Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran
para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische Grondslag.
Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi
identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak siding
BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk
menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.
Kendatipun demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu proses yang berlangsung
secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara merupakan
bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir berikutnya.
Notonagoro, Soerjanto Poespowardoyo, Sastrapratedja termasuk segelintir pemikir yang
menaruh perhatian terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu, akan dibahas
kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat dengan berbagai pemikiran para tokoh yang
bertitik tolak dari teori-teori filsafat. Mengapa mahasiswa perlu memahami Pancasila secara
filosofis? Alasannya karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan tinggi menuntut
mahasiswa untuk berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan mendasar
sebagaimana ciri-ciri pemikiran filsafat.
Pemikiran Ir.Soekarno yang pertama diusulkan dalam sidang BPUKI tanggal 1 Juni
1945 adalah tentang dasar negara Indonesia. Bentuk rumusan umumnya adalah
sebagai berikut:
Dibawah ini ada beberapa pendapat yang mengemukakan bahwa Pancasila adalah suatu
filsafat.
Pada kalimat pertama dari mukadimah Republik Indonesia yang berbunyi: Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus
dihapuskan karena bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Kalimat
pertama ini adalah kalimat antithese. Pada saat antithese itu hilang maka lahirlah
kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita akan susun menurut ajaran filsafat Pancasila.
Dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau mengemukakan
bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan
dasar fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih
merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat
Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang berkkenaan dengan manusia,
disebabkan negara adalah manusia serata organisasi manusia.
Dikiranya Pancasila adalah ciptaan Ir. Soekarno, tetapi Ir. Soekarno menolak disebut
sebagai pencipta Pancasila, melainkan mengatakan bahwa Pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia. Sehingga jika sesuatu filsafat ituu adalah isi jiwa suatu banggsa maka filsafat
itu adalah filsafat bangsa tadi dan pancasila itu adalah filsafat bangsa Indonesia.
3. Pendapat Drijrkoro
Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang
tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika
dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan berlebih-lebihan. Shingga
dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung bagi kita banggsa
Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil-dalil
filsafat.
4. Pendapat Notonagoro
Di dalam bukunya Resapkan dan Amalkan Pancasila berpendapat bahwa Pancasila adalah
filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa Indonesia. Pada
hakikatnya Pancasila merupakan suatu realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan
persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu
noodzkelijkheid. Didalam kajian-kajiannya dari dalam, masih menagndung ruang yang
luas untuk berkembangnya pnegasan-penegasan lebih lanjut. Didalam fungsinya sebagai
fondamen Negara, ia telah bertahan terhadap segala ujian baik yang datang dari kekuatan-
kekuatan contra-revolusioner, maupun yang datang dari kekuatn - kekuatan extreem.
Kesimpulan
Pancasila sebagai sistem dalam filsafat kita sudah tentu harus memenuhi syarat-syarat dari
filsafat itu sendiri. Sistem filsafat Pancasila kita temukan dalam berbagai nilai-nilai kehidupan
di masyarakat, antara lain dari nilai-nilai agama, kebiasaan dari orang-orang Indonesia yang
telah menjadi budaya dalam pergaulan sehari-hari. Seperti halnya kebudayaan di berbagai
daerah di Indonesia adalah sumber dari nilai-nilai Pancasila itu.
Pancasila sebagai filsafat telah berhasil eksistensinya dalam kehidupan bernegara, karena
Pancasila dapat dan mampu berperan sebagi sumber nilai dalam kehidupan politik, dalam
system perekonomian, sebagai sumber dari sistem sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena
itu Pancasila perlu kita sebar luaskan dankita gali terus menerus, demi kuat dan kokohnya
bangsa dan negara Indonesia. Pancasila adalah sumber kekuatan bangsa untuk tetap tegaknya
negara dan keteraturan kehidupan bermasyarakat.