Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

A. Pemikiran Filosofis Pancasila Menurut Para Pendiri Bangsa

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran
para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische Grondslag.
Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi
identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak siding
BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk
menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.

Kendatipun demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu proses yang berlangsung
secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara merupakan
bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir berikutnya.
Notonagoro, Soerjanto Poespowardoyo, Sastrapratedja termasuk segelintir pemikir yang
menaruh perhatian terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu, akan dibahas
kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat dengan berbagai pemikiran para tokoh yang
bertitik tolak dari teori-teori filsafat. Mengapa mahasiswa perlu memahami Pancasila secara
filosofis? Alasannya karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan tinggi menuntut
mahasiswa untuk berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan mendasar
sebagaimana ciri-ciri pemikiran filsafat.

Pemikiran Ir.Soekarno yang pertama diusulkan dalam sidang BPUKI tanggal 1 Juni
1945 adalah tentang dasar negara Indonesia. Bentuk rumusan umumnya adalah
sebagai berikut:

1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (peri kemanusiaan).
3. Mufakat (demokrasi).
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Dari kelima calon rumusan untuk dasar negara Indonesia tersebut kemudian diusulkan agar
diberi nama “Pancasila” atas saran salah seorang ahli bahasa yang merupakan teman Beliau.
Meskipun Soekarno menawarkan lima prinsip dasar yang diberinya nama Pancasila, bisa
dikatakan bertentangan dengan Pancasila yang diucapkan Soekarno pada 1 Juni 1945. Yang
perlu kita ketahui dan perhatikan, bahasanya hanya dua hal yang harus mendapatkan perhatian
bahwa :

1. Bagaimanapun formulasinya di dalam Pembukaan UUD 1945, tetaplah Soekarno sebagai


Penggali dikemukakannya pancasila.
2. Bagaimanapun formulasinya di dalam Pembukaan UUD 1945 haruslah segala penafsiran
dan pengamalannya sesuai dengan yang tersurat dan tersirat di dalam pidato Pancasila
Ir.Soekarno.

Dibawah ini ada beberapa pendapat yang mengemukakan bahwa Pancasila adalah suatu
filsafat.

1. Pendapat Muh. Yamin

Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa


ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat
filsafatnya ialah satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan
pikiran lahirlah perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran
Pancasila, satu sinthese negara yang lahir dari pada satu antithese.

Pada kalimat pertama dari mukadimah Republik Indonesia yang berbunyi: Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus
dihapuskan karena bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Kalimat
pertama ini adalah kalimat antithese. Pada saat antithese itu hilang maka lahirlah
kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita akan susun menurut ajaran filsafat Pancasila.

2. Pendapat Soediman Kartohadiprodjo

Dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau mengemukakan
bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan
dasar fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih
merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat
Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang berkkenaan dengan manusia,
disebabkan negara adalah manusia serata organisasi manusia.

Dikiranya Pancasila adalah ciptaan Ir. Soekarno, tetapi Ir. Soekarno menolak disebut
sebagai pencipta Pancasila, melainkan mengatakan bahwa Pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia. Sehingga jika sesuatu filsafat ituu adalah isi jiwa suatu banggsa maka filsafat
itu adalah filsafat bangsa tadi dan pancasila itu adalah filsafat bangsa Indonesia.

Jadi Soediman Kartohadiprodjo menegaskan bahwa Pancasila sebagi filsafat bangsa


Indonesia berrdasarkan atas ucapan Bung Karno yang menatakan bahwa Pancasila adalah
isi jiwa bangsa Indonesia.

3. Pendapat Drijrkoro

Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang
tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika
dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan berlebih-lebihan. Shingga
dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung bagi kita banggsa
Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil-dalil
filsafat.

Sehingga Drijarkoro dalam pendapatnya membedakan antara filsafat dengan Weltscauung.


Dan diterangkan pula tentang Pancasila sebagai dalil-dalil filsafat, dengan mengakui orang
masih tinggal di dalam lingkungan filsafat. Pancasila barulah menjadi pendirian atau sikap
hidup.

4. Pendapat Notonagoro

Dalam Lokakarya Pengamalan Pancasila di Yogyakarta beliau berpendapat bahwa


kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adalah sebagai dasar negara, dalam
pengertian dasar filsafat. Sifat kefilsafatn dari dasar negara tersebut terwuujudkan dalam
rumus abstrak dari kelima sila dari pada Pancasila. Yang intinya ialah ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan (kesatuan dalam dinamikanya), kerakyatan dan keadilan, terdiri
atas kata-kata pokok dengan awalan-akhiran ke-an dan per-an. Dasar filsafat, asas
kerokhanian Negara Pancasila adalah cita-cita yang harus dijelmakan dalam kehidupan
negara.

5. Pendapat Roeslan Abdoelgani

Di dalam bukunya Resapkan dan Amalkan Pancasila berpendapat bahwa Pancasila adalah
filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa Indonesia. Pada
hakikatnya Pancasila merupakan suatu realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan
persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu
noodzkelijkheid. Didalam kajian-kajiannya dari dalam, masih menagndung ruang yang
luas untuk berkembangnya pnegasan-penegasan lebih lanjut. Didalam fungsinya sebagai
fondamen Negara, ia telah bertahan terhadap segala ujian baik yang datang dari kekuatan-
kekuatan contra-revolusioner, maupun yang datang dari kekuatn - kekuatan extreem.
Kesimpulan

Kelangsunagan dan keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai cita-citanya sangat


dipengaruhi oleh filsafat negara dari bangsa tersebut. Bagai bangsa Indonesia, Pancasila adalah
pedoman dan arah yang akan dituju dalam mencapai cita-cita bangsa. Tanpa dilandasi oleh
suatu filsafat maka arah yang akan dituju oleh bangsa akan kabur dan mungkin akan dapat
melemahkan bangsa dan negara, kalau filsafat itu tidak dihayati oleh bangsa tersebut. Untuk
itulah kita bangsa Indonesia perlu untuk mengerti dan menghayati filsafat Pancasila sebagai
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pancasila sebagai sistem dalam filsafat kita sudah tentu harus memenuhi syarat-syarat dari
filsafat itu sendiri. Sistem filsafat Pancasila kita temukan dalam berbagai nilai-nilai kehidupan
di masyarakat, antara lain dari nilai-nilai agama, kebiasaan dari orang-orang Indonesia yang
telah menjadi budaya dalam pergaulan sehari-hari. Seperti halnya kebudayaan di berbagai
daerah di Indonesia adalah sumber dari nilai-nilai Pancasila itu.

Pancasila sebagai filsafat telah berhasil eksistensinya dalam kehidupan bernegara, karena
Pancasila dapat dan mampu berperan sebagi sumber nilai dalam kehidupan politik, dalam
system perekonomian, sebagai sumber dari sistem sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena
itu Pancasila perlu kita sebar luaskan dankita gali terus menerus, demi kuat dan kokohnya
bangsa dan negara Indonesia. Pancasila adalah sumber kekuatan bangsa untuk tetap tegaknya
negara dan keteraturan kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai