Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945 dan tercantuk dalam Pembukaan UUD
1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan
batang tubuh UUd 1945.
Dalam penjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macaam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung dibalik legitimasi ideology Negara Pancasila.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasia yaitu sebagai dasar Negara Republik
Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan sidang Istimewa MPR tahun
1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan
Pancasila sebagai setu-satunya azas bagi orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut
sekaligus mencabut mandate MPR yang diberikan kepada Presiden atan wewenangnya
untuk membudayakan Pancasila melalui P-4 dan azas tunggal Pancasila.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada
masa lampau , banyak kalangan elit serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa
Pancasila merupakan label politik dari masa Orde Baru. Sehingga mengembangkan serta
mengkaji Pncasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan
yang sinis serta uapaya untuk melemahkan peranan ideology Pancasila pada era
Reformasi dewasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yang
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideology Negara yang kemudian pada
gilirannnya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama
dibina, dipelihara serta didambkana bangsa Indonesia sejak dulu.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang
telah berjalan selama ini, berlum menampakkan hasil yang dapat dinikmati oleh rakyat,
nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa Indonesia dianggap rendah di
masyarakat internasional.
1. Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul cirri khas,
sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para
pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namum
mendalam, yang meliputi 5 prinsip yang kemudaian diberi nama Pancasila.

b. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada suatu azas cultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dlam sila-sila Pncasila merupakan suatu hasil karya besar bangsa
Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kutural yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofi para oendiri Negara
seperti Soekarno, M.Yamin, M.Hatta, Sepomo serta para pendiri lainnya.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahaan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi
tertua dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berdasrkan
Pancasila. Hal ini mengandung makna bahwa secara material Pancasila
merupakan sumber hokum pendidikan nasional.
d. Landasan Filosofi
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofi bangsa
Indonesia. Secara filosofi, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara
adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini
berdasarkan kenyataan onjektif bahwa manusia adalah makhluk tuhan yang
maha Esa. Syarat mutlak suatau Negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat , shingga secara filosofis Negara berpesatuan dan
berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuatan Negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam kehiudpan bernegara
nilai-nilai Pncasila merupakan dasar filsafat Negara. Konsekuensinya dalam
setiap aspel penyelengraan Negara harus bersumber pada nilai-nilai Pncasila
termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. Tujuan Pendidikan Pancasila
Pendidikan pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang
berprilaku, (1) memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung
jawab sesuai dengan hati nurani, (2) memiliki kemampuan untuk mengenali
masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya, (3) mengenali
perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
seni, serta (4) memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilainilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah
Pancasila termasuk Filsafat Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus
memenuhi syarat syarat ilmiah, menurut Ir. Poedjowijatno dalam bukunya Tahu dan
Pengetahuan mencatumkan syarat-syarat ilmiah sebagai berikut :

1. berobyek

2. bermetode
3. bersistem
4. bersifat universal
1. Berobyek
Dalam filsafat, ilmu pengetahuan dibedakan antara obyek forma dan obyek
materia. Obyek materia Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
misalnya : Moral (moral Pancasila), Ekonomi (ekonomi Pancasila), Pers (Pers
Pancasila), Filsafat (filsafat Pancasila), dsb. Obyek Materia Pancasila adalah
suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik
yang bersifat empiris maupun non empiris. Bangsa Indonesiasebagai kausa
materia (asal mula nilai-nilai Pancasila), maka obyek materia pembahasan
Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek budaya dalam
bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Obyek materia empiris berupa lembaran
sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah dan budaya, Lembaran Negara,
naskah-naskah kenegaraan, dsb. Obyek materia non empiris non empiris meliputi
nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, nilai-nilai religius yang tercermin dalam
kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya.

2. Bermetode
Metode adalah seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan
Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat obyektif. Metode
dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik obyek forma
dan materia Pancasila. Salah satu metode adalah analitico syntetic yaitu suatu
perpaduan metode analisis dan sintesa. Oleh karena obyek Pancasila banyak
berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan obyek sejarah maka sering digunakan
metode hermeneutika yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik
obyek, demikian juga metode koherensi historisserta metode pemahaman
penafsiran dan interpretasi. Metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas
hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.

3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh. Bagianbagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan antara bagianbagian saling berhubungan baik hubungan interelasi (saling hubungan maupun
interdependensi (saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara ilmiah
harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan (majemuk tunggal) yaitu ke lima
sila baik rumusan, inti dan isi dari sila-sila ancasila merupakan kesatuan dan
kebulatan.

4. Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan, situasi, kondisi maupun
jumlah. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau dengan kata lain intisari,

esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya bersifat
universal.
Tingkatan Pengetahuan Ilmiah
Tingkat pengetahuan ilmiah dalam masalah ini bukan berarti tingkatan dalam hal
kebenarannya namun lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-masing.
Tingkatan pengetahuan ilmiah sangat ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sbb :

1.

2.

3.

4.

Deskriptif

suatu pertanyaan bagaimana

Kausal

suatu pertanyaan mengapa

Normatif

= suatu pertanyaan kemana

Essensial
= suatu pertanyaan apa
Pengetahuan Deskriptif
Pengetahuan deskriptif yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu
keterangan, penjelasan obyektif. Kajian Pancasila secara deskriptif berkaitan
dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian
tentang kedudukan dan fungsinya.
Pengetahuan Kausal
Pengetahuan kausal adalah suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
sebab akibat. Kajian Pancasila secara kausal berkaitan dengan kajian proses
kausalitas terjadinya Pancasila yang meliputi 4 kausa yaitu kausa materialis,
kausa formalis, kausa efisien dan kausa finalis. Selain itu juga berkaitan dengan
Pancasila sebagai sumber nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber segala norma.
Pengetahuan Normatif
Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ukuran,
parameter serta norma-norma. Dengan kajian normatif dapat dibedakan secara
normatif pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) dan
kenyataan faktual (das sein) dari Pancasila yang bersifat dinamis.
Pengetahuan Esensial
Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab suatu
pertanyaan yang terdalam yaitu pertanyaan tentang hakekat sesuatu.Kajian
Pancasila secara esensial pada hakekatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan
tentang intisari/makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila (hakekat Pancasila).
Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan

Pancasila yuridis kenegaraan meliputi pembahasan Pancasila dalam


kedudukannya sebagai dasar negara Republik Indonesia, sehingga meliputi pembahasan
bidang yuridis dan ketatanegaraan. Realisasi Pancasila dalam aspek penyelenggaraan
negara secara resmi baik yang menyangkut norma hukum maupun norma moral dalam
kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.Tingkatan pengetahuan ilmiah
dalam pembahasan Pancasila yuridis kenegaraan adalah meliputi tingkatan pengetahuan
deskriptif, kausal dan normatif. Sedangkan tingkat pengetahuan essensial dibahas dalam
bidang filsafat Pancasila, yaitu membahas sila-sila Pancasila sampai inti sarinya, makna
yang terdalam atau membahas sila-sila Pancasila sampai tingkat hakikatnya.

D. Beberapa Pengertian Pancasila


Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian
yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,
ideologi negara dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya, terdapat
berbagai macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara obyektif. Oleh karena
itu untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya maka pengertian Pancasila meliputi :
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad Yamin
dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu :
Panca artinya lima
Syila artinya batu sendi, alas, dasar
Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki
arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat
dalam kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk
mencapai nirwana dengan melalui samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban
moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila,
Pancasyiila.Pancasyiila menurut Budha merupakan lima aturan (five moral principle)
yang harus ditaati, meliputi larangan membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan
minum-minuman keras. Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India
masuk ke Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa terutama jaman
Majapahit yaitu dalam buku syair pujian Negara Kertagama karangan Empu Prapanca
disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima pantangan (Pancasila). Setelah
Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha
(Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima larangan (mo limo/M5) : mateni
(membunuh), maling (mencuri), madon(berzina), mabok (minuman keras/candu), main
(berjudi).
2. Pengertian Pancasila Secara Historis
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan diterapkan.
Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin, Soepomo dan Ir.Soekarno
yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia disebut Pancasila.Tanggal 18 Agustus
1945 disahkan UUD 1945 termasuk Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan
lima prinsip sebagai dasar negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat
istilah/kata Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut
dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka
pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh peserta sidang
BPUPKI secara bulat. Secara historis proses perumusan Pancasila adalah :
a. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan
lima asas dasar negara sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar
negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai berikut :
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu
Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi (Demokrasi
dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun Tri Sila masih
diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah gotong royong.
d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia
Sembilan) yang menghasilkan Piagam Jakarta dan didalamnya termuat Pancasila
dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis

Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah
yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia
mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula rumusan-rumusan Pancasila
sebagai berikut :
Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember 17 Agustus 1950)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
Dalam kalangan masyarakat luas
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Keadilan Sosial
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan
Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS
No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA
A. Pengantar
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disyahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai nilai telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara yang berupa nilai

nilai

adapt

istiadat,kebudayaan

serta

nilai

nilai

relidius.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara lengkap


dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan
pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu Negara yang
berdasarkan Pancasila. Dasar dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh
para pejuang kemerdekaan bangsa. Antara lain dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908. kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada
tahun1928.
Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangasa Indonesia dalam mendirikan
Negara tercapai dengan di Proklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus1945.
B. ZamanKutai
Zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti yang berupa 7
yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui barwa Raja Mulawarman
keturunan Raja Aswarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasasti
tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah pada para Brahmana.
Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini
menampilkan nilai nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan kenduri,
serta se4dekah kepada para Brahmana. Dalam zaman kuno (400 1500) terdapat dua
kerajaan yang berhasil mencapai intergrasi dengan wilayah yang meliputi hamper separoh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu Kerajaan Sriwijaya di Sumatra
dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
C. ZamanSriwijaya
Negara kebangsaaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : Pertama,
Zaman Sriwijaya dibawah Wangsa Syailendra (600 1400). Yang bercirikan kedautan.
kedua, Negara kebangsaan zaman Majapahit (1293 1525) yang bercirikan Keprabuan,
kedua tahap tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia lama. Kemudian ketiga,
Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka (sekarang Negara
Proklamasi17Agustus1945).
Pada zaman itu Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani di
Kawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan dengan pedagang
pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvusah sebagai pengawas dan
pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang
daganganya ( Keneth R . Hall. 1976 : 75 77)
D. ZamanKerajaanKerajaanSebelumMajapahit
Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan
nilai nilai nasionalisme , telah muncul kerajaan kerajan di Jawa Tengah dan Jawa

Timur secara selisih bergantian. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad
ke VIII yang ikut membantu membangun Candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah
wihara untuk pendeta Budha. Kerajaan Kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi
Borobudur ( Candi agama Budha pada abad ke IX ), dan candi Prambanan ( Candi agama
Hindu pada abad X ).
E. KerajaanMajapahit
Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasaannya pada pemerintah Raja Hayam Wuruk dengan Majapahit Gajah Mada yang
dibantu oleh Laksmana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat
istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah
kita jumpai seloka pertsatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika : yang bunyi
lengkapnya Bhineka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua artinya walaupun berbeda,
namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda.
F. ZamanPenjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama
Islam dan pesatnya di Indonesia. Bersaman dengan itu berkembang pula lah kerajaan
islam seperti Kerajaan Denmark, dan mulailah berdatangan orang , Eropa di Nusantara
mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudiaan diikuti oleh orang orang Spanyol
yang ingin mencari pasal tanaman rempah rempah.
G. Kebangkitan Nasional
Pergerakan nasional di tanah air dilatarbelakangi adanya pergolakan kebangkitan
dari Dunia Timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya sendiri, antara lain dari
Filipina (1898) yang dipimpin oleh Jose Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tunisia
(1905), Sun Yat Zen dari China melawan Jepang (1911) , India yang dipelopori oleh
Nehru dan Mahatma Gandhi melawan Inggris. Adapun di Indonesia pergerakan nasional
yang merupakan kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional) dipelopori oleh dr.
Soetomo dan dr. Wahidin Soediro Hoesodo dengan nama Boedi Oetomo (BO) yang
didirikan pada tanggal 2 Mei 1908. Asas yang digunakan adalah kooperatif serta
bertujuan mengangkat derajat bangsa Indonesia agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Hanya dengan melalui pendidikan cita-cita ini akan tercapai. Setelah itu muncul
pergerakan-pergerakan lain, yakni SDI, SI, Indische Partij dan seterusnya. Pada mulanya
pergerakan-pergerakan itu berasaskan kooperatif, namun perkembangannya berubah
menjadi non kooperatif, awalnya bertujuan hanya berhubungan dengan perdagangan,
sosial, agama dan pendidikan, namun kemudian meningkat menjadi sebuah tuntutan
politik, yaitu Indonesia Merdeka.Tujuan merdeka diekspresikan dengan kata-kata yang
dipelopori oleh kaum muda dari seluruh nusantara, dari Jawa Jong Java, dari Ambon Jong
Ambon, dari Sulawesi Jong Celebes, dari Sumatra Jong Sumatra, sedangkan tokoh-tokoh
pemudanya antara lain Moh. Yamin, Wongsonegoro, dan Kuncoro Probopranoto.
Perjuangan rintisan kesatuan nasional para pemuda dimanifestasikan dalam bentuk ikrar,
maka pada kongres Pemuda ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut

diwujudkan dalam Sumpah Pemuda, berisi : Berbangsa satu, bangsa Indonesia,


berbahasa satu, bahasa Indonesia dan bertanah air satu, tanah air Indonesia, bersama
itu pula dikumandangkan Lagu Indonesia Raya ciptaan W R Supratman..
H. Zaman Penjajahan Jepang
Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda Tiga A, Nippon cahaya
Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia, serta mengaku sebagai saudara
tua Bangsa Indonesia. Dalam perang melawan Sekutu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis
dan Belanda), Jepang mulai terdesak, maka untuk menarik simpati bangsa Indonesia
Jepang menjajikan kemerdekaan. Pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari
ulang tahun Kaisar Jepang Hirohito, beliau memberi hadiah ulang tahun untuk Bangsa
Indonesia, yaitu janji kedua dari pemerintah Jepang berupa Kemerdekaan tanpa syarat
melalui Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di
seluruh Jawa dan Madura), No. 23. Dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut
bangsa Indonesia diperkenankan memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan dianjurkan
untuk berani mendirikan Negara Indonesia Merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang,
yaitu Sekutu yang di dalamnya terdapat kaki tangannya, yaitu NICA (Nitherlands Indie
Civil Administration).
Realisasi janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, berupa dibentuknya suatu
badan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yang diberi nama Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritu Zyunbi
Tyosakai, yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat.
I.

Sidang BPUPKI Pertama

Sidang BPUPKI dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dari tanggal 29


Juni sampai pada tanggal 1 Juni 1945, yang agenda utamanya adalah pemaparan
Rumusan Calon Dasar Negara.
Pemaparan rumusan calon dasar Negara adalah sebagai berikut:
A. Rumusan Moh. Yamin (29 Mei 1945)
Rumusan ini dikemukakan pada sidang BPUPKI yang pertama pada tanggal 29
Mei 1945 oleh Moh. Yamin berupa rumusan calon dasar negara yang berisikan lima dasar
Negara Indonesia merdeka, yakni:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan.
Setelah berpidato mengemukakan rumusan calon dasar Negara Indonesia
merdeka beliau juga mengusulkan tertulis mengenai rancangan UUD RI, dari rancangan
UUD tersebut tercantum rumusan Lima Asas atau Dasar Negara, sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia


3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan Moh. Yamin, beliau tidak mengemukakan rumusan calon dasar
Negara, tetapi hanya mengemukakan teori-teori Negara sebagai berikut:
1. Teori Negara Perorangan (Individualis)
Teori ini diajarkan oleh Thomas Hobbes (abad 17), JJ Rousseau (abad 18), Hebert
Spencer (abad 19) dan H.J Laski (abad 20). Menurut mereka, Negara adalah masyarakat
hukum (legal society) yang disusun atas kontrak (teorinya disebut Kontrak
Sosial/Contract Social) antara seluruh individu dengan pemerintah atau penguasa. Paham
ini banyak dianut oleh negara-negara di Eropa dan Amerika.
2. Paham Negara Kelas atau Teori Golongan (Class Theory)
Teori ini diajarkan oleh Karl Marx, Engels dan Lenin yang mengatakan bahwa
negara adalah alat dari suatu golongan atau kelas (Borjuis) iuntuk menindas kelas yang
lain (Proletar). Negara kapitalis adalah alat kaum borjuis, maka ajaran Marxis
menganjurkan kaum proletar (kaum yang tidak memiliki modal) meraih kekuasaan
dengan jalan ganti menindas kaum borjuis, class action (gerakan massa) atau revolusi.
Paham ini populer dengan istilah Komunis. Paham ini dianut oleh negara China, Kuba,
Korea Utara.
3. Paham Negara Integralistik
Paham ini diajarkan Spinoza, Adam Muller dan Hegel (abad 18-19). Menurut
paham ini Negara bukan menjamin perseorangan atau golongan, tetapi menjamin
kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu persatuan. Negara adalah susunan
masyarakat integral, dengan segala golongan, bagian yang anggotanya saling
berhubungan dan merupakan kesatuan organis. Negara memberi penghidupan bangsa
seluruhnya, negara tidak memihak salah satu golongan/kelompok, yang terpenting bahwa
negara menjaga dan menjamin keselamatan hidup bangsa sebagai suatu persatuan
(Sekretaris Negara, 1995:33).
Di Indonesia dihindarkan adanya dominasi mayoritas dan tirani minoritas. Yang
dimaksud dominasi mayoritas adalah suatu kelompok yang jumlahnya banyak (besar)
memegang peranan penting dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara dan
mengabaikan kepentingan kelompok yang jumlahnya kecil. Misal: jaman Orde Baru
dikenal Partai Golongan Karya sebagai Partai Single Mayority, sehingga di dalam segala
pengambilan keputusan selalu menang. Timbulnya dominasi mayoritas merupakan
kosekuensi logis dari hasil demokrasi. Sedangkan yang dimaksud dengan tirani minoritas,
adalah kelompok yang jumlahnya kecil, tetapi memegang peranan penting, karena segala
kebijakan yang akan diambil mempengaruhi tata kehidupan masyarakat pada umumnya.
Misal: pengambilan keputusan dari Pengusaha, tentang kenaikan harga minyak goreng
akan berpengaruh dalam sektor usaha (ekonomi) masyarakat.

C. Ir Soekarno (1 Juni 1945)


Dalam pidatonya, Ir. Soekarno mengajukan rumusan calon dasar Negara dengan
lima asas yang diberi nama PANCASILA. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan
2. Internationalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan
J. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)
Penyusunan pancasila oleh panitia sembilan, serta pemakaian istilah hukum
dasar diganti dengan undang-undang dasar karena hal ini merupakan hukum retulis atas
saran prof. Soepomo. Serta membahas bentuk negara yang setuju adalah pro republik.
Keputusan-keputusan lain adalah membentuk panitia kecil. Perancang undang-undang
dasar di ketuai olehSoekarno, panitia ekonomi dan keuangan di ketuai oleh Moh. Hatta
dan pembea tahan air di ketuai oleh Abikusno Tjokrosoejono.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan popular disebut
dengan panitia sembilan yang anggotanya adalah sebagai berikut:
1.
Ir. Soekarno
2.
Wachid Hasyim
3.
Mr. Muh. Yamin
4.
Mr. Maramis
5.
Drs. Moh. Hatta
6.
Mr. Soebarjo
7.
Kyai Abdul Kahar Muzakir
8.
Abikoesmo Tjokrosoejoso
9.
Haji Agus Salim
Panitia Sembilan yang diketahui oleh Ir. Soekarno menyetujui Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar, rancangan Preambule UUD, yang bunyinya sebagai berikut:
. Maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar pada: Ketuhanan dengan menjalankansyariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
Beberapa keputusan penting hasil sidang kedua BPUPKI adalah:
1. Pada tanggal 10 Juli 1945 menghasilkan keputusan, yaitu tentang Wilayah
Negara Baru. Ada tiga usulan: a). Daerah Hindia Belanda yang dulu, b). Hindia
Belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara Borneo Inggris), Irian Timur,

Timor Portugis dan pulau-pulau sekitarntya dan c). Hindia Belanda ditambah
Malaya dan dikurangi Irian Barat. Berdasarkan hasil pemungutan suara dari 66
suara , yang memilih kelompok a) berjumlah 19, yang memilih kelompok b) 39
(terbanyak) , yang memilih c) sebanyak 6 suara lain-lain daerah I serta blangko1.
Jadi sebagian besar dari mereka menghendaki Wilayah Indonesia Raya yang
mampu mempersatukan seluruh kepulauan Indonesia.
Keputusan-keputusan yang lain, adalah:
1. Membentuk Panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno
2. Membentuk Panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta
3. Membentuk Panitia pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso
4. Panitia Perancang UUD pada tanggal 14 Juli 1945 melaporkan, bahwa Susunan UUD
diusulkan terdiri atas 3 bagian, yaitu: (a). Pernyataan Indonesia merdeka, berupa dakwaan
di muka dunia atas penjajahan Belanda, (b). Pembukaan yang berisi Dasar Negara
Pancasila dan (c). Pasal-pasal Undang-Undang Dasar.
K. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Pada pertengahan bulan agustus 1945 akan dibentuk PPKI. Untuk keperluan
itu Ir. Soekarno dan Drs. Muh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas
pangilan jendral besar Terauchi. Pada tanggal 9 agustus 1945 Jendral Terauchi
memberikan kepada mereka 3 cap, yaitu :
1. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai wakil dan
Radjiman sebagai anggota
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 agustus 1945
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia di serahkan seperlunya pada panitia.
Sekembaliannya dari saigon 14 agustus 1945, Ir. Soekarno mengumumkan
dimuka umum bahwa bangsa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat
mungkin) dan kemerdekaan bangsa Iindonesia ini bukan merupakan hadiah dari Jepang
melainkan dari hasil perjuangan sendiri.
a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka kesempatan itu dipergunakan
sebaik-baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mempersiapkan
Proklamasi tersebut maka pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke rumah
Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No.1).
Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada
larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti
Melik, Dr.Buntaran, Mr. Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk
merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep
Soekarno lah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur
56 Jakarta, tepat pada hari Jumat Legi, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (Jam 11.30

waktu jepang), Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah
Proklamasi dengan khidmad dan diawali dengan pidato, sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Halhal yeng mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta
b. Sidang PPKI
Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama.
1.
Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai
berikut :
Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :
Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari badan penyilidik pada
tanggal 17 juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai undang-undang dasar 1945.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan Musyawarah
darurat.

a. Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945


Pebedaan terjadi antara golongan muda dan dolongan muda tentang kapan
pelaksanaan proklamasi. Oleh karena iti perbedaan memuncak dan menyebabkan
soekarno hatta ke rengas dengklok agar tidak mendapat pengaruh jepang. Kemudian oada
pagi hari tanggal 17 agustus 1945 di jalan penggasan timur 56 jakarta, bung karno di
damopingi oleh bung hatta membacakan teks proklamasi.
b. Sidang PPKI
i. Sidang pertama (18 agustus 1945)
Dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan berikut :
Mengesahkan UUD 1945 meliputi :
1. Setelah melakukan perubahan piagam jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai pembukaan UUD 1945
2. Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima dari badan
penyelidik pada tanggal 17 juli 1945, mengalami perubahan karena berkaitan

dengan perubahan piagam jakarta dan kemudian berfungsi sebagai UUD


1945.
Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama menetapkan berdirinya
komite nasional indonesia pusat sebagai badan musawarah darurat.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai Badan
Musyawarah darurat.

ii. Sidang kedua (19 agustus 1945)


Menentukan ketetapan sebagai berikut :
Tentang daerah propinsi : jawa barat, jawa tengah, jawa timur, sumatra, borneo,
sulawesi, maluku dan sunda kecil.
Untuk sementara waktu kedudukan kooti dan sebagainya di teruskan seperti
sekarang.
Untuk sementara waktu kedudukan dan gemeente diteruskan seperti sekarang dan
di bentuknya 12 departemen kementrian.
1. Departemn Luar negeri
2. Departemen Dalam Negeri
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Keuangan
5. Departemen Kemakmuran
6. Departemen Kesehatan
7. Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan
8. Departemen Sosial
9. Departemen Pertahanan
10. Departemen Penerangan
11. Departemen Perhubungan
12. Departemen Pekerjaan Umum

iii.

Sidang ketiga (20 agustus 1945)

Melakukan pembahasan terhadap agenda tentang badan penolong korban


perang yang terdiri dari 8 pasal tersebut yaitu pasal 2 dibentuklah suatu badan yang
disebut Badan Keamanan Rakyat BKR.
iv.

