PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama batang tubuh UUD 1945. Sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik. Karena hal tersebut Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi
demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa
Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir, atau jelasnya
sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah
atau tujuan bagi yang menyandangnya diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial
budaya, bidang hukum, bidang kehidupan antar umat beragama.
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara telah berhasil menyusun Pedoman
Umum Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara, namun masih perlu dirumuskan ke
dalam Paradigma yang secara operasional dapat digunakan sebagai pedoman dan model baik
dalam merumuskan kebijakan publik maupun sebagai acuan kritik, untuk menentukan mana yang
sesuai atau yang tidak sesuai dengan Pancasila.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Pancasila dalam Konteks Perjuangan Bangsa ?
2. Bagaimanakah Pancasila sebagai Ideologi Negara?
3. Bagaimanakah Pancasla sebagai Filsafat?
4. Bagaimanakah Pancasila dalam Konteks ketatanegaraan?
5. Bagaimanakah Pancasila sebagai Paradigma kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara?
6. Bagaimanakah Pancasila Sebagai Etika Politik?
7. Bagaimanakah Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagi identitas dan karakter bangsa?
8. Bagaimanakah Pancasila dalam konteks HAM?
9. Bagaimanakah Konsepsi Wawancara Nusantara?
C. TUJUAN
makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui tentang Pancasila Indonesia yang
sesungguhnya, dan dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi
kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita
simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran,
kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya
seirama dengan ruang dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian
dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang
bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau kedudukan
yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat.
Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh
seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh
merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan
masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan hidup masyarakatnya,
Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilai-nilai sosial dan budaya
Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi
bangsa, maka keberadaannya selalu diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan dalam
rangka berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam
ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu
sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila
pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau
kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup
dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa
bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang.
Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa
pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah bersatu
kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia
mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut
kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi
antara menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran kelima sila tersebut
di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan
sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan
kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala
macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara
kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai
dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia
harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara,
harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain
pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan
Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak
disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia
terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan
kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di
Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa. Sedangkan pengamalan atau
pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-
sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara, yang
merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula
sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan gagasannya mengenai
dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya Pancasila”. Menurut Drs.
Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam
antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara
sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang menginginkan Islam
sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta diganti dan
menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta
dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol Gluck
mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak meributkan masalah ideologi
dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni
sampai 18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi. Pada
tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan disepakati oleh Sidang
Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi antara kelompok yang memperjuangkan dasar
negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang menjadi
kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering dibicarakan oleh kebanyakan
orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau
titik temu bagi semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata
ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam yang kemudian
pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam terhadap pemerintah pusat.
Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan
kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada
UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai
dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang diharapkan. Periode labil ini
justru telah membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam
pemberontakan regional berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik
yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena mereka menentang
konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno juga menganjurkan
sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang berarti persatuan antara nasionalisme,
agama dan komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang saling bertentangan menimbulkan
struktur politik yang sangat labil sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang
berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa rezim baru adalah
pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto mengambil Pancasila sebagai dasar
negara dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai
bentuk perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik, tetapi
justru struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali mengulang
pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara
murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang menafsirkan resmi tentang
Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai adanya jaman baru bagi
perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru yang dianggap menindas
dengan konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk membentuk masyarakat
sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya
masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.
Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada masa Orde Lama,
Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan perekonomian secara mendasar. Berbagai
bentuk interpretasi monolitik selama ini cenderung mengaburkan dan menguburkan makna
substansial Pancasila dan berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami
secara politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila menjadi nilai
yang distopia, bukan sekedar utopia
Pembagian Kekuasaan
Eksekutif : didelegasikan kepada presiden (ps 4 ayat 1 UUD1945).
Legislatif : didelegasikan kepada Presiden, DPR, dan DPD (Ps 5 ayat 1, ps 19, dan ps 22C
UUD1945) .
Yudikatif: didelegasikan kepada Mahkamah Agung (Ps 24 ayat 1 UUD1945).
Inspektif: didelegasikan kepada BPK dan DPR (ps 20A ayat 1) .
Lembaga tertinggi negara adalah MPR, pemegang dan pelaksanaan kedaulatan rakyat.
Adapun tujuan internasional (tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,perdamain abadi dan keadilan sosial”.
Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralisasi” meliputi susunan kodrat manusia, rokhani (jiwa)
dan raga, sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Negara harus berdasarkan pada hakikat
manusia. Hakikat manusia adalah ‘monopoluralis’ artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-
jasmani, individu-makhluk sosial serta manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Perwujudan pancasila sebagai paradigm pembangunan bidang ekonomi dapat dilakukan dengan
cara :
a) Sistem ekonomi negara senantiasa mendasar pada pemikiran untuk mengembangkan ekonomi atas
dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan
b) Menghindari pengembangan ekonomi yang mengarah pada sistem monopoli persaingan bebas
c) Mengembangkan sisitem ekonomi kerakyatan dan kekeluargaan yang ditujukan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat secara luas
Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau perbuatan-
perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik atau buruknya. Filsafat politik adalah seperangkat
keyakinan masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan oleh para
penganutnya, seperti komunisme dan demokrasi.
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjeksebagai pelaku etika
yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik berkaitan eratdengan bidang pembahasan moral.hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertianmoral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika. Maka kewajibanmoral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya,
karena yangdimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia, walaupun dalam
hubungannyadengan masyarakat, bangsa maupun negara etika politik tetap meletakkan
dasarfundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politikbahwa
kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yangberadab dan
berbudaya berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsamaupun negara bisa
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.
Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama dan
untuk orang lain, dalam rangka membangun institusi-institusi politik yang adil. Etika politik
membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-
struktur politik yang ada. Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik
yang diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara. Nilai-
nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara,
etika politik menuntut agar kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan:
1. Legitimasi hukum
2. Legitimasi demokratis
3. Legitimasi moral
Pendidikan karakter tidak saja merupakan tuntutan Undang-Undang dan peraturan pemerintah,
tetapi juga oleh agama. Hal itu dicerminkan dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu untuk mengembangkan
karakter bangsa sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia kita harus mempunyai karakter yang sesuai dengan pancasila, jadi setiap
aspek karakter yang diberikan harus dijiwai oleh ke lima sila Pancasila secara utuh. Pendidikan
karakter pada dasarnya dapat diberikan dalam setiap pembelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan pancasila perlu dikembangkan antara lain materi tentang norma atau ilai-nilai
sehingga karakter seseorang yang sesuai dengan pancasila dapat dibentuk dari proses
pembelajaran.
Membangun karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,
memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, ahlak (budi pekerti), insan
manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama , melaksanakan
ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat
jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana hendaknya sesama manusia
bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.
Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi
Tap MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.
Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakan dan strategi pembagunan nasional
c. Fungsi Wawasan Nusantara dibedakan dalam beberapa pandangan antara lain sebagai berikut..
1) Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional adalah sebagai konsep dalam
pembangunan, pertahanan keamanan dan kewilahayan
2) Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional adalah mencakup kesatuan politik,
sosial dan ekonomi, sosial dan politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
3) Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keamanan adalah pandangan geopolitik
Indonesia sebagai satu kesatuan pada seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
4) Fungsi wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan adalah pembatasan negara untuk
menghindari adanya sengketa antarnegara tetangga.
b. Aspek Kewiilayahan Nusantara, aspek kewilayahan nusantara dalam hal ini pada pengaruh
geografi karena indonesia kaya akan SDA dan suku bangsa
c. Aspek Sosial Budaya, aspek sosial budaya dimana dalam hal ini dapat terjadi karena indonesia
terdapat ratusan suku bangsa yang keseluruhan memiliki adat istiadat, bahasa, agama dan
kepercayaan yang berbeda-beda, yang menjadikan tata kehidupan nasional memiliki hubungan
interaksi antara golongan karena dapat menyebabkan konflik yang besar dari keberagaman
budaya.
d. Aspek Sejarah, Dapat mengacuh kepada aspek sejarah karena indonesia memiliki banyak
pengalaman sejarah yang tidak ingin terulangnya perpecahan dalam bangsa dan negara Indonesia.
Dimana kemerdekaan yang didapatkan merupakan hasil semangat persatuan dan kesatuan bangsa
indonesia, sehingga harus dipertahankan untuk persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan
indonesia
a. Kehidupan Politik
Pelaksanaan politik diatur dalam UU partai politik, pemilihan umum, pemilihan presiden dimana
pelaksanaannya sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa. Misalnya dalam pemilihan
presiden, DPR, dan kepala daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, agar tidak
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.
Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia tanpa pengecualian.
Memperkuat komitmen politik dalam partai politik dan pada lembaga pemerintahan untuk
meningkatkan kebangsaan, persatuan dan kesatuan.
Meningkatkan peran indonesia dalam dunia internasional dan memperkuat korps diplomatik dalam
upaya penjagaan wilayah Indonesia khususnya pulau terluar dan pulau kosong.
b. Kehidupan Ekonomi
Harus sesuai berorientasi pada sektor pemerintahan, perindustrian, dan pertanian
Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan antara daerah, sehingga
dari adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi.
Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan memberikan fasilitas
kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil.
c. Kehidupan Sosial
Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari segi budaya,
status sosial, maupun daerah. Pengembangan budaya Indonesia untuk melestarikan kekayaan
Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan
nasional maupun daerah.
Membangun rasa persatuan dengan membangun rasa solidaritas dan hubungan erat antara warga
negara berbeda daerah dengan kekuatan keamanan agar ancaman suatu daerah atau pulau menjadi
ancaman bagi daerah lain untuk membantu daerah yang diancam tersebut.
Membangun TNI profesional dan menyediakan sarana dan prasarana bagi kegiatan pengamanan
wilayah indonesia, khususnya pulau dan wilayah terluar Indonesia.
7. Landasan Wawasan Nusantara - Wawasan nusantara dilandasi dengan dua landasan antara lain
sebagai berikut..
Landasan Idil adalah pancasila
Landasan Konstitusional adalah UUD 1945
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif atau
memaksa serta memiliki nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila yang bersifat obyektif
– subyektif. Bagi bangsa indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah selayaknya
kita pahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan
yang berbeda.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang
sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh
sekelompok atau lapisan masyarakat Pancasila sebagai ideologi terbuka` adalah sebagai suatu
sistem pemikiran terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri ideologi dan fungsi ideologi sesuai
bidangnya. Pancasila sebagai ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologi terbuka dan ideologi
tertutup.
B. SARAN
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang pancasila sebagai
ideologi negara yang lebih mendalam. Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah
kami ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah
sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.
DAFTAR PUSTAKA