Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI NASIONAL

OLEH :

SYAHRUL .M
NIM . 1903112165
SITI LAYLIA SARI
NIM . 1903110342

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI NASIONAL

A. PENDAHULUAN

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung maupun tidak
langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang
besar kekuatan internasional dan tradisional melalui globalisasi telah mengancam bahkan
menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang
langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan,
karena adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme.

Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks


dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara obyektif
mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial.

Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa, senantiasa
memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing yang berbeda dengan
bangsa lain di dunia dan hal inilah yang disebut sebagai local genius
(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan lokal) bangsa.
Dengan demikian bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup
dan filsafat hidup dengan bangsa lain.

B. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

1. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “sophia” yang
berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan,
atau mencintai kebenaran/ pengetahuan. Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-
luasnya, yang dapat dikemukakan sebagai keinginan yang menggebu dan sungguh-
sungguh terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai kebenaran
yang sejati. Jadi filsafat secara sederhana dapat diartikan sebagai keinginan yang
sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.
Objek material filsafat adalah seluruh realitas, sedangkan objek material ilmu
pengetahuan lainnya senantiasa khusus dan terbatas. Ilmu-ilmu pengetahuan lainnya
senantiasa menyelidiki bagaimana struktur objeknya, sedangkan filsafat selalu mencari
sebab-sebanya yang terdalam, mencari hakikat realita.

2. Mengapa Pancasila disebut Filsafat ?

Pancasila memenuhi ciri-ciri sebagai filsafat. Di bawah ini adalah beberapa pendapat
yang menyatakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat :

 Pendapat Moh. Yamin

Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Moh Yamin (1962)
menyebutkan :

“Ajaran Pancasila tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat
filsafat Friedrich Hegel (1770-1831) ialah sintesis pikiran lahir dari antithesis pikiran.
Dari pertentangan pikiran lahirlah perpaduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah
tepat. Begitu pula dengan ajaran Pancasila, satu sintesis Negara yang lahir dari satu
antithesis. Dan kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran filsafat pancasila yang
disebutkan dengan terang dalam mukadimah konstitusi 1945 berbunyi : ‘Maka dengan ini
kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam Negara yang berbentuk
republik kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila, di sini disebutkan sila yang kelima untuk
mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian dunia, dan kemerdekaan.’ kelima
sila itu tersusun dalam suatu perumusan pikiran-pikiran filsafat yang harmonis. Pancasila
sebagai hasil penggalian Bung Karno ini sesuai dengan pandangan hidup.

 Pendapat Soediman Kartahadiprojo

Dalam bukunya yang berjudul Pikiran Sekitar Pancasila (1969), Soediman


Kartahadiprojo mengemukakan:

“Pancasila disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar


filsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat adalah seperti halnya buah-
buahan itu, sesuatu penyakit dapat diberantas, jadi sebgai obat. Buah-buahan tadi adalah
obat pula.

Pada saat itu, maka Pancasila itu merupakan filsafat negara (staats filosofi). Karena
itu dapatlah dimengerti kalau filsafat Pancasila ini dibawakan sebagai hal-hal yang
berkenaan dengan manusia, sebab negara itu adalah manusia, organisasi manusia.
Banyak orang yang mengira bahwa Pancasila ini adalah ciptaan Ir.Sukarno, tetapi
ternyata Ir.Sukarno menolak disebut sebagai pencipta Pancasila, dan mengatakan bahwa
Pancasila itu adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Kalau filsafat itu adalah ‘isi
jiwa(suatu)bangsa’, maka filsafat adalah filsafat bangsa tadi. Jadi Pancasila itu adalah
Filsafat bangsa Indonesia.

 Pendapat Drijarkoro

Dalam seminar Pancasila, Drijarkoro (1957) berpendapat antara lain:

“Tentu didahulukan oleh filsafatkah Weltanschauung itu?

Tidak, dalam kalangan suku-suku primitif terdapat juga Weltanschauung, akan


tetapi tanpa perumusan filsafat. Dengan semua itu kita hanya hendak mengemukakan
bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanschauung bagi bangsa Indonesia,
tetapi tanpa dirumuskan sebagai filsafat. Maka hanya mengakui orang masih tinggal
dalam lingkungan filsafat. Pancasila baru menjadi pendirian atau sikap hidup, jika
orang berkata hidupku akan merupakan pelaksanaan dari semua sila itu. itulah
hendakku, itulah putusanku, itulah tekatku.”

 Pendapat Notonagoro

Dalam lokakarya pengalaman Pancasila di Yogyakarta, Notonagoro (1976) antara


lain mengatakan:

“Dinyatakan dalam kalimat keempat pada pembukaan UUD 1945: ‘Bahwa


disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.’