Sidang keempat (22 agustus 1945)

Pada sidang yang keempat ini mengagendakan pembahasan tentang Kedudukan


KNIP, hasil keputusannya KNIP Pusat berkedudukan di Jakarta.
L. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Secara ilmiah masa Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian
sebagai berikut :
a. Dari sudut hukum ( secara yuridis) proklamasi merupakan saat tidak berlakunya
tertib hukum kolonial.

b. Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia


terbebas dari penjajahan bangsa asing melalui kedaulatan untuk menentukan
nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi Republik Indonesia.
Setelah prokamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia
masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya menanamkan kembali kekuasaan
Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk mengakui pemerintahan Nica ( Netherland
Indies Civil Administration). Selain itu Belanda juga secara licik mempropagandakan
kepada dunia luar bahwa negara Proklamasi RI. Hadiah pasis Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia Internasional, maka pemerintah
RI mengelurkan tiga buah maklumat :
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku
selama enam bulan). Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan
tersebut kepada MPR dan DPR yang semula dipegan oleh Presiden kepada KNIP.
b. Maklumat pemerintah tanggal 03 Nopember 1945, tantang pembentukan partai
politik yang sebanyakbanyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari
anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri demokrasi adalah multi partai.
Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat menilai bahwa negara
Proklamasi sebagai negara Demokratis
c. Maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya maklumat ini
mengubah sistem kabinet Presidental menjadi kabinet parlementer berdasarkan
asas demokrasi liberal.

Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Sebagai hasil dari konprensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani suatu
persetujuan (mantel resolusi) Oleh ratu belanda Yuliana dan wakil pemerintah RI di Kota
Den Hag pada tanggal 27 Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis anakanak persetujuan hasil KMB lainnya dengan konstitusi RIS, antara lain :
a. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (fderalis) yaitu 16 Negara pasal
(1 dan 2)
b. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi liberal
dimana mentri-mentri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
c. Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi
pembukaan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi
yang terinci.
Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh
karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan
melainkan pemulihan kedaulatan atau pengakuan kedaulatan.

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950


Berdirinya negara RIS dalam Sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai
suatu taktik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 taitu negara persatuan dan kesatuan
sebagaimana termuat dalam alinea IV, bahwa pemerintah negara....... yang melindungi
segenap bangsa Indoneia dan seluruh tumpah darah negara Indonesia ..... yang
berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara
spontan dan rakyat untuk membentuk negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan
Negara Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta, walaupun pada saat itu Negara RI
yang berpusat di Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai negara bagian RIS saja.
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara bagian saja
yaitu :
1. Negara Bagian RI Proklamasi
2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur (NST)
Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negaraRI tanggal 19 Mei 1950,
maka seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan Konstitusi Sementara yang
berlaku sejak 17 Agustus 1950.
Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita
Proklamasi, Pancasila dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada
Pemerintah yang berasas Demokrasi Liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan
penyimpangan terhadap Pancasila. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem multi partai dan kabinet Parlementer berakibat silih bergantinya kabinet
yang rata-rata hanya berumur 6 atau 8 tahun. Hal ini berakibat tidak mempunyai
Pemerintah yang menyusun program serta tidak mampu menyalurkan dinamika
Masyarakat ke arah pembangunan, bahkan menimbulkan pertentangan pertentangan,
gangguan - gangguan
keamanan
serta
penyelewengan penyelewengan dalam masyarakat.
b. Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil
mendekati perumusan otentik Pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai
Declaration of Independence bangsa Indonesia. Demikian pula perumusan
Pancasila dasar negara juga terjadi penyimpangan. Namun bagaimanapun juga
RIS yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dari negara Republik Indonesia
Serikat.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Pada pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan
keinginan masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada politik, social
,ekonomi, dan hankam. Hal ini disebabkan oleh konstituante yang seharusnya membuat

UUD negara RI ternyata membahas kembali dasar negara, maka presiden sebagai badan
yang harus bertanggung jawab mengeluarkan dekrit atau pernyataan pada tanggal 5 Juli
1959, yang isinya :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan kembali UUDS 45 dan tidak berlakunya kembali UUDS50
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara
Republik Indonesia hingga sat ini.
Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi(kepala negara atau orang lain)
yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila
negara dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya.
Landasan mukum dekrit adalah Hukum Daruratyang dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Hukum Tatanegara Darurat Subyektif
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi
wewenang kepada orang tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.
b. Hukum Tatanegara Darurat Objektif
Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang
memberikan wewenang kepada organ tertinggi negara untuk mengambil tindakantindakan hukum, tetapi berlandaskan konstitusi yang berlaku.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil,
keadaan ini dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideology
belum selesai. Ideology pada saat itu dirancang oleh PKI dengan ideology Manipol
Usdek serta konsep Nasakom. Puncak peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30
September 1965 untuk merebut kekuasaan yang sah negara RI, pemberontakan ini
disertai dengan pembunuhan para Jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI
tersebut berupaya untukmenggabti secara paksa ideology dan dasar filsafat negara
Pancasila dengan ideology komunis Marxis. Atas dasar tersebut maka pada tanggal
1Oktober 1965 diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Masa Orde Baru


Orde Baru, yaitu suatu tatanan masyrakat dan pemerintahan yang menutut
dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Munculnya orde
baru diawali dengan aksi-aksi dari seluruh masyarakat antara lain : Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),
Kesatuan Aksi guru Indonesia (KAGI), dan lainnya. Aksi tersebut menuntut dengar tiga
tuntutan atau yang dikenal dengan Tritura, adapun isi tritura tersebut sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
2. Pembersihan kabinet dari unsur G 30 S PKI
3. Penurunan harga

Karena orde lama tidak mampu menguasai pimpinan negara, maka Panglima
tertinggi memberikan kekuasaan penuh kepada Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral
Soeharto dalam bentuk suatu surat yang dikenal dengan surat perintah 11 Maret
1966 (Super Semar). Tugas pemegang super semar yaitu untuk memulihkan keamanan
dengan jalan menindak pengacau keamanan yang dilakukan oleh PKI. Orde Baru
berangsur-angsur melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan pembangunan
nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang
artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau
wisdom.Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
1. Filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan,ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran
dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran
atau sistem filsafat tertentu.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat
Filsafat sebagai suatu proses,yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk
suatu akftivitas berfilsafat,dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.

Adapun

cabang-cabang

filsafat

yang

pokok

adalah

sebagai

berikut:

1. Metafisika,membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis.


2. Epistemologi,yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi,yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan
4. Logika,yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir.
5. Etika,berkaitan dengan moralitas,tingkah laku manusia.
6. Estetika,berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pengertian Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan ,saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sistem lazimnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis


Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan dasar
filsafatnegara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu
asas peradaban. Namun demikian silasila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan
keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya setiap
silatidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya serta diantara sila satu
danlainnya tidak dapat saling bertentangan. Oleh karena sila-sila Pancasila
merupakan penjelmaan hakikat manusia monopluralis yang merupakan kesatuan
organism aka sila-sila Pancasila juga memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Susunan
Pancasila
adalah
hierarkhis
dan
berbentuk
piramidal.
Pengertianmatematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi
sila-silaPancasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi (kualitas).
Kalaudilihat dari intinya urut-urutan lima sila menunjukan suatu rangkaian tingkat
dalamluasnya da nisi sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya.
Secaraontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan Pancasila yaitu:
Tuhan,manusia, satu, rakyat dan adil (Notonagoro, 1975:49)

Rumusan Pancasila yang Bersifat Kierarkhis dan Berbentuk Piramidal

1. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan serta
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwaioleh
sila Ketuhanan yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila persatuanIndonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, serta keadilan social bagi seluruh rakyatIndonesia.
3. Sila ketiga: persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhananyang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwaisila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.
4. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuanIndonesia, serta meliputi dan menjiwai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5. Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputidan
dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adildan
beradab,
persatuan
Indonesia,
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi


dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan
sila-sila
Pancasila
yangMajemuk
Tunggal hierarkhis
Piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaks
udkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya. Adapun rumusan
kesatuansila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab,
berpersatuan Indonesia,
berkerakyatan yang
dipimpin
oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah ber-Ketuhanan yangMaha
Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin olehhikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilansosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila
Persatuan
Indonesia
adalah
ber-Ketuhanan
yang
Maha
Esa, berkemanusiaan yangadil dan beradab, berkerakyatan yangdipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan adalah ber- Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berk
eadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah berKetuhananyang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuanIndonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijak
saandalam permusyawaratan/perwakilan (Notonagoro, 1975:43,44)
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasarepistemologis serta aksiologis dari sila-sila Pancasila.secara filosofis Pancasila
sebagaisuatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan
dasaraksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya
misalnyamaterialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham
filsafat didunia.

