PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945 dan tercantuk dalam Pembukaan UUD
1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan
batang tubuh UUd 1945.
Dalam penjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macaam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung dibalik legitimasi ideology Negara Pancasila.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasia yaitu sebagai dasar Negara Republik
Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan sidang Istimewa MPR tahun
1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan
Pancasila sebagai setu-satunya azas bagi orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut
sekaligus mencabut mandate MPR yang diberikan kepada Presiden atan wewenangnya
untuk membudayakan Pancasila melalui P-4 dan azas tunggal Pancasila.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada
masa lampau , banyak kalangan elit serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa
Pancasila merupakan label politik dari masa Orde Baru. Sehingga mengembangkan serta
mengkaji Pncasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan
yang sinis serta uapaya untuk melemahkan peranan ideology Pancasila pada era
Reformasi dewasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yang
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideology Negara yang kemudian pada
gilirannnya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama
dibina, dipelihara serta didambkana bangsa Indonesia sejak dulu.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang
telah berjalan selama ini, berlum menampakkan hasil yang dapat dinikmati oleh rakyat,
nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa Indonesia dianggap rendah di
masyarakat internasional.
1. Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul cirri khas,
sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para
pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namum
mendalam, yang meliputi 5 prinsip yang kemudaian diberi nama Pancasila.
b. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada suatu azas cultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dlam sila-sila Pncasila merupakan suatu hasil karya besar bangsa
Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kutural yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofi para oendiri Negara
seperti Soekarno, M.Yamin, M.Hatta, Sepomo serta para pendiri lainnya.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahaan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi
tertua dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berdasrkan
Pancasila. Hal ini mengandung makna bahwa secara material Pancasila
merupakan sumber hokum pendidikan nasional.
d. Landasan Filosofi
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofi bangsa
Indonesia. Secara filosofi, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara
adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini
berdasarkan kenyataan onjektif bahwa manusia adalah makhluk tuhan yang
maha Esa. Syarat mutlak suatau Negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat , shingga secara filosofis Negara berpesatuan dan
berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuatan Negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam kehiudpan bernegara
nilai-nilai Pncasila merupakan dasar filsafat Negara. Konsekuensinya dalam
setiap aspel penyelengraan Negara harus bersumber pada nilai-nilai Pncasila
termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. Tujuan Pendidikan Pancasila
Pendidikan pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang
berprilaku, (1) memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung
jawab sesuai dengan hati nurani, (2) memiliki kemampuan untuk mengenali
masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya, (3) mengenali
perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
seni, serta (4) memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilainilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah
Pancasila termasuk Filsafat Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus
memenuhi syarat syarat ilmiah, menurut Ir. Poedjowijatno dalam bukunya Tahu dan
Pengetahuan mencatumkan syarat-syarat ilmiah sebagai berikut :
1. berobyek
2. bermetode
3. bersistem
4. bersifat universal
1. Berobyek
Dalam filsafat, ilmu pengetahuan dibedakan antara obyek forma dan obyek
materia. Obyek materia Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
misalnya : Moral (moral Pancasila), Ekonomi (ekonomi Pancasila), Pers (Pers
Pancasila), Filsafat (filsafat Pancasila), dsb. Obyek Materia Pancasila adalah
suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik
yang bersifat empiris maupun non empiris. Bangsa Indonesiasebagai kausa
materia (asal mula nilai-nilai Pancasila), maka obyek materia pembahasan
Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek budaya dalam
bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Obyek materia empiris berupa lembaran
sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah dan budaya, Lembaran Negara,
naskah-naskah kenegaraan, dsb. Obyek materia non empiris non empiris meliputi
nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, nilai-nilai religius yang tercermin dalam
kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya.
2. Bermetode
Metode adalah seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan
Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat obyektif. Metode
dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik obyek forma
dan materia Pancasila. Salah satu metode adalah analitico syntetic yaitu suatu
perpaduan metode analisis dan sintesa. Oleh karena obyek Pancasila banyak
berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan obyek sejarah maka sering digunakan
metode hermeneutika yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik
obyek, demikian juga metode koherensi historisserta metode pemahaman
penafsiran dan interpretasi. Metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas
hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.
