Anda di halaman 1dari 46

RANGKUMAN BUKU PENDIDIKAN PANCASILA

KELOMPOK 1 :
 MAULANA RAMADHAN (NPM : 22522014)
 NUR TRI TANTI (NPM : 22522015)
 VINAOKTAVIANI (NPM : 22522018)
 FRESYA PRAMESWARINING BUWONO(NPM : 2522010)
 VEGA NURUL LUTFIAH (NPM : 22522039)
BAB 1

PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat Negara republic Indonesia yang secara resmi disahkan oleh ppki pada tanggal 18
agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diundangkan dalam berita repunlik Indonesia tahun
II no 7 bersama-sama dengan batang tumbuh UUD 1945.

Dalam perjalamam sejarah eksistensi pamcasila sebagai dasar filsafat negara republic Indonesia mengalami
berbagai macam interpretasi dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideology Negara
pancasila. Dengan kata lain pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa
dan Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanupulasi demi kepentingan politik penguasa pada
saat itu.

Gerakan reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar Negara
republic Indonesia di realisasikan melalui ketetapan siding istimewa MPR tahun 1998 mo. XVIII/MPR/1998
disertai dengan pencabutan p-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu satunya asas bagi orsospol
di Indonesia.

Dampak yang serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada masa lampau,banyak masyarkat yang
beranggapan bahwa pancasila adalah label politik orde baru. Sehingga mengembangkan serta mengkaji
pancasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan orde baru. Pandangan yang sinis serta melemahkan
peranan ideologi pancasila pada reformasi dewasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yang
nantinya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang lama dibina.

Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut diatas maka sudah menjadi tanggung jawab kita sbersama
sebagai warga Negara utuk untuk mengembangkan seta mengkaji pencasila sebagai suatu hasil karya besar
bangsa kita yang setingkat dengan paham atau isme-isme besar dunia dewasa ini seperti misalnya liberalisme,
sosialisme, komunisme . kajian ini bertujuan untuk mengembalikan tatanan Negara kita yang porak poranda ,
reformasi kearah terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera.

A.Landasan Pendidikan Pancasila

a. landasan historis

bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjnag sejak zaman kutai, sriwijaya
majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Setelah melalui
proses panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jadi dirinya yang didalamnya
tersimpulkan ciri khas , sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain yang di rumuskan oleh pendiri
Negara dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip ( sila lima) yang
diberi nama Pancasila.

Jadi secara historis bahwa nilai nilai yang terkandung dalams setiap sila pancasila sebelum di rumuskan dan
disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri
sehingga asal nilai nilai pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia itu sendiri. Konsekuensi nya
secara historis pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara serta ideology bangsa dan Negara
bukannya sebagai ideology yang mengusai dan berasal dari bangsa Indonesia.

b. Landasan Kultural

setiap bangsa Indonesia di dunia dalam hidup bermasyarakat , berbangsa , dan bernegara senantiasa memiliki
suatu pandangan hidup , filsafat hidup serta pandangan hidup agar tidak yerombang ambing dalam kancah
pergaulan masyarakat Indonesia. Setiap bangsa memiliki ciri khas pandangan hidup contohnya Negara
komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu konsep pemikiran Karl marx.

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidup nya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada asas
kultural yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kultural yang dimili bangsa Indonesia sendiri melalui
proses refleksi filosofis para pendiri Negara seperti Soekarno, M Yamin, Soepomo serta para tokoh bangsa
lainnya.
C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila tertuang dalam Undang-Undang no 2 tahun 1989 tentang
system pendidikan nasional. Pasal 39 telah menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis dan jenjang pendidikan
wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agaman dan kewarganegaraan. Berdasarkan SK Mentri
Pendidikan Nasional RI no 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan
penilaian hasil belajar mahasiswa pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa kelompok mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan wajib di berikan dalam kurikulum setiap program studi terdiri atas pendidikan pancasila,
agama dan kewarganegaraan. Direktoral jendral pendidikan tinggi mengeluarkan surat keputusan no
38/DIKTI/Kep/2002 tentang rambu rambu pelaksaan mata kuliah pengembangan kepribadian. Adapun rambu
rambu mata kuliah MPK pancasila terdiri atas : segi historis,filosofis, ketatanegaraan , kehidupan berbangsa dan
bernegara juga di kembangkan etika politik.

d. Landasan Filosofis

pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah
merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.

Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah sebagai bangsa yanh berketuhanan dan
berkemanusiaan, sehingga secara filosofis Negara berpesatuan dan berkerakyatan konsekuensinya rakyat adalah
merupakan dasar antologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara. Atas dasar
pengertian filosofis maka dalam hidup bernegara nilai-nilai pancasila merupakan dasar filsafat konsekuensinya
dalam nilai aspek penyelenggaraan negate harus bersumber pada nilai nilai pancasila termasuk system peraturan
perundang- undangan diindonesia.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dalam UU no 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional dan juga termuat dalam SK dirjen
Dikti no 38/DIKTI/Kep/2003 bahwa tujuan pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang di
harapkan terwujud dalam kehidupan sehari hari. Yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan YME. Pendidikan pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didikyang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sikap dan perilaku (1) memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nurani (2) memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidp dan
kesejahteraan serta cara cara pemecahan nya (3) mengenali perubahan –perubahan dan perkembangan Ilmu
pengetahuan teknologi dan seni serta (4) memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai nilai
budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.

C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah

Pembahasan pancasila termasuk filsafat pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat
ilmiah sebagai dikemukakan oleh I.R Piedjowijatno dalam bukunya “ tahu dan pengetahuan” dyang merinci
syarat syarat ilmiah sebagai berikut :

1. Berobjek

Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah adalah bahwa semua ilmu
pengetahuan itu harus memiliki objek, Oleh karena itu pembahasan Pancasila secara ilmiah harus memiliki
objek, yang di dalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu 'objek forma' dan 'objek
materia'. 'Objek forma' Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan Pancasila, atau
dari sudut pandang apa Pancasila itu dibahas. Pada hakikatnya Pancasila dapat dibahas dari berbagai
macam sudut pandang, yaitu dari sudut pandang 'moral maka terdapat bidang pembahasan 'moral Pancasila,
dari sudut pandang 'ekonomi' maka terdapat bidang pembahasan 'ekonomi Pancasila, dari sudut pandang,
pers' maka terdapat bidang pembahasan 'pers Pancasila, dari sudut pandang hukum dan kenegaraan maka
terdapat bidang pembahasan Pancasila Yuridis kenegaraan, dari sudut pandang filsafat, maka terdapat
bidang pembahasan filsafat Pancasila' dan lain sebagainya.

'Objek materia' Pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian
Pancasila baik yang bersifat empiris maupun nonempiris. Pancasila adalah merupakan hasil budaya bangsa
Indonesia, bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila atau sebagai asal mula nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu objek materia pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek
budayanya, dalam bermasya- rakat, berbangsa dan bernegara. Adapun objek yang bersifat nonempiris
antara lain meliputi nilai-nilai budaya, nilai moral, serta nilai-nilai religius yang tercermin dalam
kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Bermetode

Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu seperang cara atau sistem pendekatan dalam rangka
pembahasan Pancasila untuk m dapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode dalam pembaha
Pancasila sangat. tergantung pada karakteristik objek forma maupun oby materia Pancasila. Salah satu
metode dalam pembahasan Pancasila a Imetode analitico syntetic' yaitu suatu perpaduan metode analisis
dan sim sis. Oleh karena objek Pancasila banyak berkaitan dengan hasil-hasil buday dan objek sejarah oleh
karena itu lazim digunakan metode hermeneutik yaitu suatu metode untuk menemukan makna di balik
objek, demikian metode koherensi historis, serta metode pemahaman, penafsiran terpretasi", dan metode-
metode tersebut senantiasa didasarkan atas huk hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan. ada

3. Bersistem

Sistem pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utk Bagian-bagian dari pengetahuan
ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan antara bagian-bagian itu saling berhubungan, baik berupa
hubungan interelas (saling hubungan), maupun interdependensi (saling ketergantungan). Pembe hasan
Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuha bakkam Pancasila itu sendiri dalam
dirinya sendiri adalah merupakan sum kesatuan dan keutuhan 'majemuk tunggal yaitu kelima sila itu baik
rumusa nya, inti dan isi dari sila-sila Pancasila itu adalah merupakan suatu kesatua dan kebulstan.
Pembahasan Pancasila secara ilmiah dengan sendirinys sebagai suatu sistem dalam dirinya sendiri yaitu
pada Pancasila itu sendin sebagai objek pembahasan ilmiah senantiasa bersifat koheren (runtut), tappe
adanya suatu pertentangan di dalamnya, sehingga sila-sila Pancasila it sendiri adalah merupakan suatu
kesatuan yang sistematik.

4. Bersifat Universal

Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinys kebenrannya tidak terbatas oleh
waktu, ruang, kedaan, situasi, kondisi mau pun jumlah tertentu. Dalam kaitannya dengan kajian Pancasila
hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal, atau dengan I perkataan inti sari, essensi
atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakikatnya adalah bersifat universal.

Tingkatan Pengetahuan Ilmiah

Untuk mengetahui lingkup kajian Pancasila serta kompetensi penge- tahuan dalam membahas Pancasila
secara ilmiah, maka perlu diketahui ting- katan pengetahuan ilmiah sebagaimana halnya pada pengkajian
pengetahuan- pengetahuan lainnya. Tingkatan pengetahuan ilmiah dalam masalah ini bukan berarti
tingkatan dalam hal kebenarannya namun lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-masing
Tingkatan pengetahuan ilmiah tersebut, sangat ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sebagai berikut
ini.

1. Pengetahuan Deskriptif

Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah 'bagaimana', maka akan diperoleh suatu pengetahuan ilmiah
yang bersifat deskriptif. Pengetahuan macam ini adalah suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu
kete- rangan, penjelasan secara objektif, tanpa adanya unsur subjektivitas. Dalam mengkaji Pancasila secara
objektif, kita harus menerangkan menjelaskan serta menguraikan Pancasila secara objektif sesuai dengan
kenyataan pancasila itu sendiri sebagai hasil budaya bangsa Indonesia. Kajian. Pancasila secara deskriptif
ini antara lain berkaitan dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian
tentang kedudukan dan fungsi Pancasila, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
sebagai kepri- badian bangsa, Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia, Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia dan lain sebagainya.

2. Pengetahuan Kausal

Dalam suatu ilmu pengetahuan upaya untuk memberikan suatu jawaban dari pertanyaan ilmiah 'mengapa',
maka akan diperoleh suatu jenis pengetahuan 'kausal, yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban
tentang sebab dan akibat. Dalam kaitannya dengan kajian tentang Pancasila maka tingkatan pengetahuan
sebab-akibat berkaitan dengan kajian proses kausalitas terjadinya Pancasila yang meliputi empat kausa
yaitu: kausa materialis, kausa formalis, kausa effisien dan kausa finalis. Selain itu juga

3. Pengetahuan Normatif

Tingkatan pengetahuan 'normatif adalah sebagai hasil dari pertanya ilmiah ke mana'. Pengetahuan normatif
senantiasa berkaitan dengan sust ukuran, parameter, serta norma-norma. Dalam membahas Pancasila tidak
cukup hanya berupa hasil deskripsi atau hasil kausalitas belaka, melainkan perlu untuk dikaji norma-
normanya, karena Pancasila itu untuk diamalkan direalisasikan serta dikongkritisasikan. Untuk itu harus
memiliki horma norma yang jelas, terutama dalam kaitannya dengan norma hukum, keneg raan serta
norma-norma moral. Dengan kajian normatif ini maka kita dapat membedakan secara norms tif realisasi
atau pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan atau da sollen dari Pancasila, dan realisasi Pancasila
dalam kenyataan faktualnya atau 'das sein' dari Pancasila yang senantiasa berkaitan dengan dinamika
kehidupan serta perkembangan zaman.

4. Pengetahuan Essensial

Dalam ilmu pengetahuan upaya untuk memberikan suatu jawaban atas pertanyaan ilmiah 'apa', maka akan
diperoleh suatu tingkatan pengetahuan yang essensial. Pengetahuan essensial adalah tingkatan pengetahuan
untuk menjawab suatu pertanyaan yang terdalam yaitu suatu pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu, dan
hal ini dikaji dalam bidang ilmu filsafat. Oleh karena itu kajian Pancasila secara esensial pada hakikatnya
untuk menda- patkan suatu pengetahuan tentang inti sari atau makna yang terdalam dari sila- sila Pancasila,
atau secara ilmiah filosofis untuk mengkaji hakikat sila-sila Pancasila.

Tingkatan pengetahuan ilmiah dalam pembahasan Pancasila yuridis kenegaraan adalah meliputi tingkatan
pengetahuan deskriptif, kausal, dan normatif. adapun tingkatan pengetahuan ilmiah essensial dibahas dalam
bidang filsafat Pancasila, yaitu membahas sila-sila sampai inti sarinya, makna yang terdalam atau
membahas sila-sila Pancasila sampai tingkat hakikatnya.

D. Beberapa Pengertian Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana kita kaji secara ilmiah memiliki pengertian yang luas, baik
dalam kedudukannya sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan
negara, sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai

Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis

Sebelum kita membahasa isi arti dan fungsi pancasila sebagai dasar regara, maka terlebih dahulu perlu
dibahas asal kata dan istilah "Pancasila" beserta makna yang terkandung di dalamnya. Secara etimologis
istilah "Pancasila" berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa
adalah bahasa sansekerta Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sangsekerta perkataan "Pancasila"
memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: "panca" artinya "lima".

Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India Ajaran Budha bersumber pada
kitab suci Tri Pitaka, yang terdiri atas tiga macam buku besar yaitu: Suttha Pitaka, Abhidama Pitaka dan
Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui
Samadhi,dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran-ajaran moral tersebut adalah sebagai
berikut:

Dasasyiila , Saptosylila Pancasyiila

Ajaran Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles,
yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam. Pancasyiila yang berisi lima
larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai berikut "

1. Panatipada veramani sikhapadam samadiyani artinya "jangan mencabut nyawa makhluk hidup" atau
dilarang membunuh. Dinna dana veramani shikapadam samadiyani artinya "janganlah mengambil barang
yang tidak diberikan", maksudnya dilarang mencuri.

2. Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani artinya janganlah berhubungan kelamin, yang
maksudnya dilarang berzina. Musawada veramani sikapadam samadiyani, artinya janganlahberkata palsu,
atau dilarang berdusta. Sura meraya masjja pamada tikana veramani, artinya janganlah meminum minuman
yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang minum minuman keras (Zainal Abidin, 1958: 361).
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa pengaruh
ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal di dalam masyarakat Jawa, yang disebut dengan "lima
larangan" atau "lima pantangan" moralitas yaitu dilarang:

Mateni, artinya membunuh

Maling, artinya mencuri Madon, artinya berzina

2. Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPK) pertama dr. Radjiman Widyodiningrat,
mengajukan suatu masalah, khusus. nya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang
suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tam pilan pada sidang tersbut
tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal | Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpi. dato secara lisan (tanpa teks)
mengenai calon rumusan dasar negara Indone sia. Kemudian untuk memberi nama istilah dasar negara
tersebut Soekarno memberikan nama "Pancasila" yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas
saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerde- kaannya, kemudian keesokan harinya
tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di
mana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi
nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila telah menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea TV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah "Pancasila", namun yang
dimaksudkan Dasar Ne gara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah "Pancasila". Hal ini
didasarkan atas interpretasi-historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang
kemudian secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Pada tanggal 29 Mei 1945 tersebut BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada kesempatan ini
Mr. Muhammad Yamin mendapat kesempatan yang pertama untuk mengemukan pemikirannya tentang
dasar negara di hadapan sidang lengkap. Badan Penyelidik. Pidato Mr. Muh. Yamin itu berisikan lima asas
dasar negara Indonesia Merdeka yang diidam-idamkan .sebagai berikut:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul tertulis mengenai rancangan UUD Republik Indonesia.
Di dalam Pembukaan dari rancangan UUD tersebut tercantum rumusan lima asas dasar negara yang
rumusannya adalah sebgai berikut;

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan persatuan Indonesia 3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4. Karakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per musyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Pada tanggal I Juni 1945 tersebut Soekarno mengucapkan pidatonya di hadapan sidang Badan Penyelidik.
Dalam pidato tersebut diajukan oleh Soekarno secara lisan usulan lima asas sebagai dasar negara Indonesia
yang akan dibentuknya, yang rumusannya adalah sebagai berikut:

Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

Internasionalisme atau Perikemanusiaan

Mufakat atau Demokrasi

Kesejahteraan sosial

Ketuhanan yang berkebudayaan

Untuk usulan tentang rumusan dasar negara tersebut beliau mengaju. kan usul agar dasar negara tersebut
diberi nama "Pancasila", yang dikatakan oleh beliau istilah itu atas saran dari salah seorang ahli bahasa.
namun sayangnya tidak disebutkan nama seorang ahli bahasa tersebut. Usul menge. nai nama "Pancasila"
bagi dasar negara tersebut secara bulat diterima oleh sidang BPUPKI. Selanjutnya beliau mengusulkan
bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi "Tri Sila" yang rumusannya

1. Sosio Nasional yaitu "Nasionalisme dan Internasionalisme"

2. Sosio Demokrasi yaitu "Demokrasi dengan Kesjahteraan rakyat"

3. Ketuhanan yang Maha esa Adapun "Tri Sila" tersebut masih diperas lagi menjadi "Eka Sila" atau satu
sila yang intinya adalah "gotong-royong".

c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)


Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang juga tokoh Dokuritu Zyunbi Tioosakay
mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usul-usul mengenai dasar negara yang telah
dikemukakan dalam siding Badan Penyelidik. Sembilan tokoh tersebut dikenal dengan "Panitia Sembilan",
yang setelah mengadakan sidang berhasil menyusun sebuah naskah piagam yang dikenal "Piagam Jakarta"
yang di dalamnya memuat Pancasila, sebagai buah hasil pertama kali disepakati oleh sidang. Adapun
rumusan Pancasila sebagaimana termuat dalam Piagam Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pe- meluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per- musyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahir- kan negara Republik Indonesia. Untuk
melengkapi alat-alat perlangkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka. maka
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD
1945. Adapun UUD 1945 tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yang berisi 37 pasai. 1 Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal. dan 1 Aturan Tambahan terdiri
atas 2 ayat.

Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan Pancasila
sebagai berikut:

Ketuhanan Yang Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per- musyawaratan/perwakilan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional
sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh
rakyat Indonesia. Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia
mempertahankan Proklamasi dan eksistensi negara dan bangsa Indonesia maka terdapat pula rumusan-
rumusan Pancasila sebagai berikut:

a. Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)

Dalam konstitusi RIS yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan sosial

c. Rumusan Pancasila di Kalangan Masyarakat


Selain itu terdapat juga rumusan Pancasila dasar negara yang beredar di kalangan masyarakat luas, bahkan
rumusannya sangat beranekaragam antara lain terdapat rumusan sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kadaulatan Rakyat

5. Keadilan Sosial

BAB II

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Pengantar

Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia sebelum disyahkan. pada tanggal 18 agustus 1945 oleh
PPKI. nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia
mendirikan negara, yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang- sidang BPUPKI pertama.
sidang panitia "9". sidang BPUPKI kedua. serta akhirnya disyahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat
negara republik Indonesia.

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu: Ketu- hanan. Kemanusiaan. Persatuan.
Kerakyatan serta Keadilan. dalam kenyata- annya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui
suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan
pada abad ke IV: ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada

abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wang Syailendra di Palembang, kemudian
kerajaan Airlangga dan Majapahit & Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Dasar-dasar pembentukan
nasionalisme modern dirintis oleh per pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan
oleh par tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuska pada sumpah pemuda
pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejare perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan negara
tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945

B. Zaman Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan die mukannya prasasti yang berupa 7 yupa
(tiang batu). Berdasarkan prasa tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswa
warman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasa tersebut mengadakan kenduri dan
memberi sedekah kepada para Brahmana, dan para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima
kasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio, dkk., 1977: 33-32). Masyarakat Kutai yang membuka
zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nila nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam
bentuk kerajaan, kenduri, sera sedekah kepada para Brahmana. Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali
pengikat kewibawaan raja ini tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan S matra.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah
yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya
di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

C. Zaman Sriwijaya

Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, di bawah kekuasaan
wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan Bukit di kaki bukit Siguntang dekat Palembang
yang berta rikh 605 Caka atau 683 M. dalam bahasa Melayu kuno dan huruf Pallawa Kerajaan itu adalah
kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya. kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah barat
dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selar Maiaka (775). Pada zaman itu kerajaan Sriwijaya
merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan Asia selatan. Perdagangan dilakukan
dengan mempersatukan dengan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah
sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang
dagangannya (Keneth R. Hall, 1976: 75-77).

Agama dan kebudayaan dikembangkannya dengan mendirikan suatu universitas agama Budha, yang sangat
terkenal di negara lain di Asia. Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu
di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya
ke India. Malahan banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan
Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi 'marvuat vanua Criwijaya siddhayatra subhiksa (suatu cita-cita negara
yang adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa tahun : 53).

D. Zaman Kerajaan-kerajan Sebelum Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaah yang memancangkan nilai-nilai nasionalisme,
telah muncul kerajaan-kerajaan di jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti kerajaan Kalingga
pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa
Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra
(abad ke VII dan IX) Refleksi puncak budaya dari Jawa Tengah dalam periode-perio kerajaan-kerajaan
tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (cand agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan
(candi agama Hin pada abad ke X) Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama Budha, Wisnu dan
agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai (Toyibin 1997: 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja
Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa la
ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlangga menga lami penggemblengan lahir dan
bathin di hutan dan tahun 1019 para peng kutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan
memutuskan un memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebagai milai-nilai
sila keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga merintahkan untuk
membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima
agama.

E. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan raja
Hayam Wuruk dengan Mahapatin Gajah Mada yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin
armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. bPada waktu itu
agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis
Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah "Pancasila". Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu "Bhinneka Tunggal
Ika", yang bunyi lengkapnya "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua". artinya walaupun
berbeda. namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini
menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu. yaitu agama hindu dan Budha. Bahkan salah
satu hawahan kekuasaannya yaitu Pasai justru telah memeluk agama Islam. Toleransi positif dalam bidang
agama dijunjung tinggi sejak masa bahari yang telah silam.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri di
paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331. yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya
sebagai berikut: 'Saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di
bawah kekuasaan negara. jikalau Gurun, Seram. Tanjung. Haru, Pahang, Dempo. Bali, Sunda, Palembang
dan Tumasik telah dikalahkan (Yamin, 1960: 60).

Selain itu dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan hubungan
bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok. Ayodya. Champa dan Kamboja. Menurut prasasti
Brumbung (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti
Rakryan 1 Hino. 1 Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja. hal ini sebagai nilai-
nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem perintahan kerajaan Majapahit.

F. Zaman Penjajahan

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkem- banglah agama Islam dengan pesatnya
di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak.
dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang Portugis yang
kemudian diikuti oleh orang-orang Sepanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah. menjadi
praktek penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh Portugis. Pada akhir abad ke XVI
bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk
menghindarkan per. saingan di antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka mendirikan suatu
perkumpulan dagang yang bernama V.O.C., (Verenigde Oost Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat
dikenal dengan istilah 'Kompeni.

Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan
perlawanan. Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan
perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil
meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P. Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.

G. Kebangkitan Nasional

Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah prgolakan kebangkitan Dunia Timur dengan
suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898). yang dipelopori Joze Rizal.
kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905). gerakan Sun Yat Sen dengan republik Cinanya (1911).
Partai Konggres di India dengan tokoh Tilak dan Gandhi. adapun di Indonesia bergolaklah kebangkitan
akan kesadaran berbangsa yaitu kebang. kitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo
dengan Budi Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri. Budi Utomo yang didirikan
pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang merupakan pelopor pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu
munculah organisasi-organisasi pergerakan lainnya. kebangkitan kesadaran berbangsa. Kemudian PNI oleh
para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuk- nya dengan Partai Indonesia dengan singkatan Partindo
(1931). Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu
Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan kemer- dekaan Indonesia harus dicapai dengan
kekuatan sendiri.

H. Zaman Penjajahan Jepang

Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan jatuh pada tanggal 10
Mei 1940, Janji Belanda tentang Indonesia merdeka di kelak kemudian hari dalam kenyataannya hanya
suatu kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi kenyataan. Bahkan sampai akhir pendudukan pada
tanggal 10 maret 1940, kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud.

Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda "Jepang Pemim pin Asia, Jepang saudara tua bangsa
Indonesia". Akan tetapi dalam perang melawan Sekutu Barat yaitu (Amerika, Inggris, Rusia. Perancis,
Belanda dan negara Sekutu lainnya) nampaknya Jepang semakin terdesak. Oleh karena itu agar mendapat
dukungan dari bangsa Indonesia, maka pemerintah Jepang bersikap bermurah hati terhadap bangsa
Indonesia, yaitu menjanjikan Indonesia merdeka di kelak kemudian hari.

Pada tanggal 29 april 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang beliau memberikan hadiah
ulang tahun' kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kedua pemerintah Jepang berupa kemerdekaan tanpa
syarat. Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum bangsa Jepang menyerah, dengan
Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan
Madura). No. 23. dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka
sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dokuritu Zyunbi Tioosakai.

Pada hari itu juga diumumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta para anggota sebagai berikut:

Ketua (Kaicoo) : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat

Ketua Muda : R.P. Soeroso

Enampuluh (60) orang anggota biasa (lin) bangsa Indonesia (tidak termasuk ketua dan ketua muda), yang
kebanyakan berasal dari pulau Jawa. tetapi terdapat beberapa dari Sumatra, Maluku, Sulawesi dan beberapa
orang peranakan Eropa, Cina, Arab. Semuanya itu bertempat tinggal di jawa, karena Badan Penyelidik itu
diadakan olah Saikoo Sikikan Jawa.

Nama para anggota itu menurut nomor tempat duduknya dalam siding antara lain adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno 6. K. H. Dewantara

2. Mr. Muh. Yamin 7. K.Bagus H.Hadikusuma

3. Dr. R. Kusumah Atmaja 33. Mr. J. Latuharhary 8. M.P.H. Bintoro

4. R.Abdulrahim Pratalykrama 9. A.K. Moezakir 10. B.P.H. Poerbojo

5. R. Aris dll

1. Sidang BPUPKI pertama

Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama empat hari, berturut-turut yang tampil untuk berpidato
menyampaikan usulannya adalah sebaga berikut: (a) tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin, (b) tanggal 31
Mei 1945 Prof. Soepomo dan (c) tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno.

(a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)

Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara Indonesia
sebagai berikut: 1. Peri Kebangsaan. II. Peri Kemanusiaan, Ill. Peri Ketuhanan, IV. Peri Kerakyatan (A.
Permu- syawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan) dan V Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).

