Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT NEGARA

DISUSUN OLEH:
DIANDRA FEMALE DEAZEKA PUTRI
(B12.2020.04316) (N702C)
KHISNIA PUTRI IZZATI
( B12.2020.04273 ) ( N702B )
MARITZA SHAFIRA
(B12.2020.04270) (N702B)
NUR KASANAH
(B12.2020.04304) (N702B)
OCILLIA SAFITRI
(B12.2020.04302) (N702B)

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang resmi disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945, diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD
1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik
legitimasi ideologi Pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang seperti ini
Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan
negara Indonesia merupakan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik
penguasa pada saat itu.
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan
munculnya nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara ilmiah
harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki, suatu pandangan
hidup atau filsafat hidup masing-masing yang berbeda dengan bangsa lain di dunia. Inilah
yang disebut sebagai local genius atau kecerdasan local dengan demikian bangsa Indonesia
tidak memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pancasila dan Filsafat


Pengertian Filsafat
Dari segi etimologis. Sebelum dibahas pengertian filsafat secara material maka
dipandang perlu untuk membahas terlebih dahulu makna dan arti istilah “filsafat”. Pada
umunya para filsuf maupun para ahli filsafat mempunyai tinjauan yang senada dalam
mengertikan istilah filsafat, walaupun secara harfiah membunyai perdebaan. Istilah
“Filsafat” dalam Bahasa Indonesia mempunyai padanan “Falsafah” dalam Bahasa Arab.
Sedangkan menurut Bahasa Inggris “Philoshopy”, kata latin “Philosophia”, Bahasa
Belanda “Philosophie”, Bahasa Jerman “Philosophier”, Bahasa Perancis “Philosophie”
yang Ketika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti “filsafat”.
Istilah “filsafat” berasal dari Bahasa Yunani, kata ini bersifat majemuk, berasal dari kata
“philos” yang berarti “sahabat” dan kata “Sophia” yang berarti “pengetahuan yang
bijaksana (wished) dalam Bahasa Belanda, atau wisdom kata Inggris, dan hikmat
menurut Bahasa Arab.
Dengan demikian istilah “filsafat” yang dimaksudkan sebagai kata majemuk dari
“Philein” dan “Sophos” mengandung arti mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana,
sedangkan “filsafat” yang merupakan bentuk majemuk dari “philos” dan “Sophia”
berkonotasi teman dari kebijakan.
Lingkup Pengertian Filsafat
- Objek Material Filsafat, yaitu objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu
baik yang bersifat material konkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dll. Maupun
sesuatu bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dan
lain sebagainya.
-Objek Formal Filsafat, cara pandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut,
suatu objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang
berbeda.
Pengertian Pancasila:

1. Pengertian Pancasila Secara Etimologis


Menurut M.Yamin, dalam bahasa sangsekerta perkataan pancasila memiliki dua
macam
arti secara leksikal yaitu :
 Panca = Lima
 Syla = Batu sendi, alas, dasar
 Syila = Peraturan tingkah laku yang baik.
Kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa jawa diartikan
“susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis
kata “pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “panca syla” yang memiliki makna
“berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun
istilah “panca syila” dengan makna “lima aturan tingkah laku yang penting” Perkataa
Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Budhha yaitu dalam kitab Tripika.
Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan melalui
Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya.

2. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum
Rumusan Pancasila yaitu:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang secara
konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara Republik Indonesia, yang disahkan
oleh PPKI mewakili seluruh rakyat Indonesia.

3. Pengertian Pancasila secara Filosofi


Pada sidang BPUPKI 1, KRT. Radjiman Widyodiningrat sebagai ketua BPUPKI
minta sidang menemukakan dasar Indonesia merdeka (Philosofische Grondslag) dari
Indonesia merdeka. Pancasila sebagai hasil perenungan yang mendalam dari pengalaman
hidup bangsa Indonesia. Pancasila adalah pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa
Indonesia. Pancasila adalah sebuah sistem filsafat. Nilai-nilai yang tertuang dalam
rumusan sila-sila Pancasila merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh,
hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya Negara Republik Indonesia. Secara
filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah sebagai bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa
manusia adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa.