3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh. Bagianbagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan antara bagianbagian saling berhubungan baik hubungan interelasi (saling hubungan maupun
interdependensi (saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara ilmiah
harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan (majemuk tunggal) yaitu ke lima
sila baik rumusan, inti dan isi dari sila-sila ancasila merupakan kesatuan dan
kebulatan.
4. Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan, situasi, kondisi maupun
jumlah. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau dengan kata lain intisari,
esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya bersifat
universal.
Tingkatan Pengetahuan Ilmiah
Tingkat pengetahuan ilmiah dalam masalah ini bukan berarti tingkatan dalam hal
kebenarannya namun lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-masing.
Tingkatan pengetahuan ilmiah sangat ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sbb :
1.
2.
3.
4.
Deskriptif
Kausal
Normatif
Essensial
= suatu pertanyaan apa
Pengetahuan Deskriptif
Pengetahuan deskriptif yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu
keterangan, penjelasan obyektif. Kajian Pancasila secara deskriptif berkaitan
dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian
tentang kedudukan dan fungsinya.
Pengetahuan Kausal
Pengetahuan kausal adalah suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
sebab akibat. Kajian Pancasila secara kausal berkaitan dengan kajian proses
kausalitas terjadinya Pancasila yang meliputi 4 kausa yaitu kausa materialis,
kausa formalis, kausa efisien dan kausa finalis. Selain itu juga berkaitan dengan
Pancasila sebagai sumber nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber segala norma.
Pengetahuan Normatif
Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ukuran,
parameter serta norma-norma. Dengan kajian normatif dapat dibedakan secara
normatif pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) dan
kenyataan faktual (das sein) dari Pancasila yang bersifat dinamis.
Pengetahuan Esensial
Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab suatu
pertanyaan yang terdalam yaitu pertanyaan tentang hakekat sesuatu.Kajian
Pancasila secara esensial pada hakekatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan
tentang intisari/makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila (hakekat Pancasila).
Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar
negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai berikut :
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu
Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi (Demokrasi
dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun Tri Sila masih
diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah gotong royong.
d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia
Sembilan) yang menghasilkan Piagam Jakarta dan didalamnya termuat Pancasila
dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah
yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia
mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula rumusan-rumusan Pancasila
sebagai berikut :
Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember 17 Agustus 1950)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
Dalam kalangan masyarakat luas
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Keadilan Sosial
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan
Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS
No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA
A. Pengantar
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disyahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai nilai telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara yang berupa nilai
nilai
adapt
istiadat,kebudayaan
serta
nilai
nilai
relidius.
Timur secara selisih bergantian. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad
ke VIII yang ikut membantu membangun Candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah
wihara untuk pendeta Budha. Kerajaan Kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi
Borobudur ( Candi agama Budha pada abad ke IX ), dan candi Prambanan ( Candi agama
Hindu pada abad X ).
E. KerajaanMajapahit
Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasaannya pada pemerintah Raja Hayam Wuruk dengan Majapahit Gajah Mada yang
dibantu oleh Laksmana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat
istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah
kita jumpai seloka pertsatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika : yang bunyi
lengkapnya Bhineka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua artinya walaupun berbeda,
namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda.
F. ZamanPenjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama
Islam dan pesatnya di Indonesia. Bersaman dengan itu berkembang pula lah kerajaan
islam seperti Kerajaan Denmark, dan mulailah berdatangan orang , Eropa di Nusantara
mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudiaan diikuti oleh orang orang Spanyol
yang ingin mencari pasal tanaman rempah rempah.
G. Kebangkitan Nasional
Pergerakan nasional di tanah air dilatarbelakangi adanya pergolakan kebangkitan
dari Dunia Timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya sendiri, antara lain dari
Filipina (1898) yang dipimpin oleh Jose Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tunisia
(1905), Sun Yat Zen dari China melawan Jepang (1911) , India yang dipelopori oleh
Nehru dan Mahatma Gandhi melawan Inggris. Adapun di Indonesia pergerakan nasional
yang merupakan kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional) dipelopori oleh dr.