(b) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)

Berbeda dengan usulan Mr.Muh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo menge- mukakan teori-teori negara sebagai
berikut:

(1) Teori negara perseorangan (Individualis), sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes (abad 17), Jean
Jacques Rousseau (abad 18), Herbert Spencer (abad 19), H.J. Laski (abad 20). Menurut paham ini, negara
adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract
social). Paham negara ini banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
(2) Paham negara kelas (Class theory) atau teori 'golongan'. Teori ini sebagaimana diajarkan oleh Marx,
Engels dan Lenin. Negara adalah alat dari suatu golongan (suatu klasse) untuk menindas klasse lain. Negara
kapitalis

(3) Paham negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, Hegel (abad 18 dan 19)
Menurut paham ini negara bukanlah untuk min perseorangan atau golongan akan tetapi menjamin

(c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya adalah pidato dari Ir. Soekamo, yang
disampaikannya dalam sidang tersebut secara lisan tanpa teks. Beliau mengusulkan dasar negara yang
terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah sebagaia berikut:

1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)

2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)

3. Mufakat (demokrasi)

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

(Ketuhanan Yang Berkebudayaan)

Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno diusulkan agar diberi nama "Pancasila"
atas saran salah seorang teman beliau ahli bahasa. Berikutnya menurut Soekarno kelima sila tersebut dapat
diperas menjadi "Tri Sila" yang meliputi: (1) Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari 'Kebangsaan
(nasionalisme) dengan Peri kemanusiaan (interna- sionalisme), (2) Sosio demokrasi yang merupakan sintesa
dari 'Mufakat (demokrasi), dengan Kesejahteraan sosial, serta (3) Ketuhanan. Berikutnya beliau juga
mengusulkan bahwa "Tri Sila" tersebut juga dapat diperas menjadi "Eka Sila" yang intinya adalah "gotong-
royong".

J. Sidang BPUPKI kedua (10-16 Juli 1945)

Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, diumumkan oleh ketua penambahan 6 anggota baru
Badan Penyelidik yaitu: (1) Abdul Fatah hasan, (2) Asikin Natanegara, (3) Soerjo Hamidjojo, (4)
Muhammad Noor, (5) Besar, dan (6) Abdul Kaffar.

Selain tambahan anggota BPUPKI Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil melaporkan hasil
pertemuannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juni yang telah lalu. Menurut laporan itu pada tanggal 22
Juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota-anggota badan
Penyelidik. Yang hadir dalam pertemuan itu berjumlah 38 anggota, yait anggota-anggota yang bertempat
tinggal di Jakarta dan anggota-anggota Badan Penyelidik yang merangkap menjadi anggota Tituoo Sangi In
dari luar Jakarta, dan pada waktu itu Jakarta menjadi tempat rapat Tituoo Sangi In Pertemuan antara 38
orang anggota itu diadakan di gedung kantor besar Jaw Hooko Kai (Kantornya Bung Karno sebagai
Honbucoo/Sekretaris Jendral Jawa Hooko Kai), mereka membentuk panitia kecil yang terdiri atas 9 orang.
dan populer disebut "Panitia Sembilan" yang anggotanya adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno 6. Mr. Soebardjo

2. Wachid Hasyim 7. Kyai abdul Kahar Moezakir

3. Mr. Muh. Yamin 8. Abikoesno Tjokrosoejoso

4. Mr. Maramis 9. Haji Agus Salim

5. Drs. Moh. Hatta


Panitia sembilan ini setelah mengadakan pertemuan secara masak dan sempurna telah mencapai suatu hasil
yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan. Modus
atau persetujuan tersebut tertuang dalam suatu rancangan Pembukaan Hukum Dasar, rancangan:Preambul
Hukum Dasar yang dipermaklumkan oleh panitia kecil Badan Penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua
tanggal 10 Juli 1945. Panitia kecil Badan Penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya rancangan Preambule
yang disusun oleh panitia sembilan tersebut. Adapun bagian terakhir naskah Preambule tersebut adalah
sebagai berikut:

...... maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara indonesia, yang
terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdas kepada:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam ba pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia".

Beberapa keputusan penting yang patut diketahui dalam rapat BPUPKI kedua adalah sebagai berikut: dalam
rapat tanggal 10 Juli antara lain diambil keputusan tentang bentuk negara. Dari 64 suara (ada beberapa
anggota yang tidak hadir) yang pro Republik 55 orang yang meminta kerajaan 6 orang adapun bentuk lain
dan blangko 1 orang.

Pada tanggal 11 Juli 1945 keputusan yang penting adalah tentang luas wilayah negara baru. terdapat tiga
usul, yaitu (a) Hindia Belanda yang dulu (b) Hindia belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara
(Borneo Inggris).. Irian Timur, Timor Portugis dan pulau-pulau sekitarnya dan (c) Hindia Belanda ditambah
Malaya, akan tetapi dikurangi dengan Irian barat Berdasarkan hasil pemungutan suara dari 66 orang suara
yang memilih (a) Hindia belanda ada 19. yang memilih (b) yaitu daerah yang terbesar yaitu jumlah yang
terbanyak yaitu 39, sedangkan yang memilih (c) ada 6 lain-lain daerah 1 serta blangko 1. Jadi pada waktu
itu angan-angan sebagian besar anggota Badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia Raya yang
sesung- guhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia yang pada bulan Juli 1945 itu sebagian
besar wilayah Indonesia kecuali Irian. Tarakan dan Morotai yang masih dikuasai Jepang.

K. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI

Kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia membawa hikmah bangsa Indonesia. Menurut pengumuman
Nanpoo Gun (Pemerintah Tentar Jepang untuk seluruh daerah selatan), tanggal 7 Agustus 1945 (Kan Poo
No 72/2605-k.11), pada pertengahan bulan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau Dokuritu Zyunbi linkai. bag

Untuk keperluan membentuk panitia itu pada tanggal 8 Agustus Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas panggilan Jendral Besar Terauchi, Saiko Sikikan untuk Daerah
Selatan (Nanpoo Gun), jadi penguasa tersebut juga meliputi kekuasaan wilayah Indonesia, menurut
Soekarno, Jendral Terauchi pada tanggal 9 Agustus memberikan kepadanya 3 cap yaitu :

1. Soekamo diangkat sebagai Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Moh. Hatta sebagai Wakil ketua,
Radjiman sebagai Anggota.

2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus itu.

3. Cepat atau tidaknya pekerjaan Panitia diserahkan sepenuhnya kepada Panitia.

Panitia Persiapan Kemerdekaan atau Dokuritu Zyunbi linkai itu terdiri atas 21 orang, termasuk Ketua dan
Wakil Ketua. Adapun susunan keang- gotaan PPKI tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno(Ketua)

2. Drs. Moh. Hatta(Wakil Ketua)

Adapun anggota-anggotanya sebagai berikut:


3. dr. Radjiman Widiodiningrat 11. Drs. Yap Tjwan Bing

4. Ki bagus Hadikoesoemo 12. Dr. Mohammad Amir

5. Oto iskandardinata 13. Mr. Abdul abbas

6. Pangeran Purbojo 14. Dr. Ratulangi

7. Pangeran soerjohamodjojo 15. Andi pangerang dll

8. Soetardjo Kartohamidjojo

9. Prof. Dr. Mr. Soepomo

10. Abduil kadir

Sekembalinya dari Saigon pada tanggal 14 Agustus 1945 di Kema- yoran Ir. Soekarno mengumumkan di
muka orang banyak bahwa bangsa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin),
dan kemerdekaan bangsa Indonesia bukan merupakan hadiah dari Jepang melainkan merupakan hasil
perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Oleh kare na itulah maka ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia kemudian menambahkan sejumlah anggota atas tanggungjawabnya sendiri. Agar dengan
demikian sifat Panitia Persiapan Kemedekaan itu berubah menjadi badan pendahuluan bagi Komite
Nasional. Dalam bathinnya sebagai Komite Nasional, Panitia Persiapan Kemerdekaan itu
menyelenggarakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan kemudian memilih Presiden
dan Wakil Presiden.

a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Setelah jepang menyerah kepada sekutu, maka kesempatan itu diper. gunakan sebaik-baiknya oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, Namun terdapat perbedaan pendapat dalam pelaksanaan serta
waktu Prokla masi. Perbedaan itu terjadi antara golongan pemuda antara lain: Sukarni, Adam Malik.
Kusnaini, Syahrir. Soedarsono. Soepono dkk. Dalam masalah ini golongan pemuda lebih bersikap agresif
yaitu untuk menghendaki kemerdekaan secepat mungkin. Perbedaan itu memuncak dengan diamankannya
Ir Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang. Setelah
diadakan pertemuan di Pejambon Jakarta pada tanggal 16 agustus 1945 dan diperoleh kepastian bahwa
Jepang telah menyerah maka Dwitunggal Soekarno-Hatta setuju untuk dilaksanakannya proklamasi kemer
dekaan, akan tetapi dilaksanakan di Jakarta.

Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke rumah
Laksamana Maeda di Oranye Nassau Bou levard (sekarang Jl. Imam Bonjol no. 1) di mana telah berkumpul
di sana B.M. Diah, Bakri, Sayuti melik, Iwa Kusumasumantri, Chaerul Saleh dkk. untuk menegaskan
bahwa pemerintah jepang tidak campur tangan tentang proklamasi. Setelah diperoleh kepastian maka
Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekami,
Chaerul Saleh, B.M. Diah. Sayuti melik. Dr. Buntaran, Mr. Iwakusuma- sumantri dan beberapa anggota
PPKI untuk merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep
Soekarnolah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.

Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tepat pada hari
Jum'at legi, jam 10 pagi waktu Indonesis Barat (jam 11.30 waktu Jepang), Bung Karno dengan didapingi
Bung Hatt membacakan naskah Proklamasi dengan khidmad dan diawali dengan pidato, sebagai berikut:

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas Nama Bangsa Indonesia Soekarno Hatta


b. Sidang PPKI

Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya
yang pertama. Sebelum sidang resmi dimulai, kira-kira 20 menit dilakukan pertemuan untuk membahas
beberapa perubahan yang berkaitan dengan rancangan naskah Penitia Pembukaan UUD 1945 yang pada
saat itu dikenal dengan nama Piagam Jakarta

(1) Sidang Pertama (18 Agustus 1945)

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan- keputusan sebagai berikut:

a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.

c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai

(2) Sidang Kedua (19 Agustus 1945)

Pada sidang kedua PPKI berhasil menentukan ketetapanberikut:

(1) tentang daerah Propinsi, dengan pembagian sebagai berikut:

(a) Jawa Barat

(b) Jawa Tengah

(c) Jawa Timur

(d) Sumatera

(e) Borneo

(3) Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

Pada sidang ketiga PPKI dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang 'Badan Penolong Keluarga
Korban Perang', adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal. Salah satu dari pasal
tersebut yaitu pasal 2 dibentuklah siuatu badan yang disebut 'Badan Keamanan Rakyat' (BKR).

(4) Sidang Keempat (22 Agustus 1945)

Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasio- nal Partai Nasional Indonesia, yang
pusatnya berkedudukan di Jakarta.

L. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Secara ilmiah Proklamasi Kemerdekaan dapat mengandung pengerti sebagai berikut:


(a) Dari sudut ilmu hukum (secara yuridis) Proklamasi merupakan saat tida berlakuknya tertib hukum
kolonial, dan saat mulai berlakunya ter hukum nasional.

(b) Secara politis ideologis Proklamasi mengandung arti bahwa banga Indonesia terbebas dari penjajahan
bangsa asing dan memiliki kedaulat an untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi Re
pablik Indonesia.

pemerintah R.I. mengeluarkan 3 buah maklumat:

(1) Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang meng- hentikan kekuasaan luar biasa
dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan). Kemudian Maklumat tersebut
memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden kepada KNIP.

(2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945, tentang pembentukan partai politik yang sebanyak-
banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebaga akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri demokrasi
adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia Bar menilai bahwa Negara
Proklamasi sebagai negara Demokratis.

(3) Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya Makle mat ini mengubah sistem
Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parle menter berdasarkan asas demokrasi liberal.

Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)

Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar- (KMB) maka ditandata- ngani suatu persetujuan
(Mantelresolusi) oleh Ratu Belanda Yuliana dan Wa- kil Pemerintah RI di kota Den Haag pada tanggal 27
Desember 1949. maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya dengan
Konstitusi RIS, antara lain: a) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu 16 ne-

gara bagian (pasal 1 dan 2). b) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan asas demo- krasi
liberal dimana menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950

Berdirinya negara RIS dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik secara politis
untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu
negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam alinea IV, bahwa Pemerintahan Negara yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah negara Indonesia yang berdasarkan UUD
1945 dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat untuk membentuk negara
kesatuan yaitu dengan menggabungkan diri dengan negara Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta,
walaupun pada saat itu negara RI yang berpusat di Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai negara bagian
RIS saja. Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggallah 3 buah negara bagian saja yaitu:

1. Negara bagian RI Proklamasi

2. Negara Indonesia Timur (NIT)

3. Negara Sumatera Timur (NST)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan masyarakat, bahkan
mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang politik, ekonomi, sosial maupun hankam. Keadaan seperti itu
disebab kan oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian Indo- nesia.


b) Akibat silih bergantinya kabinet, maka Pemerintah tidak mampu menya lurkan dinamika masyarakat ke
arah pembangunan terutama pemba ngunan bidang ekonomi.

c) Sistem liberal yang berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh bangun, sehingga pemerintah
tidak stabil.

d) Pemilu 1955 ternyata tidak mampu mencerminkan dalam DPR suat perimbangan kekuasaan politik yang
sebenarnya hidup dalam masyarakat

e) Faktor yang paling menentukan adanya Dekrit Presiden adalah karena Konstituante yang bertugas
membentuk UUD yang tetap bagi negara RI. ternyata gagal, walaupun telah bersidang selama dua setengah
tahun.