4. Pengertian Pancasila secara Historis


Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang menjadi dasar Negara yang
akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat
Indonesia dengan korban darah daging sejak beratus-ratus tahun lalu (M.Yamin 29 Mei
1945). Di dalam kehidupan bangsa Indonesia tersebut prinsip hidup yang tersimpul di
dalam pandangan hidup atau filsafat hidup bangsa (jati diri) oleh para pendiri
bangsa/Negara dirumuskan dalam rumusan sederhana, namun mendalam yang meliputi
lima prinsip yaitu pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nilai-nilai pancasila tersebut
tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan fakta
objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-
nilai Pancasila.

5. Pengertian pancasila secara kultural


Nilai-nilai budaya sebagai nilai dasar berkehidupan berbangsa dan bernegara
dirumuskan dalam Pancasila. Kausa material pancasila adalah adat istiadat, kebudayaan
bangsa Indonesia. Pendidikan pancasila adalah proses pembudayaan atya pewarisan
budaya, dari generasi tua kepada generasi muda tidak kehilangan jati dirinya sebagai
bangsa Indonesia. Secara kultural, unsur-unsur pancasila itu terdapat dalam adat istiadat,
tulisan, bahasa, slogan, kesenian, agama, kepercayaan dan kebudayaan dalam Negara
Indonesia secara umum.

6. Pengertian Pancasila secara Yuridis


Landasan berdasarkan yang berdasarkan atas aturan yang dibaut setelah melalui
perundingan dan permusyawarahan. Alenia ke-4 dalam pembukaan UUD 1945 yang
menjadi landasan yuridis konstitusional antara lain yang ada di dalamnya terdapat
rumusan dan susunan sila-sila pancasila sebagai dasar Negara yang sah.
1. Pembukaan UUD 1945
2. UUD 1945
3. UU No.20 Th.2003 tentang Sistem pendidikan nasional
4. UU No.12 Th.2012 tentang pendidikan tinggi.

Cabang-cabang Fisafat Pokok;


- Metafisika: yang berkaitan dengan persoalan tentang hakikat yang ada (segala sesuatu
yang ada)
- Epistemologi: yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan
- Metodologi; yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode ilmiah
- Logika: yang berkaitan dengan persoalan penyimpulan
- Etika: yang berkaitan dengan persoalan moralitas
- Estetika: yang berkaitan dengan keindahan
Adapun Aliran-aliran dari Filsafat:
- Aliran Materialisme: mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan
- Aliran Idealisme atau Spiritualisme: mengajarkan bahwa ide dan spitit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia
- Aliran Realisme: menggambarkan bahwa kedua aliran di atas adalah bertentangan,
tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis)

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu Sistem


Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan system)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voicb., 1974)
Kesatuan Sila-sila Pancasila
a. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia
sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia
‘monopluralis’ yang memiliki unsur-unsur, “susunan kodrat” jasmani-rohani, unsur-
unsur hakikat manusia tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis dan
harmonis.
b. Susunan Kesatuan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Hierarkhis dan mempunyai bentuk pyramidal. Dalam susunan hierarkhis dan
pyramidal, maka Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuan
Indonesia, kerakyatan, dan keadilam social.
c. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang
berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah yang kemanusiaan yang
berketuhanan, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berkeadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berkeadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan perwakilan adalah kerakyatan yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Kelima, Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia adalah hikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan adalah kerakyatan yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.

