Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama batang tubuh UUD 1945. Sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik. Karena hal tersebut Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi
demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa
Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir, atau jelasnya
sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah
atau tujuan bagi yang menyandangnya diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial
budaya, bidang hukum, bidang kehidupan antar umat beragama.

Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara telah berhasil menyusun Pedoman
Umum Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara, namun masih perlu dirumuskan ke
dalam Paradigma yang secara operasional dapat digunakan sebagai pedoman dan model baik
dalam merumuskan kebijakan publik maupun sebagai acuan kritik, untuk menentukan mana yang
sesuai atau yang tidak sesuai dengan Pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Pancasila dalam Konteks Perjuangan Bangsa ?
2. Bagaimanakah Pancasila sebagai Ideologi Negara?
3. Bagaimanakah Pancasla sebagai Filsafat?
4. Bagaimanakah Pancasila dalam Konteks ketatanegaraan?
5. Bagaimanakah Pancasila sebagai Paradigma kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara?
6. Bagaimanakah Pancasila Sebagai Etika Politik?
7. Bagaimanakah Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagi identitas dan karakter bangsa?
8. Bagaimanakah Pancasila dalam konteks HAM?
9. Bagaimanakah Konsepsi Wawancara Nusantara?

C. TUJUAN
makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui tentang Pancasila Indonesia yang
sesungguhnya, dan dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi
kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka,
perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi
adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi,
2001:57).

Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek


pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas
concerning various political and aconomic issues and social philosophies often applied to a
systematic scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh
kelompok atau lapisan masyarakat.

Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita
simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran,
kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya
seirama dengan ruang dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian
dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang
bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.

Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau kedudukan
yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat.
Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh
seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.

Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh
merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan
masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan hidup masyarakatnya,
Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilai-nilai sosial dan budaya
Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi
bangsa, maka keberadaannya selalu diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan dalam
rangka berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam
ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu
sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila
pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau
kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup
dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa
bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang.
Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa
pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah bersatu
kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia
mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut
kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi
antara menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.

Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran kelima sila tersebut
di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan
sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan
kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala
macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara
kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai
dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia
harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara,
harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain
pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan
Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak
disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia
terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan
kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di
Indonesia.

Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa. Sedangkan pengamalan atau
pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-
sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara, yang
merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula
sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.

B. Pancasila Dalam Konteks Perjuangan Bangsa


Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal 28 Mei 1945 hingga 1
Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato pembukaannya selaku ketua
BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa yang
akan dibentuk untuk Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan sepanjang 29
Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan mereka
mengenai dasar filosofis Indonesia.

Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan gagasannya mengenai
dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya Pancasila”. Menurut Drs.
Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam
antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara
sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang menginginkan Islam
sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta diganti dan
menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta
dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol Gluck
mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak meributkan masalah ideologi
dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni
sampai 18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi. Pada
tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan disepakati oleh Sidang
Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi antara kelompok yang memperjuangkan dasar
negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang menjadi
kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.

Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering dibicarakan oleh kebanyakan
orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau
titik temu bagi semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata
ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam yang kemudian
pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam terhadap pemerintah pusat.
Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan
kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada
UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai
dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang diharapkan. Periode labil ini
justru telah membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam
pemberontakan regional berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik
yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena mereka menentang
konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno juga menganjurkan
sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang berarti persatuan antara nasionalisme,
agama dan komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang saling bertentangan menimbulkan
struktur politik yang sangat labil sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang
berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.

Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa rezim baru adalah
pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto mengambil Pancasila sebagai dasar
negara dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai
bentuk perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik, tetapi
justru struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali mengulang
pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara
murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang menafsirkan resmi tentang
Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.

Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai adanya jaman baru bagi
perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru yang dianggap menindas
dengan konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk membentuk masyarakat
sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya
masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.
Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada masa Orde Lama,
Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan perekonomian secara mendasar. Berbagai
bentuk interpretasi monolitik selama ini cenderung mengaburkan dan menguburkan makna
substansial Pancasila dan berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami
secara politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila menjadi nilai
yang distopia, bukan sekedar utopia

C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Definisi pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu satu kesatuan yang saling berhubungan
untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya. Jadi pancasila pada dasarnya satu bagian atau unit-unit yang berkaitan satu sama lain, dan
memiliki fungsi serta tugas masing-masing.

D. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan


Pancasiladalam kontek ketatanegaraan Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga
lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur didalam undang-
undang dasar negara.
1. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasar Kepada UUD45
Dari segi Supra Strukturadalah Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif
Dari segi Infra Struktur ada Parpol, Golongan Kepentingan (Interest Group), Golongan Penekan
(Pressure Group), Alat Komunikasi Politik (Media Massa) dan Tokoh-tokoh Politik.
Lembaga Tinggi Negara
Presiden,
Sebagai kepala pemerintahan, bertugas sebagai kepala negara yang memegang kekuasaan
pemerintahan.
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),
Sebagai wakil rakyat yang memiliki tugas sebagai legislatif, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
DPD (Dewan Perwakilan Daerah),
Bertugas sebagai lembaga perwakilan daerah.
MA (Mahkamah Agung),
Bertugas sebagai pemegang kekuasaan kehakiman.
MK (Mahkamah Konstitusi),
Bertugas sebagai lembaga pengawal konstitusi.
KY (Komisi Yudisial),
Bertugas sebagai lembaga pengawas fungsi kehakiman.
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),
Bertugas sebagai pemeriksa tanggung jawab keuangan negara.

Pembagian Kekuasaan
Eksekutif : didelegasikan kepada presiden (ps 4 ayat 1 UUD1945).
Legislatif : didelegasikan kepada Presiden, DPR, dan DPD (Ps 5 ayat 1, ps 19, dan ps 22C
UUD1945) .
Yudikatif: didelegasikan kepada Mahkamah Agung (Ps 24 ayat 1 UUD1945).
Inspektif: didelegasikan kepada BPK dan DPR (ps 20A ayat 1) .

2. Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara RI


Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum.
Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme.
Kekuasaan negara yang tertinggi dilaksanakn MPR.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah MPR.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
3. Hubungan Negara Dengan Warga Negara Dan HAM Menurut UUD 1945
Menurut UUD 1945, hubungan negara dengan warga negara erat kaitannya dengan hak asasi
manusia.
Warga negara ialah orang-orang Indonesia dan orang-orang lain yang bertempat tinggal di
Indonesia, meyakini Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada negara RI.
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
Ikatan seseorang yang menjadi warga negara menimbulkan suatu hak dan kewajiban.

4. Simbol-Simbol Pemersatu Indonesia


Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih.
Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.
Lambang negara adalah Garuda Pancasila, dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Lagu Kebangsaan negara Indonesia adalah Indonesia Raya.

Lembaga tertinggi negara adalah MPR, pemegang dan pelaksanaan kedaulatan rakyat.

E. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara


1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut
:“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia” hal ini dalam kapasitasnya
tujuan negara hukum formal ataupun rumusan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa“ hal ini dalam pengertian negara hukum material, yang secara keseluruhan
sebagai manifestasi tujuan khusus/nasional.

Adapun tujuan internasional (tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,perdamain abadi dan keadilan sosial”.

Secara filsofis hakikat kedudukan pancasila sebagai pradigma pembangunnan nasional


mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila.

Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralisasi” meliputi susunan kodrat manusia, rokhani (jiwa)
dan raga, sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

a. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek


Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rokhani
manusia. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa
dalam bidang estetis dan kehendak dalam bidang moral(etika). Tujuan yang esensial dari iptek
adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun
terikatoleh nilai. Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasakan pada moral
Ketuhana dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Poleksosbudhankam


Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam negara untuk mencapai tujuan seluruh
warga harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subjek pelaksanaan sekaligus tujuan
pembangunnya.

Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Negara harus berdasarkan pada hakikat
manusia. Hakikat manusia adalah ‘monopoluralis’ artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-
jasmani, individu-makhluk sosial serta manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan yang Maha Esa.

1) Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik


Drs. Moh.Hatta, menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, atas dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik negara
terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana
tertuang dalam sila-sila pancasila sehingga. Praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara
dengan memfitnah, memprovokasi menghasut rakyat yang tidak berdosa untuk diadu domba harus
segera diakhiri.Pancasila dalam pengembangan kehidupan politik dapat dilakukan dengan cara :
a) Mewujudkan tujuan negara demi peningkatan harkat dan martabat manusia
b) Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik, bukan hanya sebagai
objek politik penguasa semata.
c) Sistem politik negara harus mendasar pada tuntutan hak dasar kemanusiaan
d) Para penyelengggara dan politisi negara senantiasa memegang budi pekerti kemanusiaan serta
memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia

2) Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi


Perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18 menumbuhkan ekonomi kapitalis. Atas dasar
kenyataan objektif inilah maka di Eropa pada awal abad ke-19 munculah pemikiran sebagai reaksi
atas perkelimbangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme yang memperjuangkan nasib
kaum proletar yag di tindas oleh kaum kapitalis.

Mubyarto mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang


mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera.Maka sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

Perwujudan pancasila sebagai paradigm pembangunan bidang ekonomi dapat dilakukan dengan
cara :
a) Sistem ekonomi negara senantiasa mendasar pada pemikiran untuk mengembangkan ekonomi atas
dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan
b) Menghindari pengembangan ekonomi yang mengarah pada sistem monopoli persaingan bebas
c) Mengembangkan sisitem ekonomi kerakyatan dan kekeluargaan yang ditujukan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat secara luas

3) Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya


Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai pancasila
mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagi mahkluk yang
berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua pancasila yaitu “kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Pancasila merupakan sumber normatif bagi peningkatan humanisasi
dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan
untuk :
a) Universalisasi yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur, dan
b) Transendentalisasi yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, dan kebebasan
spiritual (koentowijoyo,1986).
Perwujudan Pancasila sebagai paradigma pengembangan bidang sosial budaya dapat
dilakukan dengan cara:
a) Senantiasa berdasarkan sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia
b) Pembangunan ditujukan untuk meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan kebebasan
spiritual
c) Menciptakan sistem sosial budaya yang beradab melaluipendkatan kemanusiaan secara universal

4) Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan HanKam


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-
hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangka
mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu
pertahana dan keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila.
Pertahanan dan keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (silaI dan ll). Pertahanan
dan keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga dalam seluruh
warga sebagai warga negara (sila lll). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak-hak
dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila IV ) dan akhirnya pertahanan dan
keamanan haruslah diperuntukan demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat
(terwujudnya suatu keadilan sosial) agar benar-benar negara meletakan pada fungsi yang
sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas
kekuasaan.
Perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan bidang hankam dapat dilakukan
dengan cara:
a) Pertahanan dan keamanan negara harus berdasarkan kepada tujuan demi tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan.
b) Pertahanan dan keamanan negara harus berdasarkan pada tujuan demi tercapainya kepentingan
seluruh warga Negara Indonesia.
c) Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak asasi manusia . persamaan derajat serta
kebebasan manusia.
d) Pertahanan dan keamanan negara harus diperuntukan demi terwujudnya keadilan dalam kehidupan
masyarakat.

5) Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Dalam hal ini Negara menegaskan dalam pokok pikiran IV bahwa ”negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas asas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini berarti
bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan. Negara memberikan
kebebasan pada warganya untuk memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa dalam negara indonesia
memberikan kebebasan atas kehidupan beragama/dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi
di bidang agama. Dasar-dasar ajaran-ajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing maka dalam
pergaulan hidup negara kehidupan beragama hubungan antara pemeluk agama didasarkan atas
nilai-nilai kemanusiaan yang beraab hal ini berdasarkan pada nilai bahwa semua pemeluk agama
adalah sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

F. Pancasila Sebagai Etika Politik


Etika adalah kelompok filsafat praktis yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Pengertian politik berasal dari kata “Politics”,
yang memiliki makna bermacam – macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan – tujuan.

Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau perbuatan-
perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik atau buruknya. Filsafat politik adalah seperangkat
keyakinan masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan oleh para
penganutnya, seperti komunisme dan demokrasi.

Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjeksebagai pelaku etika
yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik berkaitan eratdengan bidang pembahasan moral.hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertianmoral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika. Maka kewajibanmoral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya,
karena yangdimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia, walaupun dalam
hubungannyadengan masyarakat, bangsa maupun negara etika politik tetap meletakkan
dasarfundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politikbahwa
kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yangberadab dan
berbudaya berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsamaupun negara bisa
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.

Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama dan
untuk orang lain, dalam rangka membangun institusi-institusi politik yang adil. Etika politik
membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-
struktur politik yang ada. Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik
yang diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara. Nilai-
nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara,
etika politik menuntut agar kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan:
1. Legitimasi hukum
2. Legitimasi demokratis
3. Legitimasi moral

G. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sebagai Identitas dan Karakter Bangsa


1. Pengertian Pancasila sebagai Identitas Nasional
Kata identitas berasal dari bahasa inggris, yaitu identity yang memiliki pengertian harfiah ciri-ciri,
tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakan dengan
yang lain. Dalam term antropologi ,indentitas adalah sifat khas yang menerangkan dan dengan
kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri,kelompok sendiri, atau negara sendiri. Mengacu
pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada kelompok
lain.
Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok –kelompok yang lebih
besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agaman dan bahasa maupun
non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yanh
kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya
melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-
pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasioanl sendiri tidak bisa dilepaskan dari
kemunculan konsep nasionalisme.
Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu mendorong bangsa
Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam koridornya yang bukan berarti menentang
arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan
dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan
Pancasila sebagai kepribadian bangsa, tentunya kedua hal ini merupakan suatu kesatuan layaknya
keseluruhan sila dalam Pancasila yang mampu menggambarkan karakteristik yang membedakan
Indonesia dengan negara lain.
Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan
sebelumnya.Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat
terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist
Revolution, era globalisasi dewasa ini, ideologi kapitalisme yang akan menguasai dunia.
Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang
menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga
nasib, sosial, politik dan kebudayaan.
Perubahan

2. Alasan Pancasila menjadi Identitas Nasional


Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia sebagai salah satu
bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda
dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase
nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat
hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat hidup
bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu
Pancasila.Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber
pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia
pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kepribadian bangsa.

3. Pengertian Pancasila sebagai Karakter Bangsa


Istilah karakter dapat diartikan sebagai sistem daya juang ( daya dorong , daya gerak , dan gaya
hidup ) yang berisikan tata nilai kebajikan dan moral yang berpatri dalam diri manusia . tat nilai
itu merupakan peroaduan aktualisasi potensi dari dalam diri manusia serta internalisasi nilai nilai
ahklak dengan moral dari luar ( lingkungan ) yang melandasi pemikiran , silkap , dan prilaku .
dengan kata lain , karakter adalah nilai kebajikan ahlak dan moral yang terpatri dan menjadi nilai
instrinsik dalam diri manusia yang melandasi pemikiran , sikap dan prilakunya .
Karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter individu –individu warga bangsa yang
berproses secara terus-menerus dan kemudian mengelompok . karakter bangsa indonesia
merupakan kristilasasi nilai-nilainya kehidupan nyata bangsa indonesia yang merupakan
perwujudan dan pengalaman pancasila

4. Alasan Pancasila sebagai Karakter Bangsa


Melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur Pancasila, para generasi muda akan dapat
menjadi warga negara yang baik yang mampu memahami hak dan kewajibannya, memahami
ideologi negara secara utuh dan benar. Melalui pendidikan karakter berbasis Pancasila ini, para
generasi muda mampu menjadi warga negara Indonesia yang baik, cerdas, terampil, dan
berkarakter sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu
untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka
untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan
karakter mengajarkan bangsa ini, pemuda negeri ini, untuk berpikir cerdas sehingga mampu
mengatasi berbagai macam masalah baru yang ada, meningkatkan kemampuan untuk berbaur
dengan bangsa lain dengan tetap mempertahankan identitas dan budaya bangsanya.
Pancasila mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu sebagai pandangan hidup bangsa. Bahwa
nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok dalam berpikir dan berbuat, dan hal ini
mengharuskan bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam sikap dan
perilaku baik dalam perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satunya
dengan menerapkan pendidikan berkarakter. Dengan berlandaskan pancasila maka tingkah laku
kita akan terlindungi dari hal-hal yang tidak sesuai dengan pancasila, dikarenakan saat ini sudah
berkembang tentang kenakalan remaja dalam masyarakat seperti perkelahian masal (tawuran).
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal tersebut juga terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

Pendidikan karakter tidak saja merupakan tuntutan Undang-Undang dan peraturan pemerintah,
tetapi juga oleh agama. Hal itu dicerminkan dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu untuk mengembangkan
karakter bangsa sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia kita harus mempunyai karakter yang sesuai dengan pancasila, jadi setiap
aspek karakter yang diberikan harus dijiwai oleh ke lima sila Pancasila secara utuh. Pendidikan
karakter pada dasarnya dapat diberikan dalam setiap pembelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan pancasila perlu dikembangkan antara lain materi tentang norma atau ilai-nilai
sehingga karakter seseorang yang sesuai dengan pancasila dapat dibentuk dari proses
pembelajaran.

