Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ideologi

Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai berikut, Pengertian


Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea
yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti
ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah
pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).

Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai


komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap
dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang
dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik
dan tidak baik.

Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for
any group of ideas concerning various political and aconomic issues and social
philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by groups or classes,
artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai
macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu
rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau
lapisan masyarakat.

Pengertian Ideologi menurut Ibnu Sina adalah Mabda’ secara etimologis adalah
mashdar mimi dari kata bada’ayabdau bad’an wa mabda’an yang berarti permulaan.
Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang dibangun diatas pemikiran-
pemikiran (cabang )[dalam Al-Mausu’ah al-Falsafiyah, entry al-Mabda’]. Al-
Mabda’(ideologi) : pemikiran mendasar (fikrah raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-
asasiyah) tingkah laku. Dari segi logika al-mabda’ adalah pemahaman mendasar dan
asas setiap peraturan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda’)
adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki
metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga
pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan
metode untuk menyebarkannya.

2.2 Pengertian Pancasila

Secara singkat Pancasila adalah ideologi dan dasar negara Indonesia yang
mengandung lima dasar. Kelima dasar tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila merupakan bahasa Sansekerta pañca yang
berarti “lima” dan sīla yang berarti “dasar” atau “azas”.

 Asal Mula Kata Pancasila

Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) yaitu panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Jadi
secara harfiah, “Pancasila” dapat diartikan sebagai “lima dasar”.

 Sejarah Istilah Pancasila

Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
dimana sila-sila yang terdapat dalam Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan
masyarakat maupun kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum dirumuskan secara
konkrit. Menurut kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti “berbatu
sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan yang lima”.

 Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli

Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila, sebaiknya


kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa
berikut:

1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila
yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan
baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan
bangsa dan negara Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun
sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa
Indonesia.

2.3 Sejarah Singkat Perumusan Pancasila

Pancasila merupakan hasil rumusan di luar sidang BPUPKI pada tanggal 22 Juni
1945 oleh panitia kecil yang beranggotakan 9 orang. Rumusan Pancasila termuat
dalam Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang merupakan rancangan Pembukaan UUD.
Adapun sembilan anggota panitia kecil tersebut adalah Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Mr.
A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr.
Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Moch. Yamin. Rumusan Pancasila
diterima oleh BPUPKI sebagai ideologi negara saat sidang kedua BPUPKI pada tanggal
10 Juli 1945.

Sebelumnya pada sidang pertama BPUPKI sudah diajukan berbagai rumusan


dasar negara oleh beberapa tokoh seperti Mr. Mohammad Yamin, Prof, Soepomo, dan
Ir. Soekarno. Rancangan Pancasila pertama kali dirumuskan oleh Soekarno pada
tanggal 1 Juni 1945 dengan isi: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan ketuhanan.

Dalam rumusan dasar negara yang tertuang dalam Piagam Jakarta, sila pertama
berisi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa” di Pancasila. Hal ini
dikarenakan rakyat Indonesia bagian timur lebih baik memisahkan diri dari Republik
Indonesia jika sila pertama tidak diubah. Ini dilakukan demi menjaga kesatuan dan
persatuan di Indonesia.

2.4 Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut :


 Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
 Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara diamalkan
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan
dengan kesediaan berkorban.

2.5 Fungsi ideologi menurut beberapa pakar di bidangnya :

 Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara


individual. (Cahyono, 1986)

 Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua (founding


fathers) dengan generasi muda. (Setiardja, 2001)

 Sebagai kekuatan yang mampu member semangat dan motivasi individu,


masyarakat, dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.
(Hidayat, 2001)

2.6 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa Berawal dari sidang
pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal 28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945.
Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato pembukaannya selaku ketua
BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai dasar
negara apa yang akan dibentuk untuk Indonesia. Pertanyaan ini memunculkan
sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan mereka.
Sila-sila dalam Pancasila mengandung filsafat kehidupan berbangsa dan
bernegara yang universal, mencakup aspek duniawi dan ukharawi, mental spiritual,
moral dan akhlak bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai pandangan
hidup (way of life) dan jiwa bangsa yang fundamental yang tidak akan mengalami
kedaluarsa ideologis, jika bangsa dan semua warga negara memahaminya sebagai
falsafah .http://klaussurinka.blogspot.com/2010/05/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-
dan.html)

Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan


gagasannya mengenai dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul
“Lahirnya Pancasila”. Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat
kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam antara pendapat yang
mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara sekuler.
Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang menginginkan Islam
sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal
22 Juni 1945.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam


Jakarta diganti dan menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan
Soekarno dan Mohammad Hatta dan terus berkembang hingga masa pemerintahan
Soeharto, Melihat pada perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai 18
Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi.
Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan
disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi antara kelompok
yang memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan kelompok yang
memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang menjadi kompromi antara
kaum nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.

Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering dibicarakan
oleh kebanyakan orang. Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus
yang diharapkan. Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar,
Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan regional berideologi Islam.
Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik yang ada serta mengusulkan
agar rakyat menolak partai-partai politik karena mereka menentang konsep
musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno juga
menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang berarti persatuan
antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang
saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat labil sampai pada
akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan
Orde Lama.

Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa rezim
baru adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto
mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling tepat
untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak semakin
membuat stabilitas negara berjalan dengan baik, tetapi justru struktur politik labil yang
semakin mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali mengulang pernyataan tegas
bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara murni
dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang menafsirkan resmi tentang
Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.

Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai adanya
jaman baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru
yang dianggap menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul
keingingan untuk membentuk masyarakat sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial
tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya masyarakat seolah menjadi
fenomena awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.

Seperti Apakah Reaktualisasi Ideologi Pancasila? Pancasila jika akan dihidupkan


secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos yang mendorong dari belakang
atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa.
Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip
dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian
dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi
pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
(Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma)

Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat
lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main yang
telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.

Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan
apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir seperti dalam
perkiraan David P. Apter dalam pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila
merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud
lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis,
humanis universal, nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam keberagaman,
demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang berkeadilan sosial.

Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa.
Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan
pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai
ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan,
namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus
menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.(Dr. K. Abdul
Hamid, dkk. 2012. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan)
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa Berawal dari
sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal 28 Mei 1945
hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato
pembukaannya selaku ketua BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada
seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa yang akan dibentuk
untuk Indonesia. Pertanyaan ini memunculkan sejumlah pembicara yang
mengajukan gagasan mereka
Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut :
 Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
 Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara
diamalkan dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
3.2. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai
ideology bangsa dan Negara.
DAFTAR PUSTAKA

http://jagomateri.blogspot.co.id/2017/09/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html?m=1

http://smpn1ciemas.sch.id/materi/40-pendidikan-kewarganegaraan/107-nilai-nilai-
pancasila-sebagai-ideologi.html

Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan

Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Rukiyanti, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press

Anda mungkin juga menyukai