Soetomo dan dr. Wahidin Soediro Hoesodo dengan nama Boedi Oetomo (BO) yang
didirikan pada tanggal 2 Mei 1908. Asas yang digunakan adalah kooperatif serta
bertujuan mengangkat derajat bangsa Indonesia agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Hanya dengan melalui pendidikan cita-cita ini akan tercapai. Setelah itu muncul
pergerakan-pergerakan lain, yakni SDI, SI, Indische Partij dan seterusnya. Pada mulanya
pergerakan-pergerakan itu berasaskan kooperatif, namun perkembangannya berubah
menjadi non kooperatif, awalnya bertujuan hanya berhubungan dengan perdagangan,
sosial, agama dan pendidikan, namun kemudian meningkat menjadi sebuah tuntutan
politik, yaitu Indonesia Merdeka.Tujuan merdeka diekspresikan dengan kata-kata yang
dipelopori oleh kaum muda dari seluruh nusantara, dari Jawa Jong Java, dari Ambon Jong
Ambon, dari Sulawesi Jong Celebes, dari Sumatra Jong Sumatra, sedangkan tokoh-tokoh
pemudanya antara lain Moh. Yamin, Wongsonegoro, dan Kuncoro Probopranoto.
Perjuangan rintisan kesatuan nasional para pemuda dimanifestasikan dalam bentuk ikrar,
maka pada kongres Pemuda ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut
Timor Portugis dan pulau-pulau sekitarntya dan c). Hindia Belanda ditambah
Malaya dan dikurangi Irian Barat. Berdasarkan hasil pemungutan suara dari 66
suara , yang memilih kelompok a) berjumlah 19, yang memilih kelompok b) 39
(terbanyak) , yang memilih c) sebanyak 6 suara lain-lain daerah I serta blangko1.
Jadi sebagian besar dari mereka menghendaki Wilayah Indonesia Raya yang
mampu mempersatukan seluruh kepulauan Indonesia.
Keputusan-keputusan yang lain, adalah:
1. Membentuk Panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno
2. Membentuk Panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta
3. Membentuk Panitia pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso
4. Panitia Perancang UUD pada tanggal 14 Juli 1945 melaporkan, bahwa Susunan UUD
diusulkan terdiri atas 3 bagian, yaitu: (a). Pernyataan Indonesia merdeka, berupa dakwaan
di muka dunia atas penjajahan Belanda, (b). Pembukaan yang berisi Dasar Negara
Pancasila dan (c). Pasal-pasal Undang-Undang Dasar.
K. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Pada pertengahan bulan agustus 1945 akan dibentuk PPKI. Untuk keperluan
itu Ir. Soekarno dan Drs. Muh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas
pangilan jendral besar Terauchi. Pada tanggal 9 agustus 1945 Jendral Terauchi
memberikan kepada mereka 3 cap, yaitu :
1. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai wakil dan
Radjiman sebagai anggota
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 agustus 1945
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia di serahkan seperlunya pada panitia.
Sekembaliannya dari saigon 14 agustus 1945, Ir. Soekarno mengumumkan
dimuka umum bahwa bangsa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat
mungkin) dan kemerdekaan bangsa Iindonesia ini bukan merupakan hadiah dari Jepang
melainkan dari hasil perjuangan sendiri.
a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka kesempatan itu dipergunakan
sebaik-baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mempersiapkan
Proklamasi tersebut maka pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke rumah
Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No.1).
Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada
larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti
Melik, Dr.Buntaran, Mr. Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk
merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep
Soekarno lah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur
56 Jakarta, tepat pada hari Jumat Legi, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (Jam 11.30
waktu jepang), Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah
Proklamasi dengan khidmad dan diawali dengan pidato, sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Halhal yeng mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta
b. Sidang PPKI
Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama.
1.
Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai
berikut :
Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :
Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari badan penyilidik pada
tanggal 17 juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai undang-undang dasar 1945.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan Musyawarah
darurat.
iii.
UUD negara RI ternyata membahas kembali dasar negara, maka presiden sebagai badan
yang harus bertanggung jawab mengeluarkan dekrit atau pernyataan pada tanggal 5 Juli
1959, yang isinya :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan kembali UUDS 45 dan tidak berlakunya kembali UUDS50
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara
Republik Indonesia hingga sat ini.
Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi(kepala negara atau orang lain)
yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila
negara dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya.