1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila


Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia, hal ini
dapatdijelaskan sebagai berikut: bahwa yang berketuhanan yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yan
gdipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manuia (Notonagoro, 1975:23). Manusia
sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memilikihal-hal yang
mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat
manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat
manusia sebagaI makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha
Esa.
Oleh
karena
kedudukan
kodrat
manusia
sebagai
makhluk
pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara hierarkhis sila perT
ama Ketuhanan yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila yang
lainnya (Notonagoro, 1975:53).
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya
yaitu filsafat Pancasila (Soeryanto, 1991:50). Oleh karena itu dasar epistemologis
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Jika
manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila, maka dengan demikian mempunyai
implikasi terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan epistemologi yang
ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia (Pranaka, 1996: 32).Terdapat tiga

persoalan yang mendasar dalam epistemology yaitu: pertama tentang sumber


pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga
tentang watak pengetahuan manusia (Titus, 1984:20). Persoalan epistemologi dalam
hubungannya dengan Pancasila dapat dirinci sebagai berikut. Sumber pengetahuan
Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari
bangsa lain, bukan hanya merupakan perenungan serta pemikiran seseorang atau
beberapa orang saja namun dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia dalam
mendirikan negara. Oleh karena sumber pengetahuan Pancasila adalah bangsa Indonesia
sendiri yang memiliki nilai-nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius maka
diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-sila Pancasila dengan Pancasila sendiri
sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi.
3.

Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai
macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Banyak pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan nilai dan
penggolongan tersebut amat beraneka ragam tergantung pada sudut pandangnya masingmasing. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat digolongkan menjadi empat
tingkatansebagai berikut:
1. Nilai-nilai kenikmatan
berkaitan dengan indra manusia sesuatu yangmengenakan dan tidak mengenakan.2.
2. Nilai-nilai kehidupan
misalnya kesegaran jasmani, kesehatan, sertakesejahteraan umum.3.
3. Nilai-nilai kejiwaan
antara lain keindahan, kebenaran dan pengetahuanmurni yang dicapai dalam filsafat.4.
4. Nilai-nilai kerohanian
dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai dari yang suci (Driyarkara, 1978).
Menurut Notonagoro dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Nilai material, segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untukmengadakan
suatu
aktivitas atau kegiatan.
3. Nilai-nilai kerohanian, segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia, yang di
bedakan atas empat tingkatan:
a. Nilai kebenaran, bersumber pada akal, rasio, budi atau ciptamanusia.
b. Nilai keindahan atau estetis, nilai yang bersumber pada perasaanmanusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral, bersumber pada unsur kehendakmanusia.
d. Nilai religius, merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.Berhubungan
dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan nilai ini bersumber pada
wahyu yang berasal dari Tuhan yangMaha Esa.
Hakikat Pancasila adalah merupakan nilai, adapun sebagai pedoman
negara adalahmerupakan norma adapun aktualisasi atau pengamalannya adalah
merupakan realisasi kongkrit Pancasila. Substansi Pancasila dengan kelima silanya yang

terdapat pada ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan merupakan


suatu sistem nilai. Nilai nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan merupakan
cita-cita, harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam
kehidupannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia
agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta
raharja, dengan penuh harapan diupayakan terrealisasi dalam sikap tingkah laku dan
perbuatan setiap manusia Indonesia.
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Nega

raRepublik Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup
bangsaIndonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat dan utuh,hierarkhis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila
merupakan suatusistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan terpisah-pisah dan
memiliki maknasendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang utuh.Selain
itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dansubjektif.
Artinya
esensi
nilai-nilai
Pancasila
adalah
bersifat
universal
yaitu
Ketuhanan,Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Sehingga dimungkinkan
dapat diterapkan pada negara lain walaupun barangkali namanya bukan Pancasila.
Artinya jikalausuatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara Berketuhanan,
Berkemanusiaan,Berpersatuan, Berkerakyatan dan Berkeadilan, maka negara tersebut
pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila Pancasila. Nilainilai Pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar sertamotivasi
atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan
kenegaraan. Dengan perkataan lain bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das Sollen
ataucita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das
Sein.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung
empat pokok pikiranyang jika dianalisis makna yang terkandung di dalam nya tidak lain
adalah merupakanderivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
1. Bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu Negara yangmelindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,mengatasi segala paham
golongan maupun perseorangan (Sila ke-3).
2. Bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruhrakyat
Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkankesejahteraan umum
bagi seluruh warga negara, mencerdaskankehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial (Sila ke-5).

3. Bahwa negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan


dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunjukan bahwa negaraIndonesia
adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan ditangan rakyat(Sila ke-4).
4. Bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa menurutdasar
kemanusiaan
yang
adil
dan
beradab.
Hal
ini
mengandung
arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban semua agamadalam
pergaulan hidup negara (Sila ke-1 dan 2).
E. Inti Sila-sila Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawan tahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yangMaha Esa.
Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan
negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hakasasi warga
negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjungtinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu
dalamkehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan negara
harusmewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama
hak-hakkodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan negara. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung
nilai suatukesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang di dasarkan pada potensi
budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada
umumnya baikterhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan
sebagai makhluk yang berbudaya bermoral dan beragama.
3. Sila Persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara
elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan
maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia
dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya
negara beraneka ragamtetapi tetap satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang
dituliskan dalam seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan
menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan
bersama.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan DalamPeremusyawa
ratan/Perwakilan

Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara
adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang
secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Nilainilai keadilan yang harus terwujud dalam dalalm hidup bersama adalahmeliputi
(1)
keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan negara terhadap warganya, dalam arti
pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu
suatuhubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undanganyang berlaku dalam negara. (3) keadilan komutatif, yaitu suatu
hubungan keadilan antarawarga satu dengan lainnya secara timbal balik.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
A. Pengantar
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan nilai, sumber
dari segala penjabaran norma. Dalam filsafat Pancasila terkandung suatu pemikiranpemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis, dan komperhensif. Sebagai
suatu nilai, Pancasila memberi dasar yang bersifat fundamental dan universal. Norma
tersebut meliputi:
Norma moralyaitu berkaitan dengan tingkah laku manusia.
Norma hukum yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Atas dasar pengertian inilah nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari bangsa
Indonesia sendiri atau Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai
Pancasila.

Pengertian Etika
Etika masuk pada kelompok filsafat praktis yang dibagi menjadi 2, yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana untuk mengambil

sikap yang bertanggung jawab terhadap ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip dalam hubungannya diberbagai aspek kehidupan
(Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi 2, yaitu:
Etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri.
Etika social membahas tentang kewajiban manusia terhadap lingkungan
masyarakat.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
B. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral
1. Pengertian Nilai
Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak
yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya
suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai/melakukan penilaian (Frankena, 229)
Dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi,
nilai pada hakikatnya adalah sifat/kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek
itu sendiri. Ada nilai itu karena adanya kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wartager).
Berbicara tentang nilai berarti berbicara tentang das Sollen, bukan das Sein, yang artinya
bahwa das Sollen harus menjelma menjadi das Sein, yang ideal harus menjadi real, yang
bermakna normatif harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari (Kodhi, 1989:21).
2. Hirearki Nilai
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama luhurnya dan
sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan dalam 4 tingkatan,
yaitu:
1. Nilai-nilai kenikmatan; terdpat deretan nilai-nilai yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan (die Wertreihe des Angenehmen und Ungangehmen)
2. Nilai-nilai kehidupan; terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan (Werte
des vitalen Fuhlens)
3. Nilai-nilai kejiwaan; terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama
sekali tidak bergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
4. Nilai-nilai kerohanian; terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci
(wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen).
Walter G. Everet menggolongkan nilai manusiawi ke dalam 8 kelompok, yaitu:
1. Nilai-nilai ekonomis
2. Nilai-nilai kejasmanian
3. Nilai-nilai hiburan
4. Nilai-nilai sosial
5. Nilai-nilai watak
6. Nilai-nilai estetis
7. Nilai-nilai intelektual

8. Nilai-nilai keagamaan
Notonegoro membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani &
ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi mnausia untuk dapat
mengadakan kegiatan/aktivitas
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Rohani
ini dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Nilai kebenaran yang berasal dari akal
b. Nilai keindahan/nilai estetis yang berasal dari unsur perasaan
c. Nilai kebaikan/nilai moral yang berasal pada unsur kehendak
d. Nilai religious yang berasal dari kepercayaan/keyakinan manusia.
Menurut N. Rescher, pembagian nilai berdasarkan pembawa nilai (trager), hakikat
keuntungan yang diperoleh, dan hubungan antara pendukung nilai dan keuntungan yang
diperoleh.

Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis


a. Nilai Dasar
Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan ojektif segala
sesuatu.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupaka suatu sistem yang perwujudannya tidak boleh menyimpang dari
sistem tersebut. Nilai ini merupakan penjabaran dari nilai instrumental dalam suatu
kehidupan yang nyata.

3.