Maka dasar filsafat ialah rasio dari kehidupan negara dan bangsa kita, dan asas
kerohanian, sedangkan makna pengertian ‘ideologi’ negara adalah pertama, cita-cita
negara atau sistem kenegaraan; kedua, ilmu pengetahuan tentang cita-cita negara.”
 Pendapat Roeslan Abdoelgani

Dalam bukunya yang berjudul ‘Resepkan dan Amalkan Pancasila’, Roeslan


mengatakan:
Pancasila adalah Filsafat Negara yang lahir sebagai collection ideologies dari
seluruh bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
realiteit dan suatu “Kebutuhan” bagi keutuhan persatuan bangsa Indonesia
sebagaimana pada hakikatnya setiap filsafat adalah suatu “Kebutuhan” pula.

Dalam kajiannya dari dalam, ia masih mengandung ruang yang luas untuk
berkembangnya penegasan-penegasan lebih lanjut. Di dalam fungsinya sebagai
fondasi Negara, ia telah bertahan terhadap segala ujian baik yang dating dari
kekuatan-kekuatan kontra revolusioner maupun kekuatan-kekuatan eksrtem.

C. PANCASILA SEBAGAI IDOELOGI NASIONAL

1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat,atau idea yang beararti
raut muka,perawakan,gagasan,buah pikiran,dan kata logia yang berarti ajaran.Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science
des ideas.

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan,ide,keyakinan serta


kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan seperti:

a.Bidang politik,termasuk bidang hukum,pertahanan dan keamanan.

b.Bidang sosial.

c.Bidang kebudayaan.

d.Bidang keagamaan.

2. Makna Ideologi Bagi Negara


Ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempumyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan
b. Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia,pandangan hidup yang harus
dipelihara,dikembangkan,diamalkan,dilestarikan kepada generasi penerus
bangsa,diperjuangkan,dan dipertahankan.
3. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasil
Faktor yang mendorong keterbukaan ideologi pancasila adalah sebagai berikut :

a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika,masyarakat yang


berkembang secara cepat.
b. Kenyataan menunjukkan bahwa bangkrutnya ideologi tertutup dan beku cenderung
meredupkan perkembangan dirinya seperti bagaimana komunisme ditinggalkan oleh
sebagian besar negara-negara Eropa Timur dan Rusia.
c. Pengalaman sejarah politik masa lampau,seperti dominan pemerintah Orde Baru
untuk melaksanakan penataran pedoman penghayatan pengalaman pancasila(P4) ,yang
mana materi penataran P4 itu sesuatu yang dirumuskan oleh kemauan
pemerintah,bukan atas keinginan dari segenap komponen masyarakat
Indonesia,sehingga hasilnya jauh dari harapan yang diinginkan.
d. Tekat untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat
abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai
tujuan nasional.

Keterbukaan ideologi pancasila ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola


pikir yang dnamis dan konseptual dalam dunia modern.Kita mengenal ada tingkat
nilai,yaitu nilai dasar yang tidak berubah,nilai instrumental sebagai sarana mewujudkan
nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan,dan nilai praktis berupa pelaksanaan
secara nyata yang sesungguhnya.nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam norma dasar
Pancasila yang terkandung dan tercermin dalam pembukaan UUD 1945.Nilai atau norma
dasar yang terkandung dalam pembukaan UUd 1945 ini tidak boleh berubah atu
diubah,karena itu adalah pilihan dan hasil kesepakatan (consensus) bangsa.Perwujudan
dan pelaksanaan nilai-nilai instrumental adalah pasal-pasal dari UUd 1945 yang dapat
mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan jaman,seperti yang telah dilaksanakanoleh
MPR.

Dengan melakukan amandemen UUd 1945 di era reformasi ini.Contoh dari perubahan
instrumental itu adalah pemilihan presiden yang berubah dari MPR kepada rakyat yang
langsung memilih.Sedangkan nila-nilai praktis tercermin dari undang-undang,peraturan
pemerintah dan seterusnya yang berhubungan dengan kenyataan kehidupan dalam
masyarakat.Baik nilai-nilai instrumental maupun nilai praktis harus tetap mengandung
jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya,yaitu pancasila atau pembukaan UUD
1945.
4. Batas-Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila
Sekalipun pancasila memiliki sifat keterbukaan,namun ada batas-batas keterbukaan

Itu yang tidak boleh dilanggar ,yaitu sebagai berikut:

a. Stabilitas nasional yang dinamis

b. Larangan terhadap ideologi ,marxisme,Lennisme dan komunisme.

c. Mencegah berkembangnya paham liber.

d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat

e. Penciptaan norms-norma baru harus melalui consensus.

D. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA

Anda mungkin juga menyukai