Masa Orde Baru

Suatu tatanan masyarakat serta pemerintah sampai saat meletusnya pemberontakan G 30 S PKI dalam
sejarah Indonesia disebut sebagai masa 'Orde Lama'. Maka tatanan masyarakat dan pemerintahan setelah
meletus- nya G 30 S PKI sampai saat ini disebut sebagai 'Orde Baru', yaitu suatu tatanan masyarakat dan
pemerintahan yang menuntut dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
sebagai perwujudan dari tuntutan rasa keadilan dan kebe- naran. adapun isi 'Tritura' tersebut adalah sebagai
berikut:

1) Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya

2) Pembersihan Kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI

3) Penurunan harga

BAB 3

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang tersebut
berfilsafat rasionalisme.
Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan, kesenangan dan
kepuasan lahiriah maka paham ini disebut hedonisme.
Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :
1. Philein yang berarti cinta
2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom
Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan
Bidang ilmu yang mencakup filsafat:
1. Manusia
2. Alam
3. Pengetahuan
4. Etika
5. Logika
Filsafat secara menyeluruh berarti:
A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu
yang lazimnya merupakan suatu aliran.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi
manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.
B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-bidang ontologi, kosmologi,
dan antropologi.
2. Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang benar.
5. Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika
Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM


Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekarja sama untuk suatu
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh yang memiliki ciri-ciri :
A. Suatu kesatuan bagian-bagian
B. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
C. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
D. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
E. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu
asas sendiri, fungsi sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, memiliki hakikat secara filosofis
yang bersumber pada hakikat dasara ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila
yaitu hakikat manusia.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan Pancasila yaitu:
• Tuhan
• Manusia
• Satu
• Rakyat
• Adil
Hakikat dan inti Pancasila :
• Ketuhanan
• Kemanusiaan
• Persatuan
• Kerakyatan
• Keadilan
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang meajemuk tunggal, hierarki piramidal juga dimaksudkan bahwa dalam setiap
sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan lain perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi
oleh keempat sila lainnya.
KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI KESATUAN SISTEM FILSAFAT
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis,
dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme,
pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima merupakan cita-cita harapan dan dambaan
bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam kehidupan. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan
oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta
raharja, dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan setiap manusia
Indonesia.
PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
1. Dasar Filofofis
2. Nilai-nilai Pancasila sebagaiNIlai Fundamental Negara
INTI ISI SILA PANCASILA
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Sila Perstuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oLeh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena
itu, suatu pemikiran filsafat tidak secraa langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam
suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Norma-norma tersebut meliputi:
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Dalam kapasitas inilah
nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga
Pancasila merupakan sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai sumber
dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia
sendiri atau dnegan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai
Pancasila.
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengna pelbagai
jaaran moral.
Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.
PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL

A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi
hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
B. HIERARKI NILAI
Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya:
• Nilai-nilai kenikmatan
• Nilai-nilai kehidupan
• Nilai-nilai kejiwaan
• Nilai-nilai kerohanian
Golongan manusia menurut Walter G.Everet:
• Nilai-nilai ekonomis
• Nilai-nilai kejasmanian
• Nilai-nilai hiburan
• Nilai-nilai sosial
• Nilai-nilai watak
• Nilai-nilai estetis
• Nilai-nilai intelektual
• Nilai-nilai keagamaan
Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam:
• Nilai material
• Nilai vital
• Nilai kerohanian:
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius
NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS

NILAI DASAR
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan dengan tingkah laku manusia atau
segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata.
Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya Tuhan, manusia
atau segala sesuatu lainnya.
NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai instrumental
juga merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
NILAI PRAKSIS
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak
bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis
merupakan suatu sistem perwujudan yang tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut.

BAB V

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian Asal mula Pancasila


Pancasila terbentuk dengan mengangkat nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai
nilai religious yang sudah dianut bangsa Indonesia sejak lama. Hingga akhirnya Pancasila disahkan
oleh PPKI 18 Agustus 1945.
1. Asal mula yang langsung
Yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang proklamasi kemerdekaan sejak
disurmuskanna oleh para pendiri negara di BPUPKI.
(a) Asal mula bahan, digali dari adat istiadat kebudayaan dannilai religious sehai-hari bangsa
Indonesia.
(b) Asal mula bentuk, dirumuskannya Pancasila oleh pendiri bangsa.
(c) Asal mula karya, disahkannya oleh PPKI.
(d) Asal mula tujuan, tujuannya untuk dijadikan dasa negara.
2. Asal mula yang tidak langsung
(a) Nilai yang terkandung dalam pandangan bangsa, ada istiadat, kebudayaan, dan religious.
(b) Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
(c) Bangsa Indonesia itu sendir.
3. Bangsa Indonesia berpancasila dalam Tri Prakara
(a) Pncasila sebelum disahkan secara yuridis sudah menjadi asas-asas dalam adat istiadat
dankebudayaan.
(b) Sudah menjadi asas agama.
(c) Dirumuskan dalam siding BPUPKI dan disahkan oleh PPKI.
B. Kedudukan dan fungsi Pancasila
1. Pncasila sebagai pandangan hidup bangsa
Pandagan hidup masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa
dan selanjutnya menjadi pandangan hidup negara. Pandangan hidup bangsa disebut Ideologi.
Kemudian nantinya akan menjadi pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia akan mampu
memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapinyasecara tepat sehingga tidak
terombang-ambing menghadapi persolan tsb.
2. Pancasila sebagai dasa negara Indonesia
Pncasila disebut sebagai dasar filsafat atau ideology negara mengatur penyelenggaraan
negara. Pancasila menjadi submber dari segala sumber hukum negara yang unsurnya rakyat,
wilayah, serta pemerintah negara. Dalam kedudukannya di hukum Pancasila mempunyai
kekuasaan mengikat secara hukum.
3. Pancasila sebagai ideology bangsa dan negara Indonesia
Bukan hasil dari perenungan pendir bangsa sendiri tetapi merupakan pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila.
(a) Pengertian ideology, ‘idea’ berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita. ‘logos’ berarti
ilmu. ‘idea’ dari kata yunani yang artinya bentuk. Secara harfiah ideology artinya ilmu
pengertian-pengertian dasar.ideoologi pertama kali dikemukakan oleh seorang perancis.
Menurut Karl Marx Ideologi adalah pandangan yang dikembangkan berdasarkan kepentingan
golongan tertentu. Ideology menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan keagamaan
(b) Ideology terbuka dan tertutup. Ideology tertutup merupakan cita-cita satu kelompok orang
yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membarui masyarakat. Sedangkan
ideology terbuka diambil dai harta kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat itu sendiri.
(c) Ideology particular. Ideology partikular tersusun secara sistemastis terkait erat dengan
kepentingan kelas sosial tertentu seperti komunis yang membela kelas proleta dan ideology
yang membela golongan liberalis. Ideology komprehensiv yaitu sistem pemikiran yang
menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial. Pancasila memiliki ciri menyeluruh,
tidak berpihak pada golongan tertentu.
(d) Hubungan antara Pancasila dengan ideology. Filsaat menjadi sistem cita-cita atau keyakinan
bagi cara hidup manusia atau kelompok hidup masyarakat sehingga filsaa beralih menjadi
ideology.
(e) Makna ideology bagi bangsa dan negara. Ideology membimbing bangsa dan negara untuk
mencapai tujuannya memalui berbagai realsisasi pembangunan.
C. Perbandingan ideology Pancasila dengan paham ideology besar lainnya
1. Paham negara kesatuan
Yaitu negara yang merupakan kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya yaitu rakyat yang
terdiri dari berbagai macam etnis suku bangsa, golongan,kebudayaan dan agama.
2. Paham negara kebangsaan
Indonesia merintis panggung politik internasional pertama yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya,
maja pahit, dan Nationale Staat yaitu Indonesia modern menurut susunan kekeluargaan berdasar
ketuhanan dan kemanusiaan.
(a) Hakikat bangsa. Manusia membentuk suau bangsa karena untuk memnuhiii hak kodratnya
yaitu sebagai individu dan mahluk sosial sehingga kemerdekaat Indonesia tidak
dideklarasikan secara individu seperti negara liberal.
(b) Teori kebangsaan
- Teori Hans Kohn. Bangsa terbentuk dari persamaan ras, suku, budaya, agama ,peradaban,
wilayah, negara.
- Teori Ernest Renan. Bangsa adalah satu jiwa, solidaritas besar, hasil sejarah.
- Teori geopolitik frederich Razel. Menyatakan negara meruapakan organsisme yang hidup.
- Negara kebangsaan Pancasila. Bersia majemuk tunggal (unsur pembentuknya kesatuan
sejarah, nasib, budayaan, wilayah, asas kerohanian).
3. Paham negara interalistik
Memberikan prinsip negara adalah suatu kesatuan integral dari unsur yang menyusunnya dan tidak
memihak golongan walaupun golongan terbesar.
4. Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa
(a) Hakikat ketuhanan yang maha esa. Kedudukan kodrat manusia adalah mahluk pribadi dan
sebagai mahluk tuhan karena itu antara negara dan tuhan terdapat hubungan seba akiba yang
tidak langsung.
(b) Hubungan agama dengan negara.
- Hubungan negara dengan agamana menurut Pancasila. Pasal 29 ayat (2) memberikan
kebebasan kepada seluruh warga negara unutk memeluk agama dan menjalan ibadah
sesuai dengan keimanna dan ketaqwaan masing-masing.
- Hubungan negara dengan agama menururt paham Tehokrasi
a. Negara Theokrasi langsung. Kekuasaan adalah otoritas tuhan dan yang memrintah
adalah tuhan, contohnya rakya jepang yang rea mati untuk kaisarnya karena
menganggap kaisar adalah anak Tuhan.
b. Negara Theokrasi tidak langsung. Pemerintah dikepalai oleh kepala negara.
c. Hubungan agama dengan negara menurut paham sekularisme. Menganggap bentuk,
sistem, segala aspek kenegaraan tidak ada hubunganya dengan agama.
5. Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab
6. Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkerakyatan
Yaitu negara yang adalah dari dan untuk rakyat. Kekuasaan tertinggi berada di tangan rakya oleh
suatu majelis permusyawaratan rakyat (MPR).
7. Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial
Dalam realisasi pembangunan nasional merupakan suatu upaya untukmencapai tujuan negara
sehingga pembangunan nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai dasar
operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan negara.
(a) Ideologi Liberal
Berkembang dai akar rasionalisme yang meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi,
materialisme sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
(b) Hubungan negara dengan agama menurut paham liberalism
Negara membebaskan warganya memeluk dan menjalankan agama masing-masing namun
memperbolehkan juga waganya untuk tidak beragama dan mengkritik agama.
(c) Ideologi sosialisme komunis
Komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis.
(d) Hubungan negara dengan agama menurut paham komunisme
Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis mahluk manusia, agama adalah keluhan
mahluk tertindas

BAB VI

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. Pengantar
Neagara dilaksanakan berdasarkan pada suatu jonstitusi atau undang-undang dasar negara.
B. Pembukaan undang-undang dasa 1945
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan diatas pasal-pasal undang-undang
dasar 1945.
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi
Merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara.
2. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat adanya tertib hukum Indonesia
- Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa
- Adanya kesatuan asas kerohanian, adanya filsaah Pancasila
- Adanya kesatuan daerah
- Adanya kesatuan waktu, waktu proklamasi
3. Sebagai pokok kaidah negara yang undamental
- Segi terjadinya: ditentukan oleh pembentuk negara
- Segi isinya: dasar tujuan negara, ketentuan diadakannya UUD, bentuk negara, dasar ilsaat
negara
4. Pembukaan UUD 1945 tetap terlekat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia
- Peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh peraturan hukum yang lebih
tinggi tingkatannya
- UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi
- Pembukaan UUD 1945 adalah pengejawantahan proklamasi yang hanya satu kali terjadi
5. Pengertian isi pembukaan UUD 1945
a. Alinea pertama, kemerdekaan hak segala bangsa bukan hanya milik individu seperti ayng
dianut paham liberalis
b. Alinea kedua, mewujudkan hasrat yang kuat untuk memntukan nasib bangsa sendiri untuk
terbebas dari kekuasaan bangsa lain
c. Alinea ketiga, negara mengakui nilai-nilai religious bahkan tertera di sila pertama
d. Alinea empa, mengandung tujuan negara, ketentuan diadakannya UUD negara, tentang bentuk
negara, dan tentang dasar filsaat negara
6. Nilai-nilai hukum tuhan, hukum kodrat, dan hukum etis yang terkandung dalam pembukaan UUD
1945
Bahwa hukum Tuhan, hukum kodrat, dan hukum etis berturut-turut merupakan sumber bahan dan
su,ber nilai bagi negara dan hukum positif Indonesia, sedangkan hukum iflosois (dasa ilsaah
pacnasila) adalah meruapkan pedoman-pedoman dasar dalam bentuk dan siat tertentu yang
disimpulkan dari hukum tuhan, hukum kodrat, dan hukum etis.
7. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
a. Pokok pikiran pertama: menghendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya
b. Pokok pikiran kedua: yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan apda kesadaran
bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat.
c. Pokok pikiran ketiga: menyatakan bahwa kdaulatan di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR.
d. Pokok pikiran keempat: merupakan dasar moral negara yang pada hakikatnya merupakan
suatu penjabaran dari sila pertama dan sila kedua pancasila

C.Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945

Dalam sistem tertib hukum Indonesia, penjelasan UUD 1945 menvatakan bahwa Pokok Pikiran itu
meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia serta mewujudkan cita-cita hukum,
yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak tertulis (convensi), selanjutnya Pokok
Pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945. Maka dapatlah disimpulkan bahwa suasana kebatinan
Undang-Undang Dasar 1945 tidak lain dijiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara Pancasila. Pengertian
inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dapat
disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945.Pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar filsafat negara dan
Undang-Undang Dasar merupakan satu kesatuan. Walaupun dapat dipisahkan,adapun pancasila itu
memancarkan nilai-nilai luhur yang memberikan semangat kepada UUD 1945

Semangat serta dari penjelasannya UUD 1945 pada serta hakikatnyayang disemangat merupakan satu
rangkaian yang bersifat kausal organis.dihayati oleh segenap bangsa Indonesia yang mencintai negaranya
Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalammasing-masingalinea dalam pembukaan UUD 1945,berikut
makna dalam Pembukaan UuD 1945

(1) Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya . negara. yang merupakan rumusan dasar-
dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi Kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud
terbentuknya negara Indonesia (alinea I, II dan III Pembukaan).