Landasan mukum dekrit adalah Hukum Daruratyang dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Hukum Tatanegara Darurat Subyektif
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi
wewenang kepada orang tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.
b. Hukum Tatanegara Darurat Objektif
Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang
memberikan wewenang kepada organ tertinggi negara untuk mengambil tindakantindakan hukum, tetapi berlandaskan konstitusi yang berlaku.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil,
keadaan ini dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideology
belum selesai. Ideology pada saat itu dirancang oleh PKI dengan ideology Manipol
Usdek serta konsep Nasakom. Puncak peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30
September 1965 untuk merebut kekuasaan yang sah negara RI, pemberontakan ini
disertai dengan pembunuhan para Jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI
tersebut berupaya untukmenggabti secara paksa ideology dan dasar filsafat negara
Pancasila dengan ideology komunis Marxis. Atas dasar tersebut maka pada tanggal
1Oktober 1965 diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Karena orde lama tidak mampu menguasai pimpinan negara, maka Panglima
tertinggi memberikan kekuasaan penuh kepada Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral
Soeharto dalam bentuk suatu surat yang dikenal dengan surat perintah 11 Maret
1966 (Super Semar). Tugas pemegang super semar yaitu untuk memulihkan keamanan
dengan jalan menindak pengacau keamanan yang dilakukan oleh PKI. Orde Baru
berangsur-angsur melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan pembangunan
nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang
artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau
wisdom.Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
1. Filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan,ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran
dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran
atau sistem filsafat tertentu.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat
Filsafat sebagai suatu proses,yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk
suatu akftivitas berfilsafat,dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Adapun
cabang-cabang
filsafat
yang
pokok
adalah
sebagai
berikut:
1. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan serta
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwaioleh
sila Ketuhanan yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila persatuanIndonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, serta keadilan social bagi seluruh rakyatIndonesia.
3. Sila ketiga: persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhananyang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwaisila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.
4. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuanIndonesia, serta meliputi dan menjiwai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5. Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputidan
dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adildan
beradab,
persatuan
Indonesia,
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan adalah ber- Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berk
eadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah berKetuhananyang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuanIndonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijak
saandalam permusyawaratan/perwakilan (Notonagoro, 1975:43,44)
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasarepistemologis serta aksiologis dari sila-sila Pancasila.secara filosofis Pancasila
sebagaisuatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan
dasaraksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya
misalnyamaterialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham
filsafat didunia.
raRepublik Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup
bangsaIndonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat dan utuh,hierarkhis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila
merupakan suatusistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan terpisah-pisah dan
memiliki maknasendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang utuh.Selain
itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dansubjektif.
Artinya
esensi
nilai-nilai
Pancasila
adalah
bersifat
universal
yaitu
Ketuhanan,Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Sehingga dimungkinkan
dapat diterapkan pada negara lain walaupun barangkali namanya bukan Pancasila.
Artinya jikalausuatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara Berketuhanan,
Berkemanusiaan,Berpersatuan, Berkerakyatan dan Berkeadilan, maka negara tersebut
pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila Pancasila. Nilainilai Pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar sertamotivasi
atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan
kenegaraan. Dengan perkataan lain bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das Sollen
ataucita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das
Sein.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung
empat pokok pikiranyang jika dianalisis makna yang terkandung di dalam nya tidak lain
adalah merupakanderivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
1. Bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu Negara yangmelindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,mengatasi segala paham
golongan maupun perseorangan (Sila ke-3).
2. Bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruhrakyat
Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkankesejahteraan umum
bagi seluruh warga negara, mencerdaskankehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial (Sila ke-5).
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara
adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang
secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Nilainilai keadilan yang harus terwujud dalam dalalm hidup bersama adalahmeliputi
(1)
keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan negara terhadap warganya, dalam arti
pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu
suatuhubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undanganyang berlaku dalam negara. (3) keadilan komutatif, yaitu suatu
hubungan keadilan antarawarga satu dengan lainnya secara timbal balik.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
A. Pengantar
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan nilai, sumber
dari segala penjabaran norma. Dalam filsafat Pancasila terkandung suatu pemikiranpemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis, dan komperhensif. Sebagai
suatu nilai, Pancasila memberi dasar yang bersifat fundamental dan universal. Norma
tersebut meliputi:
Norma moralyaitu berkaitan dengan tingkah laku manusia.
Norma hukum yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Atas dasar pengertian inilah nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari bangsa
Indonesia sendiri atau Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai
Pancasila.
Pengertian Etika
Etika masuk pada kelompok filsafat praktis yang dibagi menjadi 2, yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana untuk mengambil
sikap yang bertanggung jawab terhadap ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip dalam hubungannya diberbagai aspek kehidupan
(Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi 2, yaitu:
Etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri.