Membangun karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,
memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, ahlak (budi pekerti), insan
manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.

H. Pancasila dalam Konteks HAM


Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci
di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental
tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia, terdapat
pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1 pembukaan
UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama , melaksanakan
ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat
jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana hendaknya sesama manusia
bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.

I. Konsepsi Wawasan Nusantara


Secara Etimologis, Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang terhadap kesatuan
kepulauan yang terletak antara dua benua yaitu asia dan australia dan dua samudra yaitu samura
hindia dan samudra pasifik. Istilah wawasan nusantara berasal dari kata Wawas (Bahasa
Jawa) yang artinya "pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi", dan kemudian ditambahkan
akhiran an , sehingga arti wawasan adalah cara pandang, cara tinjau, cara melihat. Sedangkan kata
Nusantara terdiri dari dua kata yaitu nusa yang berarti "pulau atau kesatuan kepulauan" dan antara
yang berarti "letak antara dua unsur yaitu dua benua dan dua samudra". Sehingga arti dari kata
nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak dari dua benua yaitu asia dan australia dan dua
samudra yaitu samudra hindia dan pasifik.

1. Pengertian Wawasan Nusantara Menurut Definisi Para Ahli


Setelah arti umum dan etimologis wawasan nusantara, jika ditinjau dari pengertian wawasan
nusantara menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
Prof. Dr. Wan Usman, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi prof. Dr. Wan Usman
adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
Kel. Kerja LEMHANAS, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi Kel. Kerja
LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999 adalah cara pandang dan sikap bangsa
indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan bernilai startegis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi
Tap MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.

2. Fungsi Wawasan Nusantara


Terdapat berbagai fungsi wawasan nusantara yang baik secara umum, menurut pendapat para ahli
dan pembagiannya antara lain sebagai berikut..
a. Fungsi Wawasan Nusantara Secara umum - Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman,
motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan,
tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan Negara di pusat dan daerah maupun bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Fungsi Wawasan Nusantara Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk yang mengutarakan
pendapatnya dalam bukunya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi antara lain sebagai
berikut.Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia

Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakan dan strategi pembagunan nasional

c. Fungsi Wawasan Nusantara dibedakan dalam beberapa pandangan antara lain sebagai berikut..

1) Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional adalah sebagai konsep dalam
pembangunan, pertahanan keamanan dan kewilahayan
2) Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional adalah mencakup kesatuan politik,
sosial dan ekonomi, sosial dan politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
3) Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keamanan adalah pandangan geopolitik
Indonesia sebagai satu kesatuan pada seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
4) Fungsi wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan adalah pembatasan negara untuk
menghindari adanya sengketa antarnegara tetangga.

3. Tujuan Wawasan Nusantara


Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi dari segala aspek
kehidupan rakyat indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan
perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Kepentingan tersebut tetap dihargai
agar tidak bertentangan dari kepentingan nasional.
4. Latar Belakang Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara dilatar belakang dalam beberapa aspek antara lain sebagai berikut..
a. Falsafah Pancasila, Pancasila merupakan dasar dalam terjadinya wawasan nusantara dari nilai-
nilai yang terdapat dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut..
1) Penerapan HAM (Hak Asasi Manusia). misalnya pemberian kesempatan dalam menjalankan
ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
2) Mengutamakan pada kepentingan masyarakat dari pada kepentingan indivud dan golongan
3) Pengambilan keputusan berdasarkan dalam musyawarah mufakat.

b. Aspek Kewiilayahan Nusantara, aspek kewilayahan nusantara dalam hal ini pada pengaruh
geografi karena indonesia kaya akan SDA dan suku bangsa
c. Aspek Sosial Budaya, aspek sosial budaya dimana dalam hal ini dapat terjadi karena indonesia
terdapat ratusan suku bangsa yang keseluruhan memiliki adat istiadat, bahasa, agama dan
kepercayaan yang berbeda-beda, yang menjadikan tata kehidupan nasional memiliki hubungan
interaksi antara golongan karena dapat menyebabkan konflik yang besar dari keberagaman
budaya.
d. Aspek Sejarah, Dapat mengacuh kepada aspek sejarah karena indonesia memiliki banyak
pengalaman sejarah yang tidak ingin terulangnya perpecahan dalam bangsa dan negara Indonesia.
Dimana kemerdekaan yang didapatkan merupakan hasil semangat persatuan dan kesatuan bangsa
indonesia, sehingga harus dipertahankan untuk persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan
indonesia

5. Penerapan/Implementasi Wawasan Nusantara


Dalam implementasi wawasan nusantara, perlunya memperhatikan hal-hal berikut..

a. Kehidupan Politik
Pelaksanaan politik diatur dalam UU partai politik, pemilihan umum, pemilihan presiden dimana
pelaksanaannya sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa. Misalnya dalam pemilihan
presiden, DPR, dan kepala daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, agar tidak
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.

Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia tanpa pengecualian.

Mengembangkan sikap HAM dan pluralisme dalam mempersatukan dan mempertahankan


berbagai suku, agama, dan bahasa, sehingga terciptanya dan menumbuhkan rasa toleransi.

Memperkuat komitmen politik dalam partai politik dan pada lembaga pemerintahan untuk
meningkatkan kebangsaan, persatuan dan kesatuan.
Meningkatkan peran indonesia dalam dunia internasional dan memperkuat korps diplomatik dalam
upaya penjagaan wilayah Indonesia khususnya pulau terluar dan pulau kosong.

b. Kehidupan Ekonomi
Harus sesuai berorientasi pada sektor pemerintahan, perindustrian, dan pertanian

Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan antara daerah, sehingga
dari adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi.

Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan memberikan fasilitas
kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil.

c. Kehidupan Sosial
Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari segi budaya,
status sosial, maupun daerah. Pengembangan budaya Indonesia untuk melestarikan kekayaan
Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan
nasional maupun daerah.

d. Kehidupan Pertahanan dan Keamanan


Memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk beperan aktif karena merupakan
kewajiban setiap warga negara seperti meningkatkan kemampuan disiplin, memelihara
lingkungan, dan melaporkan hal-hal yang mengganggu kepada aparat dan belajar kemiliteran.

Membangun rasa persatuan dengan membangun rasa solidaritas dan hubungan erat antara warga
negara berbeda daerah dengan kekuatan keamanan agar ancaman suatu daerah atau pulau menjadi
ancaman bagi daerah lain untuk membantu daerah yang diancam tersebut.

Membangun TNI profesional dan menyediakan sarana dan prasarana bagi kegiatan pengamanan
wilayah indonesia, khususnya pulau dan wilayah terluar Indonesia.

6. Kedudukan Wawasan Nusantara


Dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan idil
UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional
Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai landasan konsepsional
GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan operasioal.

7. Landasan Wawasan Nusantara - Wawasan nusantara dilandasi dengan dua landasan antara lain
sebagai berikut..
Landasan Idil adalah pancasila
Landasan Konstitusional adalah UUD 1945

8. Asas Wawasan Nusantara


Asas wawasan nusantara adalah ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara demi
mewujudkan ketaatan dan kesetiaan kepada setiap komponen atau unsur pembentuk bangsa
Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitmen) bersama. Macam-macam asas
wawasan nusantara adalah sebagai berikut...

Kepentingan/tujuan yang sama


Keadilan
Kejujuran
Solidaritas
Kerja sama
Kesetiaan terhadap kesepakatan

9. Hakikat Wawasan Nusantara


Hakikat wawasan nusantara adalah hakikat yang selalu utuh dengan menyeluruh dalam lingkup
nusantara untuk kepentingan nasional, tanpa menghilangkan kepentingan lainnya sepert
kepentingan daerah, golongan, dan perorangan.

10. Dasar Hukum Wawasan Nusantara


Dasar hukum wawasan nusantara diterima sebagai konsepsi politik kewarganegaraan yang
tercantum dalam dasar-dasar hukum antara lain sebagai berikut..
Tap MPR. No. IV/MPR/1973 pada tanggal 22 maret 1973
Tap MPR. No IV/1978/22/Maret/1978/ tentang GBHN
Tap MPR. No. II/MPR/1983/12/Maret/1983
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif atau
memaksa serta memiliki nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila yang bersifat obyektif
– subyektif. Bagi bangsa indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah selayaknya
kita pahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan
yang berbeda.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang
sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh
sekelompok atau lapisan masyarakat Pancasila sebagai ideologi terbuka` adalah sebagai suatu
sistem pemikiran terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri ideologi dan fungsi ideologi sesuai
bidangnya. Pancasila sebagai ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologi terbuka dan ideologi
tertutup.

B. SARAN
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang pancasila sebagai
ideologi negara yang lebih mendalam. Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah
kami ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah
sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.


Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pantjoran Tujuh.

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilai sme. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai