Anda di halaman 1dari 4

PANDANGAN TOKOH DAN DALIL PANCASILA

SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun Oleh :

Rizky Berema Putra Ginting

235090800111010

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
BAB 1

1.1 Latar Belakang


Seperti halnya negara lain,Indonesia juga memerlukan suatu ideologi sebagai pandangan
dan arah juang,maka dari itu para tokoh pejuang berkumpul dalam sidang BPUPKI pada
tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 17 Juli 1945 untuk membahas dan merumuskan
Ideologi Bangsa Indonesia.Sidang ini merumuskan suatu idelogi bernama Pancasila yang
telah menjadi jati diri bangsa Indonesia hingga saat ini.Pancasila tidak hanya di gunakan
sebagai pandangan atau diri bangsa tetapi juga digunakan dalam sistem filsafat
negara,Pancasila berperan penting dalam pertimbangan pertimbangan filosofis dengan
segala perbedaan dan coraknya yang berbeda sesuai tingkat tingkatan perbedaan.Sistem
filsafat pancasila dikemukai oleh beberapa tokoh pendiri diantaranya Ir. Soekarno, Dr.
Mohammad Hatta, Prof. Dr. Muhammad Yamin, Dr. Roeslan Abdulani, Prof. Dr. Soediman
Kartohardiprodjo, Prof. Dr. Notonagoro, Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara, Dr. Prostasius
Hardono Hadi, Prof. Dr. Damardjati Supadjar dan Yudi Latif, Ph.D.Tidak hanya itu salah
satu tokoh diatas merumuskan dalil dalil Pancasila sebagai sistem filsafat.

1.2 Rumusan Masalah


 Apakah Pandangan dari setiap tokoh perumus Pancasila sebagai system filsafat
memiliki perbedaan ? Apakah ada perihal yang mendasari hal tersebut ?
 Apakah tokoh masa kini berhak mengartikan Pancasila ? bagaimana jika pengartiaan
dari tokoh masa kini berbeda dengan pengartian tokoh pendahulu ?
 Apakah dalil dalil filosofis yang dikemukakan oleh salah satu tokoh mampu
menyesuaikan dengan periode waktu yang terus berubah ?

1.3 Tujuan
 Mengetahui perbedaan perbedaan pandangan para tokoh
 Mengetahui Penyebab Pancasila dijadikan sebagai system filsafat
 Mengetahui penjabaran dalil dalil yang melandasi system filsafat pancasila
BAB II

Pembahasan
Pancasila merupakan idelologi Negara Indonesia yang sudah sejak lama dirumuskan oleh
pendiri negara yang ada sebelumnya. Setelah para pendiri negara tersebut merumuskan dan
menetapkan Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga disebut sebagai dasar atau
pandangan filsafat negara dan ada banyak juga tokoh filsafat yang berperan didalam hal ini
diantaranya Ir. Soekarno, Dr. Mohammad Hatta, Prof. Dr. Muhammad Yamin, Dr. Roeslan
Abdulani, Prof. Dr. Soediman Kartohardiprodjo, Prof. Dr. Notonagoro, Prof. Dr. Nicolaus
Drijarkara, Dr. Prostasius Hardono Hadi, Prof. Dr. Damardjati Supadjar dan Yudi Latif, Ph.D.
Dari seluruh tokoh yang ada, setiap pandangan dari tokoh-tokoh tersebut pasti memiliki
perbedaan tertentu dan keunikannya sendiri. Dari pandangan setiap tokoh tersebut tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan setip pandangan dari tokoh tersebut
pastinya sudah memiliki pertimbangan-pertimbangan dari setiap tokoh masing-masing.
Pandangan dari tokoh-tokoh tersebut akan dibahas di bawah ini secara mendetail.