C. Filsafat Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa karena pancasila merupakan
dasar Negara Indonesia. Pancasila sangat penting bagi kelangsungan masyarakat
Indonesia. Kita sebagai warga Negara memegang teguh pancasila sebagai dasar Negara.
Pandangan hidup merupakan wawasan atau cara pandang mereka untuk
memenuhi kehidupan di dunia dan bekal di hari akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri dari
suku bangsa tersebut, meyakini adanya kehidupan di dunia dan hari akhir. Berdasarkan
hal tersebut kita menemukan persamaan pandangan hidup di antara suku-suku bangsa di
tanah air ini, ialah keyakinan mereka adanya dua dunia kehidupan.
Inilah yang menyatukan pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun mereka
terdiri atas berbagai suku yang berbeda. Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan
Kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai kehidupan
dalam masyarakat adalah tali persamaan pandangan hidup antara berbagai suku bangsa di
Nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara tersimpul dalam falsafah
kita Pancasila. Pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam kelima
sila pancasila yang terdiri dari :
1. Sila ketuhanan yang Maha Esa
Adanya dasar ketuhanan maka Indonesia mengakui dan percaya adanya Tuhan
yang Maha Esa yang menjadi sebab adanya manusia di alam semesta ini. Apalagi
Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak suku dan bangsa itu
sebabnya Indonesia memiliki berbagai agama yang dianut. Dengan demikian kita
harus saling menghargai dan menghendaki agar semua rukun dan mengerti akan
toleransi.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia memiliki hak yang sama tidak ada yang menbeda-bedakan,oleh karena
itu hak-hak itu harus dihormati siapapun,golongan manusia yang berkuasa
tidaklah diperkenankan memaksakan kehendak yang bertentangan dengan hak
seseorang. Yang dimaksud kemanusiaan yang adil dan beradab adalah manusia
dikaruniai tuhan jasmani dan rohani itu sebabnya kita harus pandai dan adil
dalam memberikan sesuatu kepada orang lain yang berupa haknya serta
menjujung ttinggi nilai-nilai budaya.
3. Sila Persatuan Indonesia
Dengan adanya nasionalisme itu artinya bahwa bangsa Indonesia seluruhnya
harus memupuk persatuan yang erat antar sesame umat manusia tanpa membeda-
bedakan suku atau golongan. Paham kebangsaan kita adalah satu dasar
kebangsaan yang menuju kepada persaudaraan,itu sebabnya kita memiliki 2
paham yaitu paham luar dan paham dalam. Paham luar artinya kita tidak
menganggungkan bangsa sendiri tetapi itu artinya kita tidak mencintai bangsa
sendiri kita bisa berdiri tegak atas kebangsaan sendiri menuju kea rah hidup yang
damai berdasarkan persamaan derajat antar bangsa sendiri.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebikjasanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
Demokrasi Indonesia seperti yang tercantum di pembukaan UUD 1945 adalah
demokrasi yang tercantum dalam pancasila sebagai sila ke empat dan dinamakan
demokrasi pancasila. Hakikat dari musyawarah mufakat adalah suatu tata cara
khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan untuk merumuskan atau
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat dengan jalan
mengemukakan hikmat kebijaksanaan yang ada.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Kesejahteraan adalah prinsip tidak adanya kemiskinan di alam Indonesia
Merdeka. Keadilan social adalah sifat masyarakat adil dan makmur serta tidak
ada penindasan dan penghinaan dan cukup akan sandang pangan.
D. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
Maksud Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Adalah pada setiap
penyelenggaraan tatanegara di NKRI harus berlandaskan pada nilai-nikai pancasila. Yang
artinya adalah pancasila selalu menjadi jiwa seluruh aspek berbangsa dan bernegara.
Konsep ini disampaikan oleh ir soekarno dalam pidatonya di sidang pertama BPUPKI
tanggal 1 juni 1945, yang isinya agar menjadikan pancasila sebagai dasar Negara Republic
Indonesia yang baru merdeka. Sejak saat itu pancasila sebagai dasar NKRI mempunyai
kedudukan sebagai :
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
2. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945
3. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk memwajibkan perintah
penyelenggaran Negara yang lain untuk memelihara budi pekerti.
Dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 terdapat wujud cita-cita
proklamasi. Maksud dari cita-cita tersebut untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Agar cita-cita tersebut dapat tercapai dinutuhkan persatuan dan kesatuan dari
seluruh warga Indonesia
Jadi, secara umum, fungsi dan peranan Pancasila adalah sebagai dasar negara. Hal ini
mengandung arti bahwa fungsi dan peran Pancasila sebelumnya telah kita kenal, yaitu sebagai
berikut:

