Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PEMBANGUNAN POLITIK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/filsafah negara dan ideologi negara.
Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan pembukaan
UUD 1945.
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai pandangan hidup/pegangan
hidup/pedoman hidup/petunjuk hidup. Dalam hai ini, Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk
hidup atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai
petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat di segala bidang.
Semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semua sila Pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bertujuan untuk melaksanakan pembangunan
nasional.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian dari Pancasila
b) Apa pengertian dari paradigma
c) Apa yang dimaksud dengan etika politik dan apa fungsinya?
d) Apa saja prinsip dasar etika politik pancasila
e) Apakah peranan Pancasila sebagai paradigma kehidupan dibidang politik?
f) Perwujudan Nilai Pancasila dalam Pembangunan Kehidupan Politik
g) Bagaimana penerapan etika politik di Indonesia saat ini?
1.3 Tujuan
Mengetahui peranan Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik.

1.4 Batasan Masalah


Dalam makalah ini akan dibahas penjabaran paradigma, Pancasila sebagai paradigma
pembangunan, Pancasila sebagai paradigma pembangunan kehidupan Politik, Perananan pancasila
dalam reformasi politik, dan perwujudan nilai-nilai pancasila dalam pembangunan kehidupan
politik.

BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengertian pancasila
Pancasila adalah sebuah dasar negara yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia,
pancasila juga dikenal sebagai dasar falsafah negara dan juga ideologi negara. Dalam
penggunaanya, Pancasila merupakan sebuah dasar dalam pemerintahanan negara Republik
Indonesia. Pancasila juga digunakan sebagai dasar dalam mengatur seluruh penyelnggaraan negara
Rebublik Indonesia. Dalam pembukaan UUD 1945 Aliena ke-4 jelas digambarkan jika Pancasila
adalah dasar negara Republik Indonesia, berikut adalah bunyi dari Pembukaan UUD 1945 Aliena
ke-4 tersebut :
“Kemudian dari pada itu untuk dapat membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang suatu Dasar Negara
Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
serta beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta untuk mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
Sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila digunakan agar mampu untuk
mengatur segala tatanan kehidupan negara Republik Indonesia.
Yang dimaksud dalam hal ini adalah semua yang memiliki hubungan dengan
pelaksanaan kenegaraan harus selalu berlandaskan Pancasila. Selain itu dalam seluruh
pembentukan suatu peraturan dan juga peraturan yang telah berlaku di negara Republik Indonesia
juga harus belandaskan kepada Pancasila. Jadi dapat dikatakan pancasila merupakan
landasan/yang mengatur berbagai aspek tak terkecuali dalam aspek perkembangan Etika Politik,
yang bertujuan dalam perkembangannya Etika Politik tidak melanggar nilai-nilai sila pancasila
yang merupakan sebuah dasar negara Republik Indonesia.Pancasila memiliki fungsi utama sebagai
sumber dari segala sumber hukum di negara Repbulik Indonesia, yang membuat peraturan
perundang-undangan yang ada di negara Republik Indonesia haruslah berlandaskan kepada
Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Adapun fungsi-fungsi lain dari Pancasila
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai asas kerohanian tertib hukum bagi negara Republik Indonesia
2. Sebagai suasana kebatinan dari Undang Undang Dasar
3. Merupakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara Republik Indonesia
4. Merupakan pandangan hidup bagi masyarakat Indonesia
5. Merupakan jiwa dari bangsa Indonesia
6. Merupakan kepribadian bangsa Indonesia, dalam hal ini Pancasila lahir bersamaan dengan
lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana hal tersebut menjadikan suatu ciri
khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam berprilaku yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lainnya
7. Merupakan perjanjian luhur, dalam hal ini Pancasila sudah disepakati secara nasional pada
tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI dimana pancasila disepakatkan untuk menjadi
dasar negara Repbulik Indonesia
8. Merupakan ideologi dari Bangsa Indonesia
9. Merupakan falsafah hidup yang menyatukan Bangsa Indonesia

Sebagai dasar untuk mewujudkan cita-cita dan juga tujuan yang ingin diraih oleh bangsa
Indonesia, adapun cita-cita tersebut adalah dapat terciptanya masyarakat yang adil serta makmur
dan juga terpenuhnya segala materi dan spiritual.
2.2 Pengertian Paradigma
Istilah “Paradigma” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) adalah 1 daftar
semua bentukan dr sebuah kata yg memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tsb; 2 model dl
teori ilmu pengetahuan; 3 kerangka berpikir. Sedangkan menurut Thomas S.Khun dalam bukunya
yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970:49), paradigma merupakan suatu
asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai),
sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam berkembangnya terdapat suatu kemungkinan yang
sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada, dan jikalau demikian
maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoritis sehingga dengan
demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengkaji paradigma dari ilmu pengetahuan
tersebut atau dengan lain perkataan ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar antologis dari ilmu itu
sendiri. Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil
penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan
masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat parsial, terukur, korelatif dan positivistik maka ternyata
hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari
objek ilmu pengetahuan yaitu manusia. Oleh karena itu, kalangan ilmuwan sosial kembali
mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikatnya manusia dalam
kenyataan objektivnya bersifat ganda bahkan multidimensi. Atas dasar kajian paradigma ilmu
pengetahuan sosial tersebut kemudian dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikat dan
sifat paradigma ilmu tersebut yaitu manusia, yaitu metode kualitatif.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia
serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang
lainnya. Dalam masalah yang populer ini istilah “Paradigma” berkembang menjadi terminologi
yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas
serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu
termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam pendidikan.

Pengertian Etika Politik


Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat.
Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada bebagai bidang etika khusus, seperti etika individu,
etika sosial, etika keluarga, etika profesi, dan etika pendidikan.dalam hal ini termasuk etika
politik yang berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia.

Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul salahnya tindakan
manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap negara,
hukum yang berlaku dan lain sebagainya.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak
berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional objektif dan argumentative.
Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik membantu agar
pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum sebagai
lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan negara sebagai lembaga penata
masyarakat yang efektif sesuai dengan politik membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip
etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu negara adalah adanya cita-cita
the rule of law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan ham menurut kekhasan paham
kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.
4) Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila
Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berikut ini disusun menurut
pengelompokan pancasila, karena pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan
tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern.

1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif,
damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup,
agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan beragama,
kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan
kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

2. Hak asasi manusia


Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusian yang adil dan beradab. Karena hak-hak
asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan.
Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian
sebagai berikut.
a) Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian negara, masyarakat, melainkan
karena pemberian sang pencipta .
b) Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh
negara modern.

3. Solidaritas bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang
lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya
apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-
manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga, kampung,
kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini
termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu
dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.

4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit atau
sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau boleh
hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan
siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi memerlukan
sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.

5. Keadilan sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Moralitas
masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh
dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama
tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang
terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-
ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang
terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.

2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik


Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang
bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat.
Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai
pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar hal itu,
sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada
sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan
moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan
bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila
bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan
menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara
berurutan-terbalik:
a) Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari,
b) Mementingkan kepentingan rakyat atau bersama (demokrasi) dalam pengambilan keputusan,
c) Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan,
d) Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab,
e) Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan-
keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu
direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat
tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat
purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah,
a) Nilai toleransi,
b) Nilai transparansi hukum dan kelembagaan,
c) Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata),
d) Bermoral berdasarkan konsensus.

2.5 Perwujudan Nilai Pancasila dalam Pembangunan Kehidupan Politik


Berikut merupakan poin-poin dari nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan politik,
yaitu:
a) Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan. Oleh karenanya,
sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu mewujudkan sistem yang menjamin
tegaknya HAM.
b) Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi pekerti
kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia
c) Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak hanya sekedar
menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata
d) Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia
e) Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat sebagai sarana
mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
f) Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
2.6 Penerapan etika politik di Indonesia saat ini

Sekarang ini keadaan politik di ndonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat
beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan
merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah
Indonesiapun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini
ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat
disejahterakan oleh negara.
Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan
pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan
kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik.bagi mereka politik hanyalah
sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan.
Dapat dilihat pada penyelenggara negara misalnya dalam soal
pembelian mobil mewah untuk para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II
atau juga pembangunan pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan
miliar rupiah. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena di
saat yang sama kemiskinan masih mengharu biru Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diridengan zaman. Tetapi
tidak berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain. Dengan meniadakan
jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-
nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia
dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif, dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
Pancasila harus memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsa Indonesia untuk
selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapai
globalisasi dan keterbukaan. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan
dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian peranan Pancasila dalam bidang Politik itu sendiri adalah sebagai dasar
kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu
mewujudkan sistem yang menjamin tegaknya HAM.
Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi pekerti
kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia. Memposisikan rakyat
Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai
objek politik penguasa semata.
Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesi.
Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat sebagai sarana
mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html
http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-Paradigma-
Pembangunan
http://ayya3.blogspot.com/2008/12/bab-i-pendahuluan-1.html

Anda mungkin juga menyukai