(2) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara Indonesia terwujud (alinea IV
Pembukaan).

"Kemudian daripada itu" pada bagian keempat Pembukaan UUD. 1945, sehingga dapatlah ditentukan sifat
hubungan antara masing-masing bagian Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945, adalah sebagai berikut:

1.Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan pernyataan yang tidak
mempunyal hubungan 'kausal organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.

2.Bagian yangyangUndang-Undang bersifatkeempat. 'kausal beberapa Pembukaan Dasar organis


segiditentukan OUD dengan 1945 akan berikutBatang ada.mempunyai:TubuhUUDhubungan1945. mencakup
sebagai

(a)Undang-Undang Dasar ditentukan akan ada.

(b) rintahan meliputi Yang diatur negaradalam yang UUD, memenuhi adalah tentang
pelbagaipembentukanpersyaratanpeme-dan segala aspek penyelenggaraan negara.

(c)Negara an rakyat.Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulat(d) Ditetapkannya Pancasila). dasar
kerokhanian negara (dasar filsafat negara

Atas dasar sifat-sifat tersebutmakadalamhubungannyadenganBatang Tubuh UUD 1945, menempatkan


pembukaan UUD 1945_alinea IV pada kedudukanyang amat penting. Bahkan boleh dikatakan
bahwasebanarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari Pembukaandalam arti
yang sebenarnya.

D. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Pembukaan UUD 1945 beersama-sama dengan Undang-Undang Dasar 1945 diundangkan dalam berita
Republik Indonesia tahun II No. 7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari Pembukaan UUD
1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahannegarayang
berdasarkan Pancasila terdapat dalam Pembukaan alinea IV

HubunganSecara Formal

Dengandicantumkannya Pancasila secara formal di dalam pembukaan UUD perpaduan asas-asas


kultural,religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapt dalam pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secara formal dapar disimpulkan

(1) Bahwa sebagai rumusan berikut:Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti vang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.

(2)Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah. merupakan Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu:

a.Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi
adanya tertib hukum Indonesia.

b.Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.
(3)Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain sebagai Mukadimah
dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang
bereksistensi sendiri, yang _hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena Pembukaan
UUD 1945

(4)yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung pada Batang Tubuh UUD 1945, bahkan sebagai
sumbernya.

(5)Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi
sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.

(6)Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat,
tetap dantidakdapar diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

Dengan demikian Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan dan


mendapatkankedudukanformalyuridisdalamPembukaan,sehinggabalk rumusan maupun yurisdiksinya
sebagaidasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 1945z

Hubungan Secara Material

Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yangbersifat formal, sebagaimana
dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut.

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis,
materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru kemudian
Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945

BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun
oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang
tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau dengan lain perkataan Pancasila
sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber
nilai, . sumber materi sumber bentuk dan sifat. maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi atau inti
sari dari Pokok Kaidah negara fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila (Notonagoro. tanpa tahun : 40).

E. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945

Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa Pembukaan UUD

Agustus 1945, oleh 1945 karena merupakan itu antara Pembukaan satu kesatuan dan dengan Proklamasi
Proklamasi 17 Agustus17 kaan1945tidakdapat dipisahkan. Kebersatuan antara Proklamasi dengan
PembuUUD1945tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.Proklamasi Kemerdekaan dalam alinea ketiga pembukaan menunjukkan Proklamasi pembukaan adalah suatu
rangkaian yang tidak bisa dipisah pisahkan

2. Pada tanggal 18 Agustus 1945 bersamasama ditetapkan UUD dan pembukaan UUD 1945 presiden dan
Wakil Presiden tidak lanjut dari Proklamasi

3.Pembukaan UUD 1945 hakikatnya merupakan suatu pernyataan kemederkaan yang lebih terimci dalam
bentuk Negara Indonesia yang merdeka berdasarkan asas kerokhanian Pancasila .
Berdasarkan sifat kesatuan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
maka sifat hubungan antara Pembukaan dengan Proklamasi adalah sebagai berikut:

1)memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. yaitu
menegakkan hak kodrat dan hak moral dari setiap bangsa akan kemerdekaan.

2)memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945,yaitu bahwa perjuangan gigih
Indonesia dalam menegakan hak moral dan kodeat.

3) memberikan pertanggungjawaban terhadap pelaksanakan proklamasi 17 Agustus 1945,yaitu kemerdekaan


bangsa Indonesia yang disusun dalam suatu UUD Negara Indonesia .

Penyusunan UUD iniuntuk dasar-dasar pembentukan negaraIndonesia dalam melaksanakan tujuan


negara.yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum.Proklamasi pada hakikatnya bukanlah merupakan tujuan, melainkan
prasyaratuntuktercapainvatujuanbangsa dan negara. maka .proklamasi memiliki dua macam makna sebagai
berikut.

(1)Pernyataan bangsa Indonesia bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.

(2)Tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berhubungan dengan pernyataankemerdekaan tersebut.

Seluruh makna Proklamasi tersebut dirinci dan mendapat pertanggungjawaban dalam Pembukaan UUD 1945:
sebagai berikut.

(1)bagian pertama Proklamasi, mendapatkan penegasan dan penjelasan pada bagian pertama sampai dengan
ketiga Pembukaan UUD 1945

(2) Bagian kedua Proklamasi, yaitu suatu pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
sebagaimana tercantum dalam. Pembukaan UUD 1945 aline IV. Adapun prinsip-prinsip negara yang terkandung
dalam Pembukaan tersebut meliputi empat hal,

pertama: tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan negara.

kedua : ketentuan diadakannya UUD negara, sebagai landasan konstitusional pembentukan pernerintahan
negara,

ketiga : bentuk negara Republik yang berkedaulatan rakyat, dan keempat : asas kerokhanian atau dasar filsafat
negara Pancasila.

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A.pengantar

Dalam proses reformasi ilmiah

tang ganti pumaan terhadap UUD sama terhadap UUD 1945, sekali 1945. banyak UUD UUD Memang 1945,
1945 yang akan tanpa melontarkan amandemen tetapi harus merupakan langsung ide tidak untuk
dimaksudkanmengubah suatu melakukan kajian; prosedur UUD-nya untukamandemenpenyem-meng.ten-itu

sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD
tersebut (Mahfud, 1999:64). Dengan sondirinya amandemen dilakukan dengan malakukan berbagai perubahan
pada pasalpasal maupun memberikan tambahan-tambahan.

Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan sejarah selama masa
orde lama dan orde baru, babwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD memiliki sifat "multi interpretable " atau
dengan kata lain berwayuh arti, sehingga mengaki-batkan adanya centralisasi kekuasaan terutama kepada
Presiden. Karena latar belakang politik inilah maka masa orde baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945
balkan UUD 1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat.
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak adanya sistem kekuasaan
dengan "checks and balances" terutama terhadap kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia
proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu akan mengantarkan
bangsa Indonesia ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.

Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999, di mana amandemen
pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap 9 pasal UUD 1945. Kemudian
amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001, dan amandemen
terakhir dilakukan pada tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.

B.Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)

Pengertian hukum dasar meliputi 2 macam yaitu ,tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis
(convensi) .Undang-Undang Dasar sifat dasarnya yaitu suatu naskah yang memamparkan kerangka dan tugas
pokok dari badan badan oemerintahan suatu negara dan menentukan pokok cara kerja badan tersebut.Pada
prinsip dan mekanisme bahwa setiap sistem pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Dasar .Undang-
Undang Dasar dalat dipandang sebagai lembaga asas menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara
nya Badan Legislatif,Eksekutif,Yudikatif.

Undang-Unsang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama.Undang-


Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel dan memuat 37 pasal .adapun pasal2 lain hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan.Hal ini mengandung makna

(1) Telah cukup jikallau Undang-Undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok,hanya memuat garis-garis
besar instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan negara,
untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial.

(2) Sifatnya yang supel (elastic) dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa masyarakat itu harus
terus berkembang, dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Berhubung dengan itu janganlah terlalu tergesa-gesa memberikan kristelisasi, memberikan bentuk kepada
pikiran-pikiran yang masih berubah. Memang sifat aturan yang tertulis itu bersifat mengikat, oleh karena itu
makin supel sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjaga tinggalan agar zaman.supaya sistem dalam
Undang-Undang Dasar itu jangan ke-

kan menjadi Menurut dua Padmowahyono, macam yaitu: seluruh kegiatan negara dapat dikelompokan menjadi
2 macam

1.Penyelenggaran kehidupan Negara

2.Penyelenggara kesejahteraan sosial

Sifat-Sifat Undang-Undang Dasar 1945

1.Sifat bertulis dan rumusan yang jelas

2.Penjelasan UUD 1945 singkat dan supel

3.Memuat norma-norma aturan-aturan dan ketetuan yang harus dilaksanakan secara konstitusi

4.UUD 1945 peraturan yang positif dan tertinggi,sebagai alat kontrol terhadap notmal-norma hukum positif
yang lebih rendah dalam hierarkhi tertib hukum Indonesia

C.Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convensi)


Aturan-Aturan yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaran negara bersifat tidak tertulis ,berikut
sifat-sifatnya:

1.merupakan kebuasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara

2.Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar

3.Diterima seluruh rakyat

4.Bersifat sebagai pelengkap

D.Konstitusi

Istilah lain dari Undang UndangDasar,pengertian umum dalan praktek ketatanegaraan umumrnya mempunya 2
arti

1.kebih luas dari pada UUD

2.Sama dengan pengertian Uud

E.Stuktur Pemerintahaan Indonesia berdasarkan UUD 1945

1. Demokrasi Indonesua Sebagai Dijabarkan Dalam UUD1945 hasil Amandemen 2002

Demokrasi sebagai sistem pemerintah dari rakyat,Demokrasi Di Indonesua yang tertuang dalam UUD1945
selain mengakui kebebasan dan persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan dan keanekaragaan
Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika .

Unsur-unsur demoktratis

1.keterlibatan waeganegara dalam pembuatan keputusan politik

2.Tingkat persamaan tertentu di antara warganegara

3.Tingkat kebebasan/kemerdekaan tertentu yang diakuin dan dipakau oleh warganegara

4.Suatu sistem perwakilan

5.Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas

Lembaga-Lembaga Negara dan Alat-Alat pelengkap Negara

Majelis permusyawaratan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat

Presiden

Mahkamah Agung

Vadan Pemerika Keuangan

InfraStrutur Politik suatu negara terdiri dari 5 komponen :

Partai politik

Golongan(yang tidak berdasarkan pemilu)

Golongan Penekan
Alat Komunikasi Politik

Tokoh-Tokoh Politik

Dengan demikian dalam sistem demokrasi proses pembuatan kebijakansanaan merupakan keseimbangan
dinamis antara prakarsa pemerintah dan aktif rakyat warga negara.Keikut sertaan rakyat terumis dalam
UUD1945 oleh pada pendiri negara tercantum bahwa “kedaulan ditangan rakyat"

Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen
2002

Konsep kekuasaan

1)Kekuasaan Ditangan Rakyat

a)pembukaan UUD 1945 Alinea IV

b)pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945

c)UUD 1945 pasal 1

d)Uud 1945 pasal 2

2)Pembagian Kekuasaan

a)Kekuasaan Eksekutif

b)Kekuasaan Legislatif

c)Kekuasaan Yudikatif

d)Kekuasaan Inspektif

e)Dalam UUD1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan kknsultatif

3)Pembahasan Kekuasaan
a)Pasal 1 ayat 2 Uud 1945”kedaulatan ditangan rakyat”
b)MPR memiliki kekuasaan melakukan oerubahan UUD,melantik Presiden dan wakil Presdien,serta
melakukan impearchment terhadap presiden jikalau melanggar konstitusi
c)Pasal 20 A ayat 1 memuat “DPR memiliki fungsi pengawasaran yang berarti pengawasan terhadap jalan
nya pemerintahaan yang dijalankan presiden dalam 5rahun”
d)Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah MPR dan Dpr (realisasi periodesasi kekuasaan)

2. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

sistem pemerintahan negara ini dikenal dengan 'Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara", yang dirinci
sebagai berikut . Walaupun tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara menurut penjelasan tidak lagi
merupakan dasaryuridis, namun tujuh kunci pokok tersebut mengalami suatu perubahan. Oleh karena itu sebagai
suatu studi komparatif, sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan sebagai
beri kut.

a)IIndonesia ialah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)

b)Sistem Konstitusional
c)Kekuasaan Negara yang tertinggi ditangan rakyat

d)Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara yang Tertinggi di Samping MPR dan DPR

e)Presiden tidak bertanggung Jawab kepada DPR

f)Menteri negara ialah pembantu presiden ,menteri negara tidak bertanggung jawab kpd DPR

g)Kekuasaan Kepada Negara tidak terbatas

3. Negara Indonesia adalah Negara Hukum

Menurut Penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara Hukum, negara Hukum yang berdasarkan
Pancasila dan bukan berda-sarkan atas kekuasaan. Sifat negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat
perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat
perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.

Ciri-ciri suatu negara hukum adalab:

a.Pengakuan dan perpindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum,
sosial, ekonomi dan kebudayaan.

b.Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.

c.Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukum-nya dapat dipahami, dapat dilaksanakan
dan aman dalam

F.IsiPokok Batang Tubuh UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

dibagiUUD menjadi19045 26Bab.hasil Bab tiga Amandemen bertambah pasal aturan 2002 juga peralihan
banyak tetap memuat pasal dan dua yang 37 pasal pasal dikembangkan.aturan akan tetapitam-

bahan.Selain jumlah

Pasaltersebut antara lain pasal 3 menjadi 3 ayat, pasal 6 dua ayat, ditambah pasal6Aberisi5ayat, pasal 7
ditambah pasal 7A, pasal 7B terdiri atas 7 ayat, pasal7C,pasal8menjadi berisi 3 ayat, pasal 9 menjadi berisi 2
ayat, pasal 10 tetap,pasal11 menjadi 3 ayat, pasal 12 tetap, pasal 13 menjadi berisi 3 ayat. pasal 14 menjadi 2
ayat, pasal 15 tetap, pasal 16 1 ayat, pasal 17 menjadi 4 ayat. pasal 18 menjadi 7 ayat, ditambah pasal 18 A
terdiri atas 2 ayat. pasal 18B terdiri atas 2 ayat, pasal 19 menjadi 3 ayat, pasal 20 menjadi 5 ayat, ditambah pasal
20A terdiri atas 4 ayat, pasal 21 tetap 2 ayat. pasal 22 tetap 3 ayat, ditambah pasal 22A 1 ayat. 22B terdiri atas 1
ayat, 22C terdiri atas 4 ayat, pasal 22D terdiri atas 4 ayat, pasal 22E 6 ayat. pasal 23 berubah menjadi 3 ayat,
ditambah pasal 23A 1 ayat, 23B 1 ayat. 23C 1 ayat, 23D 1 ayat, pasal

23E 3 ayat, 23F 2 ayat, pasal 23G 2 ayat. Pasal 24. 3 ayat, ditambah pasal 24A 5 ayat, 24B 4 ayat. 24C 6 ayat,
pasal 25 1 ayat, pasal 26 3 ayat, pasal 27 3 ayat, pasal 28 1 ayat, ditambah pasal 28A 1 ayat, 28B 2 ayat, pasal
28C2 ayat, pasal 28D4 ayat, pasal 28E 3 ayat, pasal 28F 1 ayat, pasal 28G 2 ayat, pasal 28H 4 ayat, pasal 28 1 5
ayat, pasal 28J 2 ayat, pasal 29- 2 ayat, pasal 30 5 ayat, pasal 30 5 ayat, pasal 31 5 ayat, pasal 32 2 ayat, pasal 33
5 ayat, pasal 34 4 ayat, pasal 35 1 ayat, pasal 36 1 ayat, ditambah pasal 36A 1 ayat, pasal 36B 1 ayat, pasal 36C
1 ayat serta pasal pasal 37 berisi 5 ayat. Deamikian isi UUD 1945 hasil amandemen yang masing-masing pasal
ada yang dikurangi dan ada yang ditambah.

1.Bentuk Kedaulatan Bab 1

2.MPR Bab II

3.Kekuasaan Pemerintah Negara bab III


4.Kementrian Negara bab V UUD 1945

5.Pemerintah Daerah Bab VI

6.DPR Bab VII

7.DPR bab VIIA

8.Pemilihan Umum

9.Hal keuangan bab VIII

10.Bahan pemeriksa Keuangan bab VIIIA

11.Kekuasaan Kehakiman

12.Wilayah Negara (Bab IXA)

13.Warga Negara dan penduduk (Bab X)

14.Agama (Babab XI)

15.Pertananan dan Keamanan Negara bab XII

16.Pendidikan Dan kebudayaan

17.Perekonomian Nasional Dan kesehahteraaan sosial bab XIV

18.Bendera,Bahasa,Lambang Negara,serta lagu Kebangsaan (Bab XV)

19.Perubahaan UUD 1945 (XVI)

20.Aturan Peralihan

21.Aturan Tanbahan

G.Hubungan Anatara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarjan UUD 1945

1.Hubungan antara MPR san Presiden

Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai wakil rakyat sesuai-dengan UUD
1945 (pasal 1 ayat 2 ), di samping DPR dan Presiden. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 bahwa
baik Presiden maupun MPR dipilih langsung oleh rakyat, pasal 2 ayat (1) dan pasal 6A ayat (1). Berbeda dengan
kekuasaan MPR menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen 2002, yang memiliki kekuasaan tertinggi
dan mengangkat serta memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 hasil amandemen 2002, maka Presiden dapat diberhentikan sebelum habis
masa jabannya baik karena permintaan sendiri atau karena tidak dapat melakukan kewajibannya maupun
diberhentikan oleh MPR.

2.Hubungan Antara MPR dan DPR

Perwakilan Majelis melalui Rakyat, Permusyawaratan Pemilu. dan Dengan demikian Rakyat terdiri maka
seluruh atas anggota-anggota anggota MPR menurutdewan

dipilih1945 dipilih melalui anggota-anggota Pemilu. Dewan Perwakilandaerahyang UUD

Mengingat kedaulatan kedudukannya serta rakyat sebagai tertinggi penjelmaan (pasal 2 seluruh ayat 1)rakyat
danuntukIndonesiame-

yangmemegang negakkan martabat kewibawannya, maka MPR menyelesaikanmasalahmasalah yang bersifat


dasar, yang bersifat struktural dan memiliki kekuasaan untukmengubah UUD, maka antara DPR dengan MPR
harus melakukan kerjasama yang simultan dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang
dilakukan oleh Presiden.

Oleh karena anggota DPR seluruhnya merangkap anggota MPR, maka MPR menggunakan DPR sebagai tangan
kanannya dalam melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Presiden sebagaimana
ditetapkan oleh MPR

Dalam hal ini DPR menggunakan hak-hak tertentu yang dimilikinya seperti hak angket, hak amandemen, hak
interpelasi, hak budget, hak tanya inisiatif, pasal 20A.

MPR mempunyai tugas yang sangat luas, melalui wewenang DPR, MPR mengemudikan pembuatan Undang-
Undang serta peraturan-peraturan lainnya agar Undang-Undang serta peraturan-peraturan itu sesuai dengan
UUD 1945. Melalui wewenang DPR ia juga menilai dan mengawasi wewenang lembaga-lembaga lainnya.

Demikianlah hubungan DPR dan MPR sebagai bagian yang diutamaka

Majelis, terutama pasca amandemen UUD 1945 2002 ini diharapkan denga
pelaksanaanadanyareformasinegarakelembagaanyanglebih demokratis.tingginegara, benar-benar dapat tercipta
iklim pelaksanaan negara yang demokrasi.

3.Huhungan Anatara DPR dan Presiden

Membuat Undang-Undang berarti menentukan kebijakan politik vang diselenggarakan oleh Presiden
(Pemerintah).

Menetapkan budget negara pada hakekatnya berarti menetapkan ran cana kerja tahunan. DPR melalui Anggaran
Belanja yang telah disetujui dan mengawasi pemerintah dengan efektif. Di dalam pekerjaan untuk membra UU,
maka lembaga-lembaga negara lainnya dapat diminta pendapataya.

Sesudah DPR bersama Presiden menetapkan UU dan RAP/RAB negara maka di dalam pelaksanaannya DPR
berfungsi sebagai pengawas pemerintah. Pengawasan DPR terhadap Presiden adalah suatu konsekuensi yang
wajar (logis), yang pada hakikatnya mengandung arti bahiwa bertanggung jawab kepada DPR dalam arti
partnership.

Presiden tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, dan dengan pengawasan ter. sebut, maka terdapat kewajiban bagi
pemerintah untuk selalu bermusvawarah dengan DPR tentang masalah-masalah pokok dari negara yang ineny.
angkut kepentingan rakyat dengan UUD sebagai landasan kerja.

Hal ini tetap sesuai dengan penjelasan resmi UUD 1945 dinyatakan ba hwa Presiden harus tergantung kepada
Dewan. Sebaliknya kedudukan DPE adalah kuat, Dewan ini tidak dapat dibubarkan oleh Presiden.Oleh karen
anggota-anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota-anggota MP maka DPR dapat senantiasa
tindakan-tindakan Presiden dan jikalau Dew menganggap bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar pidana
atau ko stitusi yang telah, maka Majelis itu dapat melakukan sidang istimewa unt melakukan impeachment.

Bentuk kerjasama antara DPR dan Presiden tidak boleh mengingk partner legislatifnya. Presiden harus
memperhatikan, mendengarkan, berk sultasi dan dalam banyak hal, memberikan keterangan-keterangan serta la
ran-laporan kepada dpr dan meminta pendapatnya.

4.Hubungan Anatara DPR san Menteri-Menteri

Hubungan kerjasama antara Presiden dengan DPR juga harus dilaksanakan dalam hal DPR menyatakan
keberatannya terhadap kebijaksanaan menteri-menteri. Dalam hal ini sudah sewajarnya Presiden mengganti
menteri yang bersangkutan tanpa membubarkan kabinet.

Dalam UUD 1945 dinayatkan bahwa menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (pasal 17 ayat
(2), sedangkan dalam penjelasannya dikemukakanbahwa menteri-menteri itu tidak bertanggung jawab kepada
DPR, artinya kedudukannya tidak tergantung kepada Dewan, akan tetapi tergantung kepada Presiden.
Penafsiran tentang kedudukannya menteri-menteri itu tidak bisa dilepaskan dari penafsiran tentang kedudukan
Presiden yang juga dalam penjelasan UUD 1945, dalam pasal tentang kementerian negara (pasal 17)
diterangkan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR (sistem Kabinet

Presidensial)

Seperti juga halnya dengan Presiden, menteri-menteri tidak dapat dijatuhkan dan atau diberhentikan oleh DPR,
akan tetapi sebagai konsekuensinya yang wajar (logis) dari tugas dan kdudukannya, ditambah pula ketentuan
dalam penjelasan yang mengatakan bahwa Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Oleh
karena itu menteri-menteripun juga tidal terlepas dari keberatan-keberatan DPR, yang berakibat diberhentikanny
menteriolehPresiden.

Sudah terang bahwa DPR tidak boleh main mosi tidak percay

Delainkan secaraserius harus memberikan pertimbangan kepada Presiden sebaliknya.

5.Hubungan Anatara Presdien dengan Menteri-Menterinya

Meskipun kedudukan para kepada Presiden, mereka bukan pegawai tinggi biasa, yang terutama menjalankan
Sebagai pemimpin departemen (pasal 17 ayat 3). mengenai lingkungan pekerjaannya.

dengan itu menteri mempunyai pengaruh menuntun politik negara yang menyangkut yang dimaksudkan adalah
bahwa para menteri itu negara. Untuk menetapkan politik pemerintah dan negara, para menteri bekerjasana satu
sama lain Presiden.

praktek pemerintahan, timbul kebiasaan bahwa wewenang kepada pembantu pimpinan dari demikian ini tidak
boleh mengurangi jiwa dari sistem kabinet presidensial

6.Hubungan Antara MA dengan Lembaga Negara Lain nya

hak-hakasasimanusia dan lindungandasar digunattindakan Ketentuan mengandung penguasa makna


(Government bahwa bukan alat-alat by law, kemauan perlengkapannya not by seseorang man). Sifat yang hanya
negara menjadidapathdan katnyabadan yang disebut dengan "Rule Pokok untuk of Kehakimam law". peraturan-
peraturan(UU No. 14 tahun itu,1970).

7.Hubungan Anatara BPK dan DPR

BPK bertugas untuk memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara dan memeriksa semua
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sehubungan dengan penunaian tugasnya BPK
berwenang meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan/instansi Pemerintah atau badan
swasta, spanjang tidak bertentangan dengan UndangUndang.

Pembentukan BPK sesungguhnya memperkuat pelaksanaan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya, oleb
karena pegnaturan kebijaksanaan dan arab keuangan negara yang dilakukan DPR saja belum dapat dikatakan
cukup. Tidakkalahpertingnyaadalah mengawasi apakah kebijaksanaan dan arab terse -. but dilaksanakan
pemerintah dengan sebaik-baiknya menurut tujuan semula, secara tertib. Jadi BPK bertugas memeriksa
pertanggungjawaban pemerintah tentang keuangan negara dan memeriksa semua pelaksanaan APBN yang hasil
pereriksanaannya diberitabukan kepada DPR, Dewan Perwakilan Daerah dan DPRD.Selain pelaksanaan APBN,
diperiksa pula Angggaran Pendapatandan.Belanja. Hasil Daerah, pemeriksaan Anggaran BPK Perusahaan-
perusahaan inipun disertai sangsi milik pidana, negara apabila dan lain-lain.hasil pe-

meriksaan atau perbuatan mengungkapkan yang merugian sangkaan negara, maka terjadinya masalahnya
tindakan-tindakan diberitahukan pidana,kepada kepolisian atau kejaksanaan. Ditinjau dari segi ini maka hasil
pemeriksaan
Hak Asasi Manusia Menurut UUD 1945

1.Hak-Hak Asasi Manusia dan Permasalahan nya

2.Penjabaran Hak Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945

BAB VII

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA


DAN BERNEGARA

A. Pengertian Paradigma

Istilah Paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan
filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu
pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution
(1970: 49). Inti sari pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum- hukum, metode, serta
penerapan dalami ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri.

Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya hasil-hasil penelitian
manusia, sehingga dalam per- kembangannya terdapat suatu kemungkinan yang sangat besar ditemukannya
kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada. dan jikalau demikian maka ilmuwan akan kembali pada
asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali
meng- kaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain perkataan ilmu pengetahuan harus
mengkaji dasar ontologis dari ilmu itu sendiri. Misalnya dalam ilmu-ilanu sosial manakala suatu teori yang
didasarkan pada suatu hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia
dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial. terukur, korelatif dan positivistik maka ternyata hasil
dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu
pengetahuan yaitu manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuwan sosial l kem- bali mengkaji paradigma ilmu
tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikat- nya manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda bahkan
multidi- mensi. Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemu- dian dikembangkanlah
metode baru berdasarkan hakikat dan sifat paradigma ilmu tersebut yaitu manusia, yaitu metode kualitatif.

Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan
lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya.