1. Jiwa bangsa Indonesia.


2. Jiwa kepribadian bangsa Indonesia.
3. Sumber dari segala sumber hukum.
4. Perjanjian luhur bangsa.
5. Pandangan hidup yang memper satukan bangsa Indonesia.
6. Cita-cita dan tujuan seluruh bangsa Indonesia.
7. Satu-satunya asas dalam ke hidupan berbangsa dan bernegara.
8. Modal pembangunan
E. PANCASILA SEBAGAI JIWA DAN KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA
Kepribadian Indonesia adalah keseluruhan ciri khas bangs Indonesia yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. Ciri lhas bangsa Indonesia adalah
pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi
bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat serta lingkungannya. Karena sejak dulu
bangsa Indonesia bergaul dengan peradaban kebudayaan bangsa lain,namun keprubadian
bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang.
Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Jika kita
perhatikan tiap sila dari pancasila,maka akan tampak dengan jelas bahwa sila pancasila itu
adalah pencerminan bangsa kita. Rumusan pancasila terdapat dalam pembukaan UUD 1945
itulah yang kita gunakan sampai sekarang. Sebab rumusan yan demikian ituah di tetapkan
oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada 18 agustus 1945 dalam siding PPKI. Seperti yang
telah di tunjukan oelh ketetapan MPR NO XI/MPR/1978
Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya.
Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila
itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-
sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya
akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila
F. FALSAFAH PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA
INDONESIA

Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia membawa implikasi terha
dap keharusan terimplementasikannya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bern
egara, maka nilai-nilai Pancasila menjadi nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarak
at yang harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam pe
mbaharuan hokum pidana nasional. Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, d
apat kita temukan dalam beberapa dokumen historis dan didalam perundang-undangan negara In
donesia seperti dibawah ini :
a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945
b. Dalam Naskah politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian dij
adikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 ( terkenal dengan sebutan Piagam Jakar
ta )
c. Dalam naskah pembukaan UUD 1945, alinea IV
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat ( RIS ) tanggal 27 Desember 1
945, alinea IV
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia ( UUDS RI ) tanggal 17 Agustu
s 1950
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959

Mengenai perumusan dan tata ruang Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis
dan perundang-undangan negara tersebut diatas adalah agak berlainan tetapi ini dan
fundamennya tetap sama sebagai berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh
Ir. Soekarno

Tanggal 1 Juni 1945 dalam pidatonya Ir. Soekarno mengatakan bahwa hadia besar yang
akan dipersembahkan kepada Negara Indonesia Merdeka serta segenap Rakyat dari Pulau
Sumatera hingga Riau adalah “ Dasar sebuah Negara “. Dalam pemikiran besar dan
brilian seorang Ir. Soekarno, rakyat beserta bangsa Indonesia mayakini akan makna dari
sisi sakral Lahirnya Dasar Negara Indonesia yang disebut “ Pancasila “ dapat dijadikan
sebagai panduan juga jembatan bagi Rakyat serta Negara Indonesial dalam meraih serta
menuju “ Indonesia Merdeka, Indonesia yang berdaulat, beradab dan mermartabat
sebagai sebuah Bangsa “.

