Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


POLITIK DAN HUKUM”

Disusun Oleh :
1. Asha Syafitri (16307141036)
2. Resti Kusindriani (16307141045)
3. Septi Dwi Alifah (16307141053)
4. Annisa (16307144006)

JURUSAN PENDIDIKA KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara
resmi tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dan ditetapkan oleh PPKI tanggal
18 Agustus 1945 bersama dengan pasal-pasal dalam UUD 1945.
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara dan ideologi negara.
Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara.
Berdasarkan ketentuan yuridis tersebut, maka sudah seharusnya setiap
warga Negara terutama kalangan intelektual untuk mempelajari, mendalami,
menghayati serta mengkaji Pancasila termasuk fungsi ataupun hakikat Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan yang dijadikan kerangka landasan pembangunan dalam bidang politik,
sosial-budaya, pendidikan, ekonomi, dan hukum. Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa
dan bernegara khususnya dalam bidang politik dan hukum.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma pembangunan?
2. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang politik?
3. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang hukum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai paradigma pembangunan
2. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang
politik
3. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang
hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma Pembangunan


Kata paradigma (Inggris: paradigm), mengandung arti model, pola atau contoh.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma diartikan seperangkat unsur
bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan yang sebagian berubah-ubah.
Paradigma juga dapat diartikan suatu gagasan sistem pemikiran.
Menurut Thomas S. Khun, paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan
karakter ilmu pengetahuan tersebut.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin
lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang
lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan,
tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma,
artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan
tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini
sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia
maka tidak berlebihan apabila Pancasila menjadi landasan dan tolok ukur
penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.
Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia
yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan


harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia
secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat


manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai
bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Dasar penyelenggaraan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD


1945. Apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan dari ideology Pancasila dan
mekanisme UUD 1945, maka mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan diantara
lembaga-lambaga Negara. Selain itu penyelenggaraan pembangunan nasional akan
semakin jauh dari tujuan dan cita-cita demokrasi dan kemerdekaan Indonesia. Hal ini
ditandai dengan berlangsungnya system kekuasaan yang absolut yang pada akhirnya
melahirkan persaingan yang tidak sehat, seerta banyak berkembang budaya korupsi,
kolusi dan nepotisme
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Politik

Pandangan dari para ahli terkait dengan politik.

1. Aristoteles
Usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
2. Joice Mitchel
Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan
umum untuk masyarakat seluruhnya.
3. Roger F. Soltau
Bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan
pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok
tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision
marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau
alokasi (allocation).
4. Johan Kaspar Bluntchli
Ilmu politik memerhatikan masalah kenegaraan yang mencakup paham, situasi,
dan kondisi negara yang bersifat penting.
5. Hans Kelsen
Dia mengatakan bahwa politik mempunyai dua arit, yaitu sebagai berikut.
a. Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu
agar tetap hidup secara sempurna.
b. Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau
individu untuk mencapai tujuan.

Jika dilihat secara Etimologis yaitu kata "politik" ini masih memiliki keterkaitan
dengan kata-kata seperti "polisi" dan "kebijakan". Melihat kata "kebijakan" tadi maka
"politik" berhubungan erat dengan perilaku-perilaku yang terkait dengan suatu
pembuatan kebijakan. Sehingga "politisi" adalah orang yang mempelajari, menekuni,
mempraktikkan perilaku-perilaku di dalam politik tersebut.
Oleh karena itu secara garis besar definisi atau makna dari "politik" ini adalah
sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-
kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan cita-cita Negara
sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat di sebuah Negara tersebut lebih mudah
tercapai.
Pancasila sebagai dasar filosofis Negara dan bangsa Indonesia memberikan
dasar- dasar nilai demokrasi sebagaimana terkandung dalam sila keempat Pancasila
yaitu, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”.
Dalam sistem politik Negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial,
memiliki hak yang bersifat asasi yaitu kemerdekaan, baik dalam berpendapat, berpikir
membentuk suatu organisasi. Atas dasar inilah yang memberikan landasan dalam
kehidupan politik Negara, sehingga rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan Negara.
Selain sistem politik Negara Pancasila juga memberikan dasar-dasar moralitas
Politik Negara. Drs. Moh. Hatta mengemukakan bahwa Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini agar
memberikan dasar-dasar moral supaya Negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh
karena itu dalam politik Negara termasuk para elite politik dan para penyelenggara
Negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur. Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urutan-urutan
sistematis yaitu :
 Dalam Politik Negara harus mendasarkan pada kerakyatan terdapat dalam Sila
IV.
 Pengembangan dan aktualisasi Politik Negara berdasarkan moralitas berturut-
turut
moral Ketuhanan terdapat dalam Sila I.
 Moral kemanusiaan terdapat dalam Sila II.
 Moral persatuan yaitu, moralitas sebagai suatu bangsa terdapat dalam Sila III
 Aktualisasi dan pengembangan politik negara demi tercapainya keadilan hidup
terdapat dalam Sila V.
Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak
dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik
Indonesia yang sesuai Pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi
bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas
kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik
didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada Pancasila. Oleh karena itu,
secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan,
moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang
santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa
Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan
dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya
dapat dilihat secara berurutan-terbalik:
 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
 Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan
keputusan
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan persatuan
 Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang
adil dan beradab
 Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan
kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu
direkonstruksi ke dalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup
masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat
industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik
yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah:

 nilai toleransi
 nilai transparansi hukum dan kelembagaan
 nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
 bermoral berdasarkan konsensus.

Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Pembangunan Kehidupan Politik :

1. Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan.
Oleh karenanya, sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu
mewujudkan sistem yang menjamin tegaknya HAM.
2. Para penyelenggara negara beserta elite politik harus senantiasa memegang
budi pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat
Indonesia
3. Memosisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan
tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata
4. Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia
Indonesia
5. Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat
sebagai sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
6. Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
7. Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan
masyarakat dan negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada
lembaga yang sudah ada dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau
mencontoh lembaga negara dari negara lain. Kita memiliki lembaga negara
MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK sebagai sesuatu yang baru
dalam sistem pemerintahan Indonesia.
8. Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Hak asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