B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia melaksanakan
pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya.
Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut: "melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia," hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal
adapun rumusan "memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa" hal ini dalam pengertian
negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional. Adapun selain
tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial". Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan masyarakat
internasional.
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pem- bangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai
sila-sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia
sebagai subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini
berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan
hidup) manusia. Oleh karena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional
untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia
"monopluralis". Unsur-unsur hakikat manusia "monoplu- ralis" meliputi susunan kodrat manusia, rokhani
(jhwa) dan roga, sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan
nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pembangunan haruslah mendasar- kan
pada paradigma hakikat manusia "monopluralis" tersebut.

Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk mewujudkan peningkatan
harkat dan martabat nanusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut.
Maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal.rasa dan kehendak, aspek
raga (jasmani), aspek individu. aspek makhluk sosial. aspek pribadi dan juga spek kehidupan ketuhanannya.
Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalain berbagai bidang pembangunan antara lain. politik. ekonomi,
hukum. pendidikan. sosial. budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang kehidupan agama.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek

Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreativitas rokhani manusia. Unsur jiwa (rokhani) manusia meliputi aspek akal. rasa dan
kehendak. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas. rasa dalam
bidang estetis. dan kehendak dalam bidang moral (etika).

Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam
yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan yang essensial dari Iptek adalah demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam
masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup
manusia. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasar- kan pada moral Ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam
pengembangan Iptek.

Sila Ketuhanan yang Maha Esa. mengkomplementasikan ilmu penge- tahuan, mencipta. perimbangan antara
rasional dan irasional. antara akal rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan apa
yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud- nya dan akibatnya apakah
merugikan manusia dengan sekitarnya. Pengo- lahan diimbangi dengan melestarikan. Sila ini menempatkan
manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang
diolahnya (T. Jacob. 1986).

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam
mengembangkan Iptek haruslah bersifat beradab. Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan
bermoral. Oleh karena itu pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat
manusia. Iptek bukan untuk kesombongan, kecongkaan dan keserakahan manusia namun harus diabdikan demi
peningkatan harkat dan martabat manusia.
Sila Persatuan Indonesia. mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-
sila yang lain. Pengembangan Iptek diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di dalamnya
kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan Iptek bendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme.
kebesaran bangsa serta keluhuran

bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan Iptek secara demo- kratis. Artinya setiap
ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengem- bangkan Iptek. Selain itu dalam pengembangan Iptek
setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang
terbuka artinya terbuka untuk dikritik.dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Mengkomplemen- tasikan pengembangan Iptek haruslah
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain. manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T. Jacob, 1986).

Kesimpulannya bahwa pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka pikir serta
basis mralitas bagi pengem- bangan Iptek 2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD

HANKAM

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun
pembangunan dirinci dalam berbagai macam bidang antara lain POLEKSOSBUD HANKAM. Dalam bidang
kenegaraan penjabaran pembangunan dituangkan dalam GBHN yang dirinci dalam bidang-bidang operasional
serta target pencapaiannya.

Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam negara untuk mencapai tujuan seluruh warga harus
mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subjek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan. Hakikat manusia
adalah 'Monopluralis' artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-jasma- ni, individu-makhluk sosial serta
manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan ang Maha Esa. Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber
nilai bagi pengembangan POLEKSOSBUD HANKAM. Hal inilah yang sering diungkapkan dalam pelaksanaan
pembangunan bahwa pembangunan haki- katnya membangun manusia secara lengkap. secara utuh meliputi
seluruh unsur hakikat manusia monopluralis, atau dengan lain perkataan membangun martabat manusia.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini
didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek negara, oleh karena itu kehidupan
politik dalam negara harus benar-benar untuk merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu
hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas marbata kemanu siaan
sehingga sistem politik negara harus mempu menciptakan sistem yang menjamin atas hak-hak tersebut.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat
manusia sebagai individu-makhluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Maka kekuasaan negara harus
mendasar- kan pada asal mula dari rakyat untuk rakyat. Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau
kelompok.

Selain sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar morali- tas politik negara. Telah diungkapkan
oleh para pendiri negara Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta,, menyatakan bahwa
negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, atas dasar Kemanu siaan yang adil dan beradab. Hal ini
menurut Moh. Hatta agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh
karena itu dalam politik negara termasuk para elit politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi
pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam politik negara harus mendasarkan
pada kerakyatan (Sila IV). adapun pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas
berturut-turut moral Ketuhanan (Sila 1). moral kemanusiaan (Sila II) dan moral persatuan, yaitu iketan moralitas
sebagai suatu bangsa (Sila III). Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai
dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia
melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita
saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai
wilayah Indonesia saat ini terjadi berbagai macam gejolak ang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyatrakat satu dengan lainnya yang muaranya adalah pada
masalah politik. 3

Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa refor. masi dewasa ini kita harus mengangkat
nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dalam
prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik. artinya nilai- nilai Pancasila mendasarkan pada nilai
yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam
sila kedua Pancasila yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Dalam rangka pengembangan sosial budaya.
Pancasila merupakan sumber normatif bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai
kerangka kesadaran Pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1) univer- salisasi, yaitu melepaskan simbol-
simbil dari keterkaitan struktur. dan (2) transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia.
dan kebebasan spiritual (Koentowijoyo. 1986). Dengan demikian maka proses humanisasi universal akan
dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok sosial tertentu sehingga menciptakan
sistem sosial budaya yang beradab.

Dalam proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan gejolak masya- rakat yang jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan yang beradab. Hal ini sebagai akibat perbenturan kepentingan politik demi kekuasaan sehingga
masyarakat sebagai elemen infrastruktur politik yang malakukan aksi sebagai akibat akumulasi persoalan-
persoalan politik. Anehnya suatu aksi yang tidak bera- dab. tidak manusiawi dan tidak human tersebut
senantiasa mendapat afirmasi politis dari kalangan elit politik sebagai tokohnya. Demikian pula mening- katnya
fanatisme etnis di berbagai daerah mengakibatkan lumpuhnya kebera- daban masyarakat. Oleh karena itu suatu
tugas yang maha berat bagi bangsa Indonesia pada pasca reformasi dewasa ini untuk mengembangkan aspek
sosial budaya dengan berdasarkan nilai-nilai Pancasila. yang secara lebih Pancasila sebagai Paradigma
Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan
ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang. Hal ini sebagai implikasi
dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18. menumbuhkan ekonomi kapitalis. Atas dasar
kenyataan objektif inilai maka di Eropa pada awal abad ke-19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas
perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komu- nisme yang memperjuangkan nasib kaum proletar yang
ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh karena itu kiranya menjadi sangat penting bahkan mendesak untuk
dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas huamnsitik, ekonomi yang berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Mubyarto kemudian mengem- bangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi
yang humanistik yang menda- sarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan
ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kema- nusiaan, demi kesejahteraan seluruh
bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan
ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan (Mubyarto. 1999). Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi
lebih sejahtera. Oleh karena itu ekonomi harus mendasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan
kemanusiaan. ekonomi untuk kesejahteraan manu- sia sehingga kita harus menghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang
menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan penindasan atas manusia satu dengan lainnya.

terinci berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. nilai Ketuhanan serta nilai keberadaban.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara
maka diperlukan peraturan perundang- undangan negara. baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun
dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu negara bertu- juan melindungi segenap wilayah
negara dan bangsanya. Atas dasar penger- tian demikian ini maka keamanan merupakan syarat mutlak
tercapainya kesejahteraan warga negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat negara diperlukan
suatu pertahanan negara. Untuk itu diperlukan parat keamanan negara dan aparat penegak hukum negara.

Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis
maka pertahan dan keamanan negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab meru- pakan basis moralitas pertahanan dan
keamanan negara. Dengan demikian pertahanan dan keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi
terja- minnya harkat dan martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak- hak asasi manusia. Pertahan
dan kemanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah dapat dipastikan akan melanggar hak asasi
manusia.

Demikian pula pertahan dan keamanan negara bukanlah hanya untuk sekelompok warga ataupun kelompok
politik tertentu, sehingga berakibat negara menjadi totaliter dan otoriter. Oleh karena itu pertahan dan kemanan
negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pertahanan dan keamanan
negara harus mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa (Sila Indonesia dan II). Pertahanan dan keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan
demi kepentingan warga dalam seluruh warra sebagai warga negara (Sila III). Pertahanan dan keamanan' harus
mampu menjamin hak-hak dasar. persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila IV) dan akhirnya
pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat
(terwujudnya suatu keadilan sosial) agar benar-benar negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai
suatu negara hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas kekuasaan. Pancasila sebagai Paradigma
Pengembangan Kehidupan Beragama

Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indo- nesia terjadi konflik sosial yang bersumber
pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama. Hal ini menunjukkan kemunduran bangsa
Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Tragedi di Ambon. Poso. Medan, Mataram,
Kupang serta daerah-daerah lainnya menunjukkan betapa semakin melemahnya toleransi kehidupan beragama
yang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu merupakan suatu tugas berat bagi bangsa Indonesia. untuk mengembalikan suasana kehidupan
beragama yang penuh perdamaian. saling menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesama
umat manusia yang beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundammental bagi umat
bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini.
Manusia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu manusia wajib untuk beribadah kepada
Tuhan yang Maha Esa dalam wilayah negara di mana mereka hidup. Namun demikian Tuhan menghendaki
untuk hidup saling menghormati, karena Tuhan menciptakan umat manusia dari laki-laki dan permpuan ini yang
kemudian berbangsa-bangsa, bergolong-golong, berke- lompok-kelompok baik sosial, politik, budaya maupun
etnis tidak lain untuk saling hidup damai yang berkemanusiaan.

Dalam pengertian inilah maka negara menegaskan dalam Pokok Pikiran Ke IV bahwa "Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab". Hal ini berarti bahwa kehidupan
dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama serta men- jalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam negara Indonesia memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan lain
perkataan menjamin atas demokrasi di bidang agama. Oleh karena setiap agama memiliki dasar-dasar ajaran-
ajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing maka dalam pergaulan hidup negara kehidupan beragama

hubungan antar pemeluk agama didasarkan atas nilai- nilai kemanusiaan yang beradab hal ini berdasarkan pada
nilai bahwa semua pemeluk agama adalah sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

Oleh karena itu kehidupan beragama dalam negara Indonesia dewasa ini harus dikembangkan ke arah
terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan
yang beradab.

C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

Ketika gelombang gerakan reformsi melanda Indonesia maka seluruh aturan main dalam wacana politik
mengalami keruntuhan terutama praktek praktek elit politik yang dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia
ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi
terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera. masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai
hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius serta masyara kat yang bermoral
kemanusiaan dan beradab.

Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia yaitu dampak sosial,
politik, ekonomi terutama kemanusia- an. Para elit politik memanfaatkan gelombang reformasi ini demi meraih
kekuasaan, sehingga tidak mengherankan jikalau banyak terjadi perbenturan kepentingan politik. Berbagai
gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan dan banyak menelan
banyak korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat kecil yang tidak berdosa dan men- dambakan
perdamaian ketenteraman serta kesejahteraan. Tragedi yang sa ngat memilukan itu antara lain peristiwa Amuk
Masa di Jakarta. Tangerang, Solo, Jawa Timur. Kalimantan serta daerah-daerah lainnya. Bahkan tragedi
pembersihan etnis ala Rezim Serbia di Balkan terjadi di berbagai daerah antara lain di Dili. Kupang. Ambon.
Kalimantan Barat serta beberapa daerah lainnya. Ancaman disitntegrasi dan sentimen SARA semakin
merongrong eksistensi bangsa Indonesia, aparat keamanan diletakkan dalam posisi yang sangat sulit bahkan
krisis kepatuhan terhadap hukum semakin merosot, sehingga hukum seakan-akan sudah tidak berfungsi lagi.
ondisi ekonomi semakin memprihatinkan sektor riil sudah tidak ber- daya. banyak perusahan maupun perbankan
yang gulung tikar yang dengan sendirinya disertai dengan PHK dan bertambahnya jumlah tenaga kerja potensial
yang nganggur. Rakyat benar-benar menjerit bahkan banyak yang kondisi kehidupan sehari-harinya sangat
memprihatinkan karena kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ironisnya kalangan elit politik
serta para pelaku politik lainnya seakan tidak bergeming dengan jerit an kemanusiaan tersebut.
Namun demikian di balik berbagaimacam keterpurukan bangsa Indo- nesia tersebut masih tersisa satu keyakinan
akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu
nilai-nilai Pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem negara di
bawah nilai-nilai Pancasila. bukan menghan

eformasi dengan melakukan.perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakkan dengan jargon reformasi
total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Mungkinkah reformsi total dewa- sa
ini akan mengubah kehidupan bangsa Indonesia menjadi tidak berketu- hanan, tidak berkemanusiaan, tidak
berpersatuan, tidak berkerakyatan serta tidak berkeadilan, dan kiranya hal itu tidak mungkin dilakukan. Oleh
karena itu justru sebaliknya reformsi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi
bangsa Indonesia Nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total tersebut.

(1.) Gerakan Reformasi

Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini bangsa Indo- nesia menghadapi bencana hebat, yaitu
dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah
Terutama praktek-praktek pemerintahan di bawah orde baru hanya membawa kebahagiaan semu, ekonomi
rakyat menjadi semakin terpuruk sistem ekonomi menjadi kapitalistik di mana kekuasaan ekonomi di Indonesia
hanya berada pada sebagian kecil penguasa dan konglomerat.

Terlebih lagi merajelelanya paraktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pada hampir seluruh instansi serta lembaga
pemerintahan, serta penyalahgu- naan kekuasaan dan wewenang di kalangan para pejabat dan pelaksana peme-
rintahan negara membawa rakyat semakin menderita.