1.Ir. Soekarno

Ir. Soekarno sebagai tokoh filsafat menyampaikan pandangannya terhadap Pancasila


sebagai sistem pandangan filsafat Negara Indonesia ini. Dia berpendapat bahwa Pancasila itu
sebagai philosofich grondslag yang dimana pertama kali pandangan Soekarno ini
disampaikannya sendiri pada pidatonya yang monumental yang juga dibukukan dalam buku
yang berjudul Lahirnya Pancasila. Pancasila sebagai philosofich grandslag ialah pikiran sedalam-
dalamnya, jiwa , Hasrat yang di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal dan abadi. Dalam
kata lain Pancasila sebagai philosofich grandslag dapat juga diartikan sebagai yang mana nilai-
nilai filosofis yang terkandung dalam sila -sila Pancasila mendasari seluruh peraturan yang ada
dan yang berlaku di Indonesia.

Pancasila menurutnya itu terdiri atas dua lapisan inti yang dimana lapisan pertama itu
berisi atau mengandung prinsip-prinsip sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang sering disebut juga trisila. Trisila ialah ide yang
disampaikan juga Soekarno sejak tahun 1930-an sampai degan awal 1940-an. Makna dari
prinsip sosio-nasionalisme tersebut ialah Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang
mengatasi paham yang ada yang berprinsip bahwa semua untuk semua. Prinsip sosio-
demokrasi merupakan penggabungan antara sila Pancasila sila kerakyatan dan keadilan sosial.
Prinsip sosio-demokrasi ini juga dapat diartikan demokrasi yang berorientasi keadilan social,
yang tidak hanya menghendaki partisipasi dan persamaan di bidang politik tetapi juga di bidang
ekonomi. Prinsip ketuhanan bermaknakan bahwa nilai-nilai politik kebangsaan tersebut
dibangun di atas moralitas ketuhanan. Serta pada lapisan kedua yang merupakan lapisan paling
inti dan lapisan paling esensial yaitu jiwa gotong royong .

Dalam pandangan Soekarno tersebut terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat negara,
Notonagoro menyimpulkan bahwa konsepsi dan ajaran yang disampaikan oleh Soekarno
tersebut merupakan sebuah hasil produk yang mana merupakan buah hasil dari permenungan
yang juga merupakan hasil dari penyelidikan cipta yang terarah, dan berasal dari pengalaman
yang sudah ada sebelumnya. Prinsip-prinsip yang di gagas oleh Soekarno juga disampaikannya
pada buku yang berjudul Tjamkan Pancasila sebagai dasar negara yang memuat ajakan
Soekarno untuk menjadikan Pancasila yang merupakan dasar negara yang dapat digunakan
sebagai alat pemersatu bagi Bangsa Indonesia. Soekarno juga disebut sebagai pemikir besar
Asia Tenggara Bertrand Russell setelah Soekarno menyampaikan atas pendapatnya mengenai
konsepsi Pancasila kepada dunia internasional dalam pidatonya “To Build a World a New” pada
sidang PBB yang ke limabelas pada tanggal 30 September 1960 yang sering disebut juga sebagai
memori dunia. Dalam pidatonya tersebut yang disambut baik oleh setiap negara ini dia tidak
hanya menjelaskan Pancasila sebagai ideologi universal tetapi dia juga menyampaikan pada
sidang umum PBB, agar Pancasila dimasukkan kedalam piagam PBB. Dalam pidatonya ia
mencetuskan manifesto intelektual, politik, dan ideologi yang bersifat internasional, bahwa
dunia harus dibangun kembali atas dasar bangkitnnya kemerdekaan negara-negara di Asia-
Afrika, sebagai perlawanan tehadap kolonialisme dan imperialisme.

2.Dr. Mohammad Hatta

Dalam pandangannya sendiri sebagai salah satu tokoh filsafat ia mengatakan bahwa
“Pancasila sebagai jalan lurus dan fundamental moral dan politik”. Hatta berpendapat bahwa
Pancasila itu tersusun atas dua fundamen. Dua fundamen yang dimaksudkan yaitu fundamen
pertama yang berkaitan dengan aspek moral yaitu Ketuhanan Yang Mahaesa dan fundamen
kedua yaitu fundamen yang berkaitan dengan aspek politik, yaitu kemanusiaan, persatuan
Indonesia, demokrasi kerakyatan, dan keadilan social. Dasar moral dan politik tersebut
diharapkan dapat memandu bangsa ini menjadi bangsa yang benar, baik, dan jujur. ss

Anda mungkin juga menyukai