Etika social membahas tentang kewajiban manusia terhadap lingkungan
masyarakat.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
B. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral
1. Pengertian Nilai
Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak
yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya
suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai/melakukan penilaian (Frankena, 229)
Dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi,
nilai pada hakikatnya adalah sifat/kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek
itu sendiri. Ada nilai itu karena adanya kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wartager).
Berbicara tentang nilai berarti berbicara tentang das Sollen, bukan das Sein, yang artinya
bahwa das Sollen harus menjelma menjadi das Sein, yang ideal harus menjadi real, yang
bermakna normatif harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari (Kodhi, 1989:21).
2. Hirearki Nilai
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama luhurnya dan
sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan dalam 4 tingkatan,
yaitu:
1. Nilai-nilai kenikmatan; terdpat deretan nilai-nilai yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan (die Wertreihe des Angenehmen und Ungangehmen)
2. Nilai-nilai kehidupan; terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan (Werte
des vitalen Fuhlens)
3. Nilai-nilai kejiwaan; terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama
sekali tidak bergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
4. Nilai-nilai kerohanian; terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci
(wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen).
Walter G. Everet menggolongkan nilai manusiawi ke dalam 8 kelompok, yaitu:
1. Nilai-nilai ekonomis
2. Nilai-nilai kejasmanian
3. Nilai-nilai hiburan
4. Nilai-nilai sosial
5. Nilai-nilai watak
6. Nilai-nilai estetis
7. Nilai-nilai intelektual
8. Nilai-nilai keagamaan
Notonegoro membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani &
ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi mnausia untuk dapat
mengadakan kegiatan/aktivitas
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Rohani
ini dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Nilai kebenaran yang berasal dari akal
b. Nilai keindahan/nilai estetis yang berasal dari unsur perasaan
c. Nilai kebaikan/nilai moral yang berasal pada unsur kehendak
d. Nilai religious yang berasal dari kepercayaan/keyakinan manusia.
Menurut N. Rescher, pembagian nilai berdasarkan pembawa nilai (trager), hakikat
keuntungan yang diperoleh, dan hubungan antara pendukung nilai dan keuntungan yang
diperoleh.
3.
Nilai bersifat subjektif dan objektif. Bersifat subjektif apabila nilai tersebut
diberikan oleh subjek (dalam hal ini manusia sebagai pendukung pokok nilai) dan bersifat
objektif apabila nilai tersebut melekat pada sesuatu (terlepas dari penilaian manusia).
Wujud dari sutau nilai adalah norma. Moral merupakan suatu ajaran bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak dengan sebaik-baiknya. Istilah moral mengandung integritas
dan martabat pribadi manusia sehingga derajat manusia tersebut ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya.
C. Etika Politik
Etika politik berkaitan dengan moral manusia. Hal ini berdasarkan pada
kenyataan moral selalu menunjuk pada manusia sebagai subjek etika. Walaupun
hubungannya dengan masyarakat bangsa atau negara, etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia.
Hal ini didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan
berbudaya. Aktualisasi etika politik senantiasa berdasarkan pada harkat dan martabat
manusia sebagai manusia (Suseno, 1987:15).
1. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata Politics yang bermakna bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan dan
pelaksanaan tujuan. Untuk melaksanakan kebijaksanaan diperlukan suatu kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority).
2. Dimensi Politis Manusia
a. Manusia sebagai Makhluk Individu-Sosial
Dasar filosofis dalam Pancasila mendasarkan hakikat kodrat manusia adalah
bersifat monodualis, yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini
dikarenakan manusia tidak bisa hidup mandiri, selalu bergantung pada orang lain.
b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Dimensi politis kehidupan manusia mempunyai 2 segi fundamental, yaitu
pengertian dan kehendak untuk bertindak. Penataan efektif masyarakat adalah
penataan yang de fakto, yaitu penataan yang berdasarkan kenyataan menentukan
kelakuan masyarakat. Maka dari itu, etika politik berkaitan dengan objek forma etika,
yaitu tinjauan berdasarkan prinsip-prinsip dasar etika, terhadap objek material politik
yang meliputi legitimasi negara, hukum, kekuatan, serta penilaian kritis terhadap
legitimasi-legitimasi tersebut.
