suatu kebenaran yang obyektif. Metoda dalam
pembahasan Pancasila sangat tergantung pada
karakteristik obyek formal maupun obyek material
Pancasila;
2.Bermetoda. Metode dalam pembahasan Pancasila dapat menggu-
nakan antara lain;
 Analitico syntetic yaitu suatu perpaduan metode
analisis dan sistesis;
 Metode hermeneutika, yaitu suatu metode untuk
menemukan makna di balik obyek;
 Metode ‘koherensi historis’;
 Metode ‘pemahaman, penafsiran dan interpretasi’.
LANJUTAN
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat
dan utuh. Bagian-bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus
merupakan suatu kesatuan, antara bagian-bagian itu saling
berhubungan, baik berupa hubungan interelasi, maupun
interdependensi;
3.Bersistem. Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu
kesatuan dan keutuhan, bahkan Pancasila itu sendiri dalam
dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan
‘majemuk tunggal yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti dan
isi dari sila-sila Pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan
dan kebulatan;
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat
universal; Kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang,
keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah tertentu; Dalam
4.Universal. kaitannya dengan kajian Pancasila, hakikat ontologis nilai-
nilai Pancasila adalah bersifat universal, atau essensi atau
makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada
hakikatnya adalah bersifat universal. (Kaelan, 2004; 16-17)
PANCASILA
DALAM
LINTASAN
SEJARAH BANGSA
KEMAMPUAN AKHIR
YANG DIHARAPKAN:

• Mahasiswa mampu memahami dan


menganalisis dinamika Pancasila secara
historis;
• Mahasiswa mampu mempresentasikan
dinamika Pancasila secara historis;
• Mahasiswa mampu merefleksikan fungsi dan
kedudukan penting Pancasila dalam
perkembangan Indonesia mendatang.
PENDAHUL
UAN
1. Kemerosotan Pancasila dari segi penghayatan nilai-nilai dan
wibawanya sebagai dasar, dan ideologi negara, kerap ditimpakan
biang keladinya pada “absen”nya mata-ajar Pendidikan Pancasila;
2. Banyak warga Indonesia tidak lagi hafal Pancasila yang isinya hanya
lima itu, apalagi memahami sejarah dan makna filosofis yang
terkandung di dalamnya;
3. Survei Saiful Muzani Research Center (SMRC) pada pertengahan 2017
menunjukkan fakta bahwa ada 9,3 persen warga Indonesia yg ingin
mengganti Pancasila dan tidak lagi menganggap Pancasila relevan;
4. Secara faktual, sungguh sangat memprihatinkan (point 1 – 3); karena
Pancasila dalam lintasan sejarah bangsa, sejatinya memiliki peran
strategis sebagai pengikat bangsa Indonesia yang demikian besar dan
majemuk.
5. Oleh karena itu, akan diuraikan proses panjang sejarah terciptanya
Pancasila yang dirumuskan melalui pergumulan ide, gagasan, dan
argumentasi panjang dan rumit dari para tokoh pendiri bangsa kita
(yang memiliki latar belakang beragam); Sekaligus akan diuraikan
perkembangan Pancasila dari masa ke masa hingga era Reformasi
saat ini (1998 - sekarang).
NILAI-NILAI AWAL PANCASILA

* Pancasila bukanlah ideologi yang lahir secara mendadak pada


1 Juni 1945, melainkan melalui proses yang panjang.
Pancasila tidak hanya diilhami oleh gagasan-gagasan besar
dunia, tetapi juga berakar pada nilai-nilai luhur dan ide-ide
besar bangsa Indonesia sendiri;
* Presiden pertama Indonesia sebagai perumus awal Pancasila
mengakui hal ini tatkala dalam Pidato 1 Juni 1946 untuk
memperingati Hari Lahir Pancasila beliau mengatakan’;
“Saya bukanlah pencipta Pancasila. Apa yang saya
kerjakan tempo hari adalah sekadar memformuleer
perasaan-perasaan yang ada di dalam kalangan rakyat ....
Sekedar formuleeren, oleh karena lima perasaan ini telah
hidup berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus
tahun di dalam kalbu kita.”

(Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, MPR RI, 2017: 42-43)
LANJUTAN

• Dengan kata lain yang lebih populer, Pancasila


adalah kristalisasi nilai-nilai luhur Indonesia;

• Kebangsaan (nationhood) adalah rangkaian upaya


mencapai keseimbangan antara kepentingan
masya-rakat (society) dan kekuasaan negara
(state);

(Simbolon, 2007, Menjadi Indonesia; 3).


BERSAMBUNG
TERIMA KASIH
SYUKRAN KATSIER

Anda mungkin juga menyukai