Hubungan Nilai, Norma, dan Moral

Nilai bersifat subjektif dan objektif. Bersifat subjektif apabila nilai tersebut
diberikan oleh subjek (dalam hal ini manusia sebagai pendukung pokok nilai) dan bersifat
objektif apabila nilai tersebut melekat pada sesuatu (terlepas dari penilaian manusia).
Wujud dari sutau nilai adalah norma. Moral merupakan suatu ajaran bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak dengan sebaik-baiknya. Istilah moral mengandung integritas
dan martabat pribadi manusia sehingga derajat manusia tersebut ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya.
C. Etika Politik

Etika politik berkaitan dengan moral manusia. Hal ini berdasarkan pada
kenyataan moral selalu menunjuk pada manusia sebagai subjek etika. Walaupun
hubungannya dengan masyarakat bangsa atau negara, etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia.
Hal ini didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan
berbudaya. Aktualisasi etika politik senantiasa berdasarkan pada harkat dan martabat
manusia sebagai manusia (Suseno, 1987:15).
1. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata Politics yang bermakna bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan dan
pelaksanaan tujuan. Untuk melaksanakan kebijaksanaan diperlukan suatu kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority).
2. Dimensi Politis Manusia
a. Manusia sebagai Makhluk Individu-Sosial
Dasar filosofis dalam Pancasila mendasarkan hakikat kodrat manusia adalah
bersifat monodualis, yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini
dikarenakan manusia tidak bisa hidup mandiri, selalu bergantung pada orang lain.
b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Dimensi politis kehidupan manusia mempunyai 2 segi fundamental, yaitu
pengertian dan kehendak untuk bertindak. Penataan efektif masyarakat adalah
penataan yang de fakto, yaitu penataan yang berdasarkan kenyataan menentukan
kelakuan masyarakat. Maka dari itu, etika politik berkaitan dengan objek forma etika,
yaitu tinjauan berdasarkan prinsip-prinsip dasar etika, terhadap objek material politik
yang meliputi legitimasi negara, hukum, kekuatan, serta penilaian kritis terhadap
legitimasi-legitimasi tersebut.
3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, berkaitan dengan legitimasi moral.


Sila 2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, merupakan sumber nilai-nilai
moralitas dalam kehidupan negara. Negara pada prinsipnya adalah persekutuan
hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Sila 3 Persatuan Indonesia, bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia
di dunia hidup secara bersama dalam suatu wilayah tertentu dengan suatu citacita dan prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.
Sila 4 Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan, negara adalah berasal dari rakyat dan segala
kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat.

Sila 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Negara Indonesia


adalah negara hukum. Oleh karena itu, keadilan dan hidup bersama merupakan
tujuan dalam kehidupan negara.

BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Kemajuan alam pikir manusia sebagai individu maupun kelompok telah
melahirkan persamaan pemikiran dan pemahaman kearah perbaikan nilai-nilai hidup
manusia itu sendiri. Paham yang mendasar dan konseptual mengenai cita-cita hidup
manusia merupakan hakikat ideologi. Dijadikannya manusia bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa didunia ternyata membawa dampak kepada ideologi yang berbedabeda sesuai dengan pemikiran, budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai yang melekat dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
Indonesia terlahir melalui perjalanan yang sangat panjang mulai dari masa
kerajaan Kutai sampai masa keemasan kerajaan Majapahit serta munculnya kerajaankerajaan Islam. Kemudian mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kondisi ini
telah menimbulkan semangat berbangsa yang satu, bertanah air satu dan berbahasa satu
yaitu Indonesia. Semangat ini akhirnya menjadi latar belakang para pemimpin yang
mewakili atas nama bangsa Indonesia memandang pentingnya dasar filsafat negara
sebagai simbol nasionalisme.
Kajian pengetahuan proses terjadinya Pancasila dapat ditinjau dari aspek
kausalitasnya dan tinjauan perspektifnya dapat dibedakan menjadidua yaitu : aspek asal
mula langsung dan aspek asal mula tidak langsung.
1. Asal Mula Langsung

Asal mula langsung tentang pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang
proklamasi kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung pancasila tersebut menurut
Notonagoro (1975) adalah sebagai berikut.
a. Asal Mula Bahan atau Kausa Materialis dalah bahwa Pancasila bersumber dari
nilai-nilai adat istiadat, budaya dan nilai religius yang ada dalam kehidupan
sehari hari masyarakat Indonesia.
b. Asal MulaBentuk atau Kausa Formalis adalah kaitan asal mula bentuk, rumusan
dan nama Pancasila sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang
merupakan pemikiran Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan para anggota BPUPKI.
c. Asal Mula Karya atau Kausa Effisien adalah penetapan Pancasila sebagai calon
dasar negara menjadi dasar negara yang sah oleh PPKI.
d. Asal Mula Tujuan atau Kausa Finalis adalah tujuan yangdiinginkanBPUPKI,
PPKI termasuk didalamnya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari rumusan
Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI menjadi Dasar Negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup
sehari-hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
Nilai Ketuhanan
Nilai Kermanusiaan
Nilai Persatuan
Nilai Kerakyatan
Nilai Keadilan
b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara
yaitu :
Nilai adat istiadat
Nilai kebudayaan
Nilai religious
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal
mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa
paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara
Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA

Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta
dimensi masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang
berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya sama.
a. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai
kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar
manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut
sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai
ideologi negara.
b. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar
1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.

c. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup dan budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa
Indonesia.
a. Pengertian Ideologi
Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai
cita-cita. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan,
ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :
1.BidangPolitik
2.BidangSosial
3.BidangKebudayaan
4.BidangKeagamaan
Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup


Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang membenarkan
pengorbanan masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita tertentu melainkan
sebuah tuntutan bagi rakyatnya. Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran
terbuka yang tidak hanya dibenarkan, dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari
pihak luar melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatitusendiri.

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif


Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara
sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam
masyarakat. Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan transformasi
sosial besar-besaran emnuju bentuk tertentu.
d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi
seperti liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme
bersumber kepda aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.
C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA
IDEOLOGI BESAR LAINNYA DI DUNIA

DENGAN

PAHAM

Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan
kemerdekaan individu yang berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu
lain.
Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka
bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu
yang karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini
mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan,
Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.
1. Paham Negara Persatuan
Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah,
dan kedaulatan pemerintah.
Bhineka Tungga lIka
Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang

memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang
berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun
keseluruhannya merupakan suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
2. Paham Negara Kebangsaan
Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian
ini disebut sebagai negara.
a. Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu
totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana
terjadipadabangsasosialiskomunis.
b. Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :

1. Teori Hans Kohn


Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan
kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir serta akar yang
terbentuk melalui suatu proses sejarah.
2. Teori Kebangsaan Ernest Renan
Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :
a. Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.
b. Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.
c. Bangsa bukan sesuatu yang abadi.
d. Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
3. Teori Geopolitik Frederich Ratzel
Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan wilayah
geografis dengan bangsa.
4. Negara Kebangsaan Pancasila
Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Kesatuan Sejarah
b. Kesatuan Nasib
c. Kesatuan Kebudayaan
d. Kesatuan Wilayah
e. KesatuanAsasKerohanian
c. Paham Negara Integralistik
Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian
ini, Indonesia dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai
suatu bangsa yang merdeka.

Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya adalah


sebagai berikut:
1. Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
2. Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan
lainnya.
3. Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
4. Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
5. Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap kepentingan
seseorang sebagai pusat.
6. Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja namun
menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
7. Negara
menjamin
keselamatan
hidup
bangsa
seluruhnya.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang
Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka,
bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula
setiap warganya juga berKetuhanan Yang Maha Esa.
1. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat
kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan
dasar untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi
masyarakat dan penyelenggara negara.
2. Hubungan Negara dan Agama
Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat
dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai
manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk
mencapai tujua bersama. Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan
manusia karena manusia adalah sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan
oleh dasar ontologis setiap individu.
Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila
Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :
Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan
konsekuensi setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah
sesuai agama masing-masing.
Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar
pemeluk agama tertentu.
Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.
Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi


Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman
Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas
firman Tuhan.
Negara Theokrasi Langsung
Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung sebagai
upaya memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam
negara.
Negara Theokrasi Tidak Langsung
Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara
atau
Raja
yang
memerintah
negara
atas
kehendak
Tuhan.
Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme
Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Bentuk,
sistem segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekularisme
bepandanagn bahwa masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa
Tuhan.
5. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan
Yang Adil dan Beradab
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia.
Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan
yang Chauvimisme.
6. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat
dirinci sebagai berikut :
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan
dan hak yang sama.
Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
kepentingan negara dan masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada
dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.
7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan social
Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus
mengakui dan melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam
masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang
meliputi 3 hal :
a. Keadilan Distributif
b. Keadilan Legal
c. Keadilan Komutatif

Ideologi Liberal

Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang
disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur
fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan
sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat
adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun negara,
bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi
individu.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme


Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.