Para wakil-wakil rakyat yang seharusnya membawa amanat rakyat dalam kenyataannya tidak dapat berfungsi
secara demokratis, DPR serta MPR menjadi mandul karena sendi-sendi demokrasi telah dijangkiti penyakit
nepotisme. Sistem politik dikembangkan ke arah sistem "Birokratik Otoritarian" dan suatu sistem "Korporatik
"(Nasikun, 1998: 5). Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi di dalam pembuatan
keputusan-keputusan nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok, militer,
kelompok cerdik cendekiawan dan kelompok wiraswastawan oligopilstik dan bekerjasama dengan masyarakat
bisnis internasional. Keadaan yang demikian membawa ekonomi rakyat menjadi tidak tersentuh dan semakin
parah. Pada sisi lain rakyat dikelabui dengan berbagai macam program yang' mangatasnamakan rakyat, namun
dalam kenyataannya hanya menguntungkan sekelompok kecil yaitu para elit ekonomi dan para pejabat,
sehingga hampir di seluruh tanah air banyak pejabat melakukan praktek KKN untuk kepentingan pribadi.

Yang lebih mendasar lagi reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada susunan
DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui Pemilu secepatnya dan diawali dengan
pengubahan:

a. UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No. 16/1969 jis. UU No. 5/1975 dan UU
No. 2/1985). b. UU tentang Partai Politik dan Golongan Karya (UU No. 3/1975, jo.

UU. No. 3/1985). c. UU tentang Pemilihan Umum (UU no. 16/1969 jis UU No.4/1975,

UU No.2/1980, dan UU No.1/1985). Reformasi terhadap UU Politk tersebut di atas harus benar-benar dapat
mewujudkan iklim politik, yang demokratis sesuai dengan kehendak Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa
kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(Mardjono, 1998: 57).

A. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Makna serta pengertian 'Reformasi' dewasa ini banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat yang
melakukan perubahan yang mengatasna- makan gerakan reformasi juga tidak sesuai dengan pengertian
reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan masyarakat dengan menga- tasnamakan gerakan
reformsi, melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan makna reformasi itu sendiri, misalnya pemaksaan
kehendak dengan mendu- duki kantor suatu instansi atau lembaga baik negeri maupun swasta, memaksa untuk
mengganti pejabat dalam suatu instansi, malakukan pengrusakan,

Makna 'Reformasi secara etimologis berasal dari kata 'reformation" dengan akar kata 'reform' yang secara
semantik bermakna 'make or become better by removing or putting right what is bad or wrong' (Oxford
Advanced Learner's Divtionary of Current English, 1980, dalam Wibisono, 1998:1). Secara harfiah reformasi
memiliki makna: suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang
menyimpang antuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-
citakan rakyat (Riswanda, 1998). Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat

sebagai berikut:

1) Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyim pangan-penyimpangan. Masa pemerintahan
Orba banyak terjadi sua- tu penyimpangan misalnya asas kekeluargaan menjadi 'nepotisme", kolusi dan korupsi
yang tidak sesuai dengan makna dan semangat Pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.

2) Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang

jelas (landasan ideologis), tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Jadi
reformasi pada prinsip- nya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilai-nilai sebagaimana yang
dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Tanpa lan- dasan ideologis yang jelas maka gerakan reformasi akan
mengarah kepada anarkisme, disintegrasi bangsa dan akhirnya jatuh pada suatu kehancuran bangsa dan negara
Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni Sovyet dan Yugoslavia.

3) Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural, tertentu (dalam hal ini
UUD) sebagai kerangka acuan reformasi. Reformasi pada prinsipnya gerakan untuk menga- dakan suatu
perubahan untuk mengembalikan, pada suatu tatanan struktural yang ada karena adanya suatu penyimpangan.
Maka refor masi akan mengembalikan pada dasar serta sistem negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah di
tangan rakyat sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2). Reformasi harus mengambalikan dan melakukan
perubahan ke arah sistem negara hukum dalam arti yang sebenarnya sebagaimana terkandung dalam penjelasan
UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari penguasa, serta
legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu reformasi sendiri harus berdasarkan pada kerangka hukum yang
jelas. Selain itu reformasi harus diarahkan pada suatu peru- bahan ke arah transparansi dalam setiap
kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal ini sebagai manifestasi bahwa rakyatlah sebagai asal
mula kekuasaan negara dan untuk rakyatlah segala aspek kegiatan negara.

4) Reformasi dilakukari ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih baik. Perubahan yang
dilakukan dalam reforma- si harus mengarah pada suatu kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala
aspeknya antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan. Dengan lain
perkataan reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan martabat rakyat Indonesia sebagai manusia.

5) Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, serta terjaminnya. persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam perjalanan
sejarah, nampaknya tidak diletak- kan dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya. Pada masa orde lama
pelaksanaan dalam negara yang secara jelas menyimpang bahkan berten- tangan misalnya, Manipol Usdek dan
Nasakom yang bertentangan dengan Pancasila. Presiden seumur hidup serta praktek-praktek kekuasaan diktator.
Masa Orba Pancasila digunakan sebagai alat legitimasi politik oleh penguasa, sehingga kedudukan pancasila
sebagai sumber nilai dikaburkan dengan praktek kebijaksanaan pelaksana penguasa negara. Misalnya setiap
kebijaksa- haan penguasa negara senantiasa berlindung di balik ideologi Pancasila. sehingga setiap tindakan dan
kebijaksanaan penguasa negara senantiasa dilegitimasi oleh ideologi. Pancasila. Sehingga konsekuensinya setiap
warga negara yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut dianggap bertentangan dengan Pancasila. Asas
kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam nilai Pancasila disalahgunakan menjadi praktek nepotisme,
sehingga merajalela kolusi dan korupsi.

1. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Dalam era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terha- dap pembaharuan hukum sudah
merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali tidak mungkin
dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan terhadap peraturan perundang-undangan. Agenda yang lebih
kongkret yang diperjuangkan oleh para reformis yang paling mendesak adalah reformasi bidang hukum. Hal ini
berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekua- saan Orde Baru,
salah satu subsistem yang mengalami kerusakan parah selama Orde. Baru adalah bidang hukum. Produk hukum
baik materi maupun penegakannya dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta
keadilan, Subsistem hukum nampaknya tidak mampu

Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai sebagai landasan operasionalnya.
Reformasi pada dasarnya untuk me- ngembalikan hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu
melindungi seluruh bangsa dan seluruh tumpah darah. Negara pada hakikatnya secara- formal (sebagai negara
hukum formal) harus melindungi hak-hak warganya terutama hak kodrat sebagai suatu hak asasi yang
merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa (Sila I dan II). Oleh karena itu pelanggaran terhadap hak-hak
asasi manusia adalah sebagai pengingkaran terhadap dasar filosofis negara, misalnya pembungkaman demokrasi
penculikan pembatasan berpendapat, berserikat, berunjukrasa dan lain sebagainya dengan sendirinya. hal ini
harus disertai dengan tanggungjawab atas kepentingan bersama.

Reformasi pada hakikatnya untuk mengembalikan negara pada kekuasaan rakyat (Sila IV). Negara adalah dari,
oleh dan untuk rakyat. Rakyat adalah asal-mula kekuasaan negara. Maka dalam pelaksanaan hukum harus
mengembalikan negara pada supremasi hukum yang didasarkan atas kekuasaan yang berada pada rakyat
bukannya pada kekuasaan perseorangan atau kelompok. Bagi negara Indonesia kekuasaan rakyat dilakukan oleh
suatu majelis yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dilakukan melalui suatu pemilihan umum. Oleh
karena itu pelaksanaan peraturan perundang- undangan harus mendasarkan pada terwujudnya atas jaminan
bahwa dalam suatu negara kekuasaan adalah di tangan rakyat.

Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan
suatu supremasi hukum. Artinya pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas terwujudnya

keadilan (Sila V),dalam suatu negara yaitu keseimbangan antara hak dan wajib bagi setiap warga negara tidak
memandang pangkat, jabatan, golong- an, etinisitas maupun agama. Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di muka hukum dan pemerintahan ( UUD 1945 Pasal 27). Jaminan atas terwujudnya keadilan
bagi setiap warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik
keadilan distributif keadilan komutatif, serta keadilan legal. Konsekuensinya dalam pelaksanaan hukum aparat
penegak hukum terutama pihak kejaksaan adalah sebagai ujung tombaknya sehingga harus benar-benar bersih
dari praktek KKN.

2. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Landasan aksiologis (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia ada- lah sebagaimna terkandung dalam
Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu Pembu- kaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi "...maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik In- donesia yang Berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Pasal 2 ayat (2) menyatakan,

"Majelis Permusyawaratan Rakyat terdalaus apggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan
man-unis dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan un- dang-undang

Pasal 5 ayat (1) menyatakan, "Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat." Pasal 6 ayat (2) menyatakan,

"Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara terbanyak."

Rangkaian keempat. pasal tersebut terkesan sangat unik, karena berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Majelis
Permusyawaratan Rak-. yat merupakan lembaga tertinggi negara untuk menjalankan kedau- latan rakyat, serta
berdasarkan Pasal 6 ayat (2) berkuasa memilih Presiden. Akan tetapi berdasarkan Pasal 2 ayat (1) susunan dan
kedudukannya justru diatur dengan undang-undang yang ditetapkan oleh Presiden bersama Dewan Perwakilan
Rakyat

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal tersebut terdapat suatu pertanyaan mendasar berkaitan dengan mekanisme
demokrasi yaitu bagaimana MPR sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki kekuasaan tertinggi, namun
ditentukan oleh Presiden bersama-sama dengan DPR yang kekuasaannya di bawah MPR. Hal ini bilamana
dipahamisecara harfiah akan menim- bulkan interpretasi negatif. Oleh karena itu harus dipahami berdasar- kan
semangat dari UUD 1945 yang merupakan esensi pasal-pasal itu:

a. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara. b. Kadaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya
oleh Majelis Permusya- waratan Rakyat. c. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan

b. Rakyat dan karenanya harus tunduk dan bertanggungjawab kepada

c. Majelis Permusyawaratan Rakyat:

d. Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun bersama-sama lembaga lain,
kekuatannya berada di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat atau produk-produknya.

Susunan Keanggotaan DPR

Perubahan atas isi keanggotaan DPR tertuang dalam Undang-undang

No.4 Pasal 11 sebagai berikut: Pasal 4. ayat (2) menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas:

a. anggota partai politik hasil Pemilu. b. anggota ABRI yang diangkat.

Pasal 11 ayat (3) menjelaskan :

a. anggota partai politik hasil Pemilu sebanyak 462 orang. b. Anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang.

Berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR ini sampai saat ini masih ada sementara masyarakat yang
menolak, namun berdasakan hasil Sidang Istimewa MPR tahun 1998, untuk keanggotaan ABRI ini akan
dikurangi secara bertahap. Berdasarkan peretimbangan dan hasil musyawarah saat ini masih perlu partisipasi
ABRI dalam sistem demokrasi demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat 1

Reformasi atas Undang-undang Politik yang mengatur Susunan Ke- anggotaan DPRD Tingkat 1. tertuang dalam
Undang-undang Politik No.4 Tahun 1999, sebagai berikut: Pasal 18 ayat (1) bahwa pengisian anggota DPRD I
dilakukan melalui -Pemilu dan pengangkatan.
Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas: a. anggota partai politik hasil Pemilihan Umum.

b. anggota ABRI yang diangkat.

Pasal 18 ayat (3) menyatakan bahwa jumlah anggota DPRD I

ditetapkan sekurang-kurangnya 45 orang dan sebanyak-banyaknya 100

orang termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat.

Demikianlah kiranya upaya untuk mengembalikan tatanan demokrasi pada dasar nilai kedaulatan di tangan
rakyat dituangkan dalam Undang-undang Politik Tahun 1999.

Susunan Keanggotaan DPRD II

Reformasi atas susunan keanggotaan DPRD II tertuang dalam Undang undang Politik No.4 Tahun 1999, sebagai
berikut:

Pasal 25 ayat (1) menyatakan: pengisian anggota DPRD II dilakukan berdasarkan hasil Pemilihan Umum dan
pengangkatan.

penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai
Pancasila sebagai sumber materi. konseku- ensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum
Tuhan (sila 1). nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak
asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat
sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan (sila V).

Selain itu tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengem bangan hukum aspirasi dan realitas kehidupan
masyarakat dan rakyat adalah merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum. Kampus
sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi Manusia

Sebagaimana dibahas di muka bahwa dalam reformasi dewasa ini bangsa Indonesia telah mewujudkan Undang-
Undang Hak Asasi Manusia yaitu UU Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999. Sebagaimana terkandung dalam
Konsiderans, bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia ada- lah, seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia se- bagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara. hukum. Pe- merintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Di samping

hak asasi manusia. UU No.39 Tahun 1999 tersebut juga menentukan Kewajiban Dasar Manusia, yaitu
seperangkat ke- wajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia.

Dalam penegakan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif, dan
benar-benar berdasarkan ke- benaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan
politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan inter- nasional yang ingin
menghancurkan negara Indonesia. Perlu disadari bahwa dalam menegakkan hak asasi tersebut, pelanggaran hak
asasi dapat dilaku- kan oleh seseorang, kelompok orang termasuk aparat negara, penguasa ne- gara baik
disengaja ataupun tidak disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999). De- wasa ini kita lihat dalam menegakkan hak
asasi sering kurang adil misalnya. kasus pelanggaran beberapa orang saja di Timtim, banyak kekuatan yang
mendesak untuk mengusut dan menyeret bangsa sendiri ke mahkamah inter- nasional. Namun ratusan ribu
rakyat kita seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit. Poso dan lainnya tidak ada kelompok yang
memperjuangkannya. Pada hal mereka sangat menderita karena diinjak-injak hak asasinya

Anda mungkin juga menyukai