Bung Karno mengatakan bahwa ada lima Prinsip Dasar Negara yang berdasarkan atas
karakteristik bangsa Indonesia yaitu “ Gotong Royong “ ke-Lima Prinsip Negara itu
menjadi satu dalam butir-butir yang dinamakan “ Pancasila “ diantaranya :
1. Kebangsaan untuk Indonesia
2. Internasionalisme
3. Mufakat/Demokrasi
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Namun dalam perjalanan Bangsa Indonesia hingga saat kini, ke-Lima Prinsip butir
Pnacasila ini mengalami penyempurnaan, sehingga terjadi perubahan akan susunan butir
butirnya yang saat kini dikenal adalah :
1. Ketuahanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Tetapi dalam perubahan serta penyempurnaan ini tidak mengalami perubahan arti
secara mendasar, semuanya tetap tergali serta berpegang teguh dari nilai-nilai
Pancasila yang didasari atas pemikiran Putra Sang Fajar ( Ir. Seokarno )

2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah ( Piagam
Jakarta Tanggal 22 Juni 1945 )

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) yang istilah


Jepangnya Dokuritsu Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja :
a. Panitia perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil
menyusun sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama Piagam
Jakarta, selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan
sebagai rancangan Pembukaan UUD 1945
b. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang
kemudian membentuk Paniti Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr.
Soepomo, Panitia ini berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta
d. Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso

Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah Negara dicantumkan autentik tertulis
didalam alinea IV dengan perumusan dan data urutan sebagai berikut :
- Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
- Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

G. PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA INDONESIA SEMENTARA


RI (UUDS-RI 1950)
Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk negara
kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengancita-
cita kebangsaan dan jiwa proklamasi.
Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap membara dan
meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Oetomo
padatanggal 20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,
Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa.

Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan pergolakan-pergolakan


di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara kesatuan RI sesuai dengan
Proklamasi Kemerdekaan RI.
Sesuai Konstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian.
Akibat pergolakan yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indo
nesia,maka sampai pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi
yaitu :
1.RI Yogyakarta.
2. Negara Sumatera Timur (NST).
3. Negara Indonesia Timur(NIT).
  Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulaitanggal 17
Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara FederalRIS
(Republik Indonesia Serikat).
Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah konstitusi
RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal).
Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafahPancasila,
sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan dan
tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :
 Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Prikemanusiaan.
 Kebangsaan.
 Kerakyatan.
 Keadilan Sosial.
H. PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA DALAM PEMBUKAAN
UUD 1945 SETELAH DEKRIT PRESIDEN 5 Juli 1959
 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum
untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru.
Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia danKonstituante yang
dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956.
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk
suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950.Dengan kegagalan konstituante tersebut,
maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RImengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya
berisi pernyatan :
a.Pembubaran Konstuante. 
b.Berlakunya kembali UUD 1945.
c.Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
d.Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.

Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadidasar falsafah
negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusandan tata
urutan seperti berikut :
 Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 
Dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, tertanggal 13April 1968,
perihal: Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik dalam
penulisan, pembacaan maupun pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada: Semua
Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya.
Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu keadaan yang telah
berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum positif (Ius Contitutum)UUD
1945 adalah konstitusi Indonesia yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridisformal
perumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harusdigunakan,
walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut.

Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” perihal perumusanPancasila


dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa uraian-uraian mengenai dasar-dasar
negara yang menarik perhatian ialah yang diucapkan oleh :
1.Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.
2.Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.
3.Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar negara
merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara itu dinamakanPancasila
dan bukan Panca Darma.
Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut dalamredaksi kata-
katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama yaitu Ketuhanan YangMaha Esa,
Prikemanusiaan atau internasionalisme, Kebangsaan Indonesia atau persatuanIndonesia,
Kerakyatan atau Demokrasi dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud Pancasila
adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk
di atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”.
 Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga
Surabaya pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan Pancasila itu adalah suatu
kebulatan yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan
organis di antara 5 sila negara kita”.
 Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi”
(1951) berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak berubah sejak
Piagam Jakarta sampai pada hari ini”.
 Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof.
Mr.Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan
No.XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.

Anda mungkin juga menyukai