Ideologi Sosialis Komunis


Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia sebagai
makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan
kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada
hakkolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada.

Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme


Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis,
melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah
materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.

BAB VI
PANCASILA
DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya,
seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilainilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu
Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar
negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga
negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD
1945, disahkan oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasalpasal UUD 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan,
namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.
1. Pembukaan

UUD

1945

sebagai

Tertib

Hukum

Tertinggi

Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia
memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a. Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b. Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a. Adanya kesatuan subjek
b. Adanya kesatuan asas kerohanian

c. Adanya kesatuan daerah


d. Adanya kesatuan waktu
3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
a. Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal
tertntu sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya.
b. Dari segi isinya
Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan Negara
2) Ketentuan diadakannya UUD Negara
3) Bentuk Negara
4) Dasar filsafat Negara
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara
Republik Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi yang
terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu hukum
memenuhi syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental.
5. Tujuan Pembukaan UUD 1945
1. Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah
selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral
bangsa Indonesia untuk merdeka.
2. Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan
kemerdekaan yaitu terpeliharanya secara ungguh-sungguh kemerdekaan dan
kedauatan negara, kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadlian hukum dan
moral bagi diri sendiri dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang
berkeadlian.
3. Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan
dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia yang luhur
dan suci dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar
tertentu sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu
dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara Indonesia.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945
C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945
Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD
1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa
sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari
Pembukaan dalam arti sebenarnya.
D. HUBUNGAN

PEMBUKAAN

UUD

1945

DENGAN

PANCASILA

Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat
Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal
balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.
E. HUBUNGAN

PEMBUKAAN

UUD

1945 DENGAN

PROKLAMASI

Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung
dalam pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.

UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA


A. Pendahuluan
Indonesia menjadikan Pancasila dan Undang- Undang Dasar sebagai pedoman
dalam melaksanakan pemerintahan. Keduanya berisi nilai- nilai yang dibutuhkan
Indonesia demi mencapai kesejahteraan dan memberikan keadilan, kenyamanan serta
keamanan kepada rakyatnya.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang Undang- Undang Dasar
Negara Indonesia. UUD berisi tentang hukum- hukum yang mengatur segala aspek
pemerintahan yang tidak mudah berubah. Maksudnya untuk merubah atau membuat UUD
harus melewati proses- proses yang panjang.
UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan
kerangka dan tugas- tugas pokok dari badan- badan pemerintahan suatu Negara dan
menentukan pokok pokok cara kerja badan- badan pemerintahan tersebut.
Pengertian hukum dasar ada dua macam yaitu: hukum dasar tertulis (undang-undang
dasar) dan hukum dasar tidak tertulis (convensi)
1.

Hukum dasar tertulis (undang- undang dasar)


Disebut dengan hukum dasar tertulis karena sifatnya yang tertulis, maka undang-

undang dasar itu rumusanya tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut
E.C.S wade dalam bukunya constitutional law. Undang-undang dasar menurut sifat dan
fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintah suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badanbadan tersebut.
Dalam penjelasan undang-undang dasar 1945 disebut bahwa undang-undang dasar 1945
bersifat singkat. Undang-undang dasar 1945 hanya memuat 37 pasal, adapun pasal-pasal
lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung makna:
a) Telah cukup jikalau undang-undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.
Hanya memuat garis-garis besar intruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain
penyelanggara untuk menyelenggarakan Negara, untuk menyelenggarakan
kehidupan Negara dan kesehjateran social.

b) Sifatnya yang supel (elastis) di maksutkan bahwa kita senantiyasa harus ingat
bahwa masyarakat itu harus teruz berkembang, dinamis. Negara Indonesia akan
erus tumbuh berkembeng seiring dengn perubahan jaman.

Menurut Padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat dikelompokan menjadi dua


macam yaitu:
a.

Penyelenggaran kehidupan Negara.

b.

Penyelenggaran kesehjahteran social.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka sifat-sifat undang-undang dasar 1945


adalah:
a. Karna sifatnya tertulis maka rumusnya jelas merupakan suatu hukum positif yang
menyingkat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun mengikat bagi
setiap warga Negara.
b. Undang-undang dasar 1945 bersifat singkst memuat aturan-aturan yaitu, memuat
aturan-aturan pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengn
perkembang jaman serta memuat hak-hak asai manusia
.
2.

Hukum dasar yang tak tertulis (convensi)

Convensi yaitu hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelnggaran Negara. Meskipun sifatnya tidak tertulis
convensi mempunyai sifat-sifat yaitu:
a. Merupakan kebiasan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek dan
penyelenggarn Negara.
b. Tidak bertentang dengn undang-undang dasar dan berjaln sejajar.
c. Diterima oleh seluruh rakyat.
d. Bersifar sebagai pelengkap,sehinga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar
yang tidak terdapat dalam UUD.
3.

Konstitusi

Konstitusi berasal dari bahasa Inggris constitution atau dari bahasa Belanda
constitutie. Terjemahan dari istilah tersebut adalah UUD.
Pengertian konstitusi dalam praktek ketata negaraan umumnya mempunyai arti:
a.

Lebih luas dari pada UUD.

b.

Sama dengn penertian UUD.

4.

Stuktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945

a. Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan Dalam UUD 1945 Hasil


Amandemen 2002.
Secara filosofis bahwa demokrasi Indonesia mendasarkan pada rakyat adalah sebagai asal
mula kekuasaan Negara dan sekaligus sebagai tujuan kekuasaan Negara. Rakyat
merupakan panjelmaan sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk social,
oleh karna itu dalm pengertian demokrasi kebebasan individu harus diletakkan dalam
kerangka tujuan bersama, bukan bersifat liberal yang hanya mendasarkan pada kebebasan
individu saja dan juga bukan demokrasi klass.
Secara umum didalam sistem pemerintahan yang demokratis senantiasa mengandung
unsur-unsur yang paling penting dan mendasar yaitu:
Keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik.
2) Tingkat persamaan tertentu diantara warga Negara.
3) Tingkat kebebasan atau kemerdekan tertentu yang di akui dan dipakai oleh warga
Negara.
4) Suatu sistem perwakilan.
5) Suatu sistem pemilihan kekuasan mayoritas.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut maka demokrasi mengandung ciri yang merupakan
patokan yaitu setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga Negara seharusnya terlibat
dalam hal tertentu,dalam bidang pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan melalui wakil pilihan mereka. Ciri lain yang
tidak boleh di abaikan adalah adanya keterlibatan atau partisipasi warga Negara baik
langsung maupun tidak langsung didalam proses pemerintahan Negara.
b.

Sistem pemerintahan Negara menurut UUD hasil amandemen 2002[8] sistem

pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi menjadi tujuh yaitu:


1) Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat).
2) Sistem konstitusional.
3) Kekeuasan Negara yang tertinggi ditangan rakyat.
4) Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi disamping MPR
dan DPR.
5) Prsiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6) Mentri Negara ialah pembantu presiden, mentri tidak bertangung jawab kepada dewan
perwakilan rakyat.
7) Kekuasaan kepada Negara tidak terbatas.