3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Kemajuan alam pikir manusia sebagai individu maupun kelompok telah
melahirkan persamaan pemikiran dan pemahaman kearah perbaikan nilai-nilai hidup
manusia itu sendiri. Paham yang mendasar dan konseptual mengenai cita-cita hidup
manusia merupakan hakikat ideologi. Dijadikannya manusia bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa didunia ternyata membawa dampak kepada ideologi yang berbedabeda sesuai dengan pemikiran, budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai yang melekat dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
Indonesia terlahir melalui perjalanan yang sangat panjang mulai dari masa
kerajaan Kutai sampai masa keemasan kerajaan Majapahit serta munculnya kerajaankerajaan Islam. Kemudian mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kondisi ini
telah menimbulkan semangat berbangsa yang satu, bertanah air satu dan berbahasa satu
yaitu Indonesia. Semangat ini akhirnya menjadi latar belakang para pemimpin yang
mewakili atas nama bangsa Indonesia memandang pentingnya dasar filsafat negara
sebagai simbol nasionalisme.
Kajian pengetahuan proses terjadinya Pancasila dapat ditinjau dari aspek
kausalitasnya dan tinjauan perspektifnya dapat dibedakan menjadidua yaitu : aspek asal
mula langsung dan aspek asal mula tidak langsung.
1. Asal Mula Langsung
Asal mula langsung tentang pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang
proklamasi kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung pancasila tersebut menurut
Notonagoro (1975) adalah sebagai berikut.
a. Asal Mula Bahan atau Kausa Materialis dalah bahwa Pancasila bersumber dari
nilai-nilai adat istiadat, budaya dan nilai religius yang ada dalam kehidupan
sehari hari masyarakat Indonesia.
b. Asal MulaBentuk atau Kausa Formalis adalah kaitan asal mula bentuk, rumusan
dan nama Pancasila sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang
merupakan pemikiran Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan para anggota BPUPKI.
c. Asal Mula Karya atau Kausa Effisien adalah penetapan Pancasila sebagai calon
dasar negara menjadi dasar negara yang sah oleh PPKI.
d. Asal Mula Tujuan atau Kausa Finalis adalah tujuan yangdiinginkanBPUPKI,
PPKI termasuk didalamnya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari rumusan
Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI menjadi Dasar Negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup
sehari-hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
Nilai Ketuhanan
Nilai Kermanusiaan
Nilai Persatuan
Nilai Kerakyatan
Nilai Keadilan
b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara
yaitu :
Nilai adat istiadat
Nilai kebudayaan
Nilai religious
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal
mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa
paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara
Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA
Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta
dimensi masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang
berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya sama.
a. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai
kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar
manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut
sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai
ideologi negara.
b. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar
1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.
DENGAN
PAHAM
Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan
kemerdekaan individu yang berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu
lain.
Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka
bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu
yang karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini
mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan,
Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.
1. Paham Negara Persatuan
Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah,
dan kedaulatan pemerintah.
Bhineka Tungga lIka
Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang
memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang
berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun
keseluruhannya merupakan suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
2. Paham Negara Kebangsaan
Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian
ini disebut sebagai negara.
a. Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu
totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana
terjadipadabangsasosialiskomunis.
b. Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang
disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur
fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan
sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat
adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun negara,
bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi
individu.
BAB VI
PANCASILA
DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya,
seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilainilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu
Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar
negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga
negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD
1945, disahkan oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasalpasal UUD 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan,
namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.
1. Pembukaan
UUD
1945
sebagai
Tertib
Hukum
Tertinggi
Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia
memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a. Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b. Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a. Adanya kesatuan subjek
b. Adanya kesatuan asas kerohanian
PEMBUKAAN
UUD
1945
DENGAN
PANCASILA
Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat
Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal
balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.
E. HUBUNGAN
PEMBUKAAN
UUD
1945 DENGAN
PROKLAMASI
Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung
dalam pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.
undang dasar itu rumusanya tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut
E.C.S wade dalam bukunya constitutional law. Undang-undang dasar menurut sifat dan
fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintah suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badanbadan tersebut.
Dalam penjelasan undang-undang dasar 1945 disebut bahwa undang-undang dasar 1945
bersifat singkat. Undang-undang dasar 1945 hanya memuat 37 pasal, adapun pasal-pasal
lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung makna:
a) Telah cukup jikalau undang-undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.
