Disusun Oleh :
235090800111010
DEPARTEMEN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
BAB 1
1.3 Tujuan
Mengetahui perbedaan perbedaan pandangan para tokoh
Mengetahui Penyebab Pancasila dijadikan sebagai system filsafat
Mengetahui penjabaran dalil dalil yang melandasi system filsafat pancasila
BAB II
Pembahasan
Pancasila merupakan idelologi Negara Indonesia yang sudah sejak lama dirumuskan oleh
pendiri negara yang ada sebelumnya. Setelah para pendiri negara tersebut merumuskan dan
menetapkan Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga disebut sebagai dasar atau
pandangan filsafat negara dan ada banyak juga tokoh filsafat yang berperan didalam hal ini
diantaranya Ir. Soekarno, Dr. Mohammad Hatta, Prof. Dr. Muhammad Yamin, Dr. Roeslan
Abdulani, Prof. Dr. Soediman Kartohardiprodjo, Prof. Dr. Notonagoro, Prof. Dr. Nicolaus
Drijarkara, Dr. Prostasius Hardono Hadi, Prof. Dr. Damardjati Supadjar dan Yudi Latif, Ph.D.
Dari seluruh tokoh yang ada, setiap pandangan dari tokoh-tokoh tersebut pasti memiliki
perbedaan tertentu dan keunikannya sendiri. Dari pandangan setiap tokoh tersebut tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan setip pandangan dari tokoh tersebut
pastinya sudah memiliki pertimbangan-pertimbangan dari setiap tokoh masing-masing.
Pandangan dari tokoh-tokoh tersebut akan dibahas di bawah ini secara mendetail.
1.Ir. Soekarno
Pancasila menurutnya itu terdiri atas dua lapisan inti yang dimana lapisan pertama itu
berisi atau mengandung prinsip-prinsip sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang sering disebut juga trisila. Trisila ialah ide yang
disampaikan juga Soekarno sejak tahun 1930-an sampai degan awal 1940-an. Makna dari
prinsip sosio-nasionalisme tersebut ialah Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang
mengatasi paham yang ada yang berprinsip bahwa semua untuk semua. Prinsip sosio-
demokrasi merupakan penggabungan antara sila Pancasila sila kerakyatan dan keadilan sosial.
Prinsip sosio-demokrasi ini juga dapat diartikan demokrasi yang berorientasi keadilan social,
yang tidak hanya menghendaki partisipasi dan persamaan di bidang politik tetapi juga di bidang
ekonomi. Prinsip ketuhanan bermaknakan bahwa nilai-nilai politik kebangsaan tersebut
dibangun di atas moralitas ketuhanan. Serta pada lapisan kedua yang merupakan lapisan paling
inti dan lapisan paling esensial yaitu jiwa gotong royong .
Dalam pandangan Soekarno tersebut terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat negara,
Notonagoro menyimpulkan bahwa konsepsi dan ajaran yang disampaikan oleh Soekarno
tersebut merupakan sebuah hasil produk yang mana merupakan buah hasil dari permenungan
yang juga merupakan hasil dari penyelidikan cipta yang terarah, dan berasal dari pengalaman
yang sudah ada sebelumnya. Prinsip-prinsip yang di gagas oleh Soekarno juga disampaikannya
pada buku yang berjudul Tjamkan Pancasila sebagai dasar negara yang memuat ajakan
Soekarno untuk menjadikan Pancasila yang merupakan dasar negara yang dapat digunakan
sebagai alat pemersatu bagi Bangsa Indonesia. Soekarno juga disebut sebagai pemikir besar
Asia Tenggara Bertrand Russell setelah Soekarno menyampaikan atas pendapatnya mengenai
konsepsi Pancasila kepada dunia internasional dalam pidatonya “To Build a World a New” pada
sidang PBB yang ke limabelas pada tanggal 30 September 1960 yang sering disebut juga sebagai
memori dunia. Dalam pidatonya tersebut yang disambut baik oleh setiap negara ini dia tidak
hanya menjelaskan Pancasila sebagai ideologi universal tetapi dia juga menyampaikan pada
sidang umum PBB, agar Pancasila dimasukkan kedalam piagam PBB. Dalam pidatonya ia
mencetuskan manifesto intelektual, politik, dan ideologi yang bersifat internasional, bahwa
dunia harus dibangun kembali atas dasar bangkitnnya kemerdekaan negara-negara di Asia-
Afrika, sebagai perlawanan tehadap kolonialisme dan imperialisme.
Dalam pandangannya sendiri sebagai salah satu tokoh filsafat ia mengatakan bahwa
“Pancasila sebagai jalan lurus dan fundamental moral dan politik”. Hatta berpendapat bahwa
Pancasila itu tersusun atas dua fundamen. Dua fundamen yang dimaksudkan yaitu fundamen
pertama yang berkaitan dengan aspek moral yaitu Ketuhanan Yang Mahaesa dan fundamen
kedua yaitu fundamen yang berkaitan dengan aspek politik, yaitu kemanusiaan, persatuan
Indonesia, demokrasi kerakyatan, dan keadilan social. Dasar moral dan politik tersebut
diharapkan dapat memandu bangsa ini menjadi bangsa yang benar, baik, dan jujur. ss