c. Negara Indonesia adalah Negara hukum menurut penjelasan UUD 1945, Negara
Indonesia adalah Negara hukum, Negara hukum yang berdasarkan pancasila dan bukan
atas kekuasaan.
Cirri-ciri suatu Negara hukum:
1) Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persaman dalam bidang
politik, hukum, social, ekonomi dan kebudayaan.
2) Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak.
3) Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa kekuatan hukumnya dapat di pahami,
dapat di laksankan dn aman dalam melaksanakanya.
5. Hukum Antara Lembaga-lembaga Negara Berdasarkan UUD 1945[9]
a. Hubungan antara MPR dan Presiden.
majelis pemusyawaratan rakyat sebagai pemegang kekuasan tinggi sebagai wakil
rakya sesuai dengan UUD 1945 (pasal 1 ayat 2). Hal ini berdasarkan ketentuan dalam
UUD 1945 bahwa Presiden maupun MPR dipilih langsung oleh rakyat, pasal 2 ayat 1 dan
pasal 6 ayat 1.
Perlu dipahami bahwa Presiden tidak diangkat oleh MPR, maka presiden tidak
bertanggungjawab kepads MPR, melainkan kepada rakyat Indonesia sesuai dengan UUD.
b. Hubungn antara MPR dan DPR.
Anggota DPR seluruhnya merangkap MPR, maka MPR menggunakan DPR
sebagai tangan kanannya dslm melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh presiden sebagai mana ditetapkan oleh MPR.
MPR mempunyai tugas yang sangat luas, melalui wewenang DPR, MPR mengmudikan
pembuatan UUD serta peraturan-peraturan lainya agar UUD serta peraturan-peraturan itu
sesuai UUD 1945. Melalui wewenang DPR juga menilai dsn mengawasi wewenang
lembagaga lainya.
c. Hubungan antara DPR dan Presiden.
Sebagai sesama lembaga dan sesame anggota badan legislative maka DPR dan Presiaden
bersama.
1) Membuat UUD (pasal 5 ayat 1, 20 dan 21)
2) Menetapkan UUD tentang anggaran, pendapatan dan belanja Negara (pasal 23 ayat 1)
Bentuk kerja sama antara DPR dan presiden mengingkari patner legislatifnya.
Presiden harus memprihatikan, mendengarkan perkonsultasi dan dalam banyak hal,

memberikan keterangan-keterangan serta laporan-laporan kepada DPR dan meminta


pendapatnya untuk pengawasan tersebut maka DPR mempunyai wewenang yaitu:
1) Hak budget yaitu hak untuk menyusun rancangan anggaran belajar dan pendapatan
Negara (pasal 23 ayat 1).
2) Hak inisiatif yaitu hak untuk mengusulkan rancangan UUD (pasal 21 ayat 1 ).
Dengan adanya wewenang DPR tersebut, maka sepanjang tahun terjadi musyawaroh
yang diatur pemerintah dan DPR, DPR mempunyai kesempatan untuk mengemukakan
pendapat rakyat sevara kritis terhadap kejagsaan dan politik pemerintah.
d. Hubungan antara DPR dan Mentri-Mentri.
Hubungan kerjasama antara Presiden dengaan DPR juga harus dilaksanakan
dalam hal DPR mengatakan keberatanya terhadap kebijaksanaan mentri-mentri. Dalam
hal ini sudah suwajarnya Presiden mengganti mentri yang bersangkutan tanpa
membubarkan cabinet.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa mentri, mentri di angkat dan di berhatikan oleh
preiden (pasal 17 ayat 2). Sedangkan penjelasanya dikemukakan bahwa mentri-menti itu
tidak bertanggung jawap pada DPR, artinya kedudukannya tidak tergantung kepada
dewan, akan tetapi tergantung pada presiden.
e. Hubungan antara presiden dan mentri-mentri.
Presiden mengangkat dan memberhentikan mentri-mentri Negara (pasal17 ayat
2) dan mentri-mentri itu formal tidak bertanggungjawab kepada DPR, akan tetapi
tergantung pada presiden. Meskipun kedudukan para menti Negara tergantung kepada
presiden, maka bukan pegawai tinggi biasa, oleh karna itu mentri-mentrilah yang
terutama yang menjalankan pemerintah dalam prekteknya.
Dalam praktek pemerintahan, timbul kebiasan bahwa presiden melimpahkan
sebagai wewenang kepada pembantu pemimpin dalam presiden konvensi yang demikian
ini tidak boleh mengurangi jiwa dan sistem cabinet presidensi.
f. Hubungan antara mahkamah agung dengan lembaga Negara lainya.[14]
Dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa kekusaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan lain-lain badan kehakiman menurut susunan
dan kekuasan badan-badan kehakiman tersebut diatur menetapkan hubungan antara
mahkamah agung dengan lembaga-lembaga lainyanya. Dalam penjelasan UUD 1945
disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan pemerintah ataupun
kekuasaan serta kekuatan lainya. Berhubungan dengan itu harus diadakaj jaminan dalam
bentuk UUD 1945 tentang kedudukan para hakim, sebagai syarat mencapai suatu
keputusan seadail-adilnya.

Negara repoblik Indonesia adalah Negara yang berdasar kan pancasila .


berhubungan dengan itu kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadailan berdasar pancasila.
Dalam proses reformasi mahkamah agung merupakan ujung tombak terutama
memberantas KKN untuk mewujudkan pemerintah yang bersih sebagai mana yang sudah
di amantkan oleh tap no.xi/MPR/1998 mahkamah agung harus bebas dari pengaruh
kekuasan ataupun lainya.
g. Hubungan antara BPK dengan MPR.
Badan pemerintah keuangan(BPK) bertugas memeriksa langsung tanggung jawab
tentang keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya itu diberitahukan DPR, dewan
perwakilan daerah dan DPRD (pasal 23 E ayat 2) untuk mengikuti dan menilai
kebijakasnaan ekonomi financial pemerintaha yang disalahkan oleh ayaratur administrasi
Negara yang dipimpin oleh pemerintah.
UU no5 tahun 1973 tentang badan pemeriksaan keuangan menegaskan bahwa BPK
adalah lembaga tinggi Negara yang dalam pelaksanaan terlepas dari pengaruh dan
kekuasan pemerintah, akan tetapi dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah,akan tetapi
tidak berdiri diatas pemerintah.
Pembentukan BPK sebenarnyta , memperkuat pelaksanan demokrasi dalam arti
yang sesungguhnya, oleh karena itu pengaturan kebijaksanaan dan arah keuangan Negara
yang dilakukan DPR saja belum dapat dikatakan cukup. Tidaklah kalah pentingnya
adalah mengawasi apakah kebijaksanaan dan arah tersebut dilaksanakan pemerintah
dengan sebaik-bainya menurut tujuan semula secara tertib.
Sudah selalaknya sebaginya sebagai sesama lembaga tinggi Negara, antara
BPK,DPR dan pemerintah kerja sama yang sebaik-baiknya, namun kerjasama yang baik
ini tidaklah berate saling melindungi atau saling menutupi kekurangan masing-masing.
6. Hak Asasi Manusia Menurut UUD 1945[16]
a. Hak hak Asasi Manusia dan Permasalahanya.
Hak-hak asasi manusia sebagai gagasan paradikma serta terangka konstektual
tidak lahir mendadak sebagimana kita lihat dalam universal declaration of human right
10 desember 1948. Namun melalui sesuatu proeses yang cukup panjang dalam paradikma
sejarah manusia. Dari presprektif sejarah deklarasi yang ditandatangani oleh majelis
umum PBB tersebut dihayati sebagai sesuatu pengakuan yuridis formal dan merupakan
titik khususnya yang tergabung dalam PBB Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam
UUD 1945
b. Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945[17]

Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan


filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai dasar
dari bangsa Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan
kodrat sebagai makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai
mahluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi
manusia

tidak

dapat

dipisahkan

dengan

hakikat

kodrat

manusia

tersebut.

Konseksuensinya dalam realisasinya maka hak asasi manusia senantiasa memilik


hubungan yang korelatif dengan wajib asasi manusia karena sifat kodrat manusia sebaga
individu dan mahluk sosial.
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu
dirumuskan dari Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pembukaan
UUD 1945 dan pasasl-pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 , adapun
Deklarasi PBB pada tahun 1948. Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa
Indonesia sebelum tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB,
telah mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan bernegara
yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para pendiri negara,
misalnya pernyataan Moh. Hatta dalam sidang BPUPKI sebagai berikut :Walaupun yang
dibentuk itu Negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dari warga
Negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan (Machsstaat atau negara penindas).
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan
UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah yang merupakan sumber normativ bagi
hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam pasal pasal UUD 1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa Kemerdekaan ialah hak
segala bangsa. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan secara yuridis hak
asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal
Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal I.
Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan individualis,
malainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial)
sehingga hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia
.Kata-kata berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai
berikut :Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh
keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Penyataan tentang atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa mengandung
arti bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang

berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui
hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan
dalam pasal 29 ayat (2) yaitu negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
D.

KESIMPULAN

Undang- Undang Dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas- tugas
pokok dari badan- badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok- pokok cara
kerja badan badan pemerintahan tersebut.
UUD merupakan sumber hukum di Indonesia yang ada kalanya bersifat dinamis dan
statis. UUD diibaratkan tulang rusuk dalam badan yang diibaratkan Indonesia, tanpanya
Indonesia tidak akan bisa tegak dan membuat organ- organ lain dari Indonesia itu sendiri
bisa bekerja dengn selayaknya.
UUD sebagai dasar Negara Indonesia mempunyai peran yang sangat strategis dalam
tatanan hokum Indonesia, Indonesia merupakan Negara demokrasi yang berasakan
pancasila dan UUD.

Anda mungkin juga menyukai