Hanya memuat garis-garis besar intruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain
penyelanggara untuk menyelenggarakan Negara, untuk menyelenggarakan
kehidupan Negara dan kesehjateran social.
b) Sifatnya yang supel (elastis) di maksutkan bahwa kita senantiyasa harus ingat
bahwa masyarakat itu harus teruz berkembang, dinamis. Negara Indonesia akan
erus tumbuh berkembeng seiring dengn perubahan jaman.
b.
Convensi yaitu hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelnggaran Negara. Meskipun sifatnya tidak tertulis
convensi mempunyai sifat-sifat yaitu:
a. Merupakan kebiasan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek dan
penyelenggarn Negara.
b. Tidak bertentang dengn undang-undang dasar dan berjaln sejajar.
c. Diterima oleh seluruh rakyat.
d. Bersifar sebagai pelengkap,sehinga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar
yang tidak terdapat dalam UUD.
3.
Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Inggris constitution atau dari bahasa Belanda
constitutie. Terjemahan dari istilah tersebut adalah UUD.
Pengertian konstitusi dalam praktek ketata negaraan umumnya mempunyai arti:
a.
b.
4.
c. Negara Indonesia adalah Negara hukum menurut penjelasan UUD 1945, Negara
Indonesia adalah Negara hukum, Negara hukum yang berdasarkan pancasila dan bukan
atas kekuasaan.
Cirri-ciri suatu Negara hukum:
1) Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persaman dalam bidang
politik, hukum, social, ekonomi dan kebudayaan.
2) Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
3) Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa kekuatan hukumnya dapat di pahami,
dapat di laksankan dn aman dalam melaksanakanya.
5. Hukum Antara Lembaga-lembaga Negara Berdasarkan UUD 1945[9]
a. Hubungan antara MPR dan Presiden.
majelis pemusyawaratan rakyat sebagai pemegang kekuasan tinggi sebagai wakil
rakya sesuai dengan UUD 1945 (pasal 1 ayat 2). Hal ini berdasarkan ketentuan dalam
UUD 1945 bahwa Presiden maupun MPR dipilih langsung oleh rakyat, pasal 2 ayat 1 dan
pasal 6 ayat 1.
Perlu dipahami bahwa Presiden tidak diangkat oleh MPR, maka presiden tidak
bertanggungjawab kepads MPR, melainkan kepada rakyat Indonesia sesuai dengan UUD.
b. Hubungn antara MPR dan DPR.
Anggota DPR seluruhnya merangkap MPR, maka MPR menggunakan DPR
sebagai tangan kanannya dslm melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh presiden sebagai mana ditetapkan oleh MPR.
MPR mempunyai tugas yang sangat luas, melalui wewenang DPR, MPR mengmudikan
pembuatan UUD serta peraturan-peraturan lainya agar UUD serta peraturan-peraturan itu
sesuai UUD 1945. Melalui wewenang DPR juga menilai dsn mengawasi wewenang
lembagaga lainya.
c. Hubungan antara DPR dan Presiden.
Sebagai sesama lembaga dan sesame anggota badan legislative maka DPR dan Presiaden
bersama.
1) Membuat UUD (pasal 5 ayat 1, 20 dan 21)
2) Menetapkan UUD tentang anggaran, pendapatan dan belanja Negara (pasal 23 ayat 1)
Bentuk kerja sama antara DPR dan presiden mengingkari patner legislatifnya.
Presiden harus memprihatikan, mendengarkan perkonsultasi dan dalam banyak hal,
tidak
dapat
dipisahkan
dengan
hakikat
kodrat
manusia
tersebut.
berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui
hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan
dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
D.
KESIMPULAN
Undang- Undang Dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas- tugas
pokok dari badan- badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok- pokok cara
kerja badan badan pemerintahan tersebut.
UUD merupakan sumber hukum di Indonesia yang ada kalanya bersifat dinamis dan
statis. UUD diibaratkan tulang rusuk dalam badan yang diibaratkan Indonesia, tanpanya
Indonesia tidak akan bisa tegak dan membuat organ- organ lain dari Indonesia itu sendiri
bisa bekerja dengn selayaknya.
UUD sebagai dasar Negara Indonesia mempunyai peran yang sangat strategis dalam
tatanan hokum Indonesia, Indonesia merupakan Negara demokrasi yang berasakan
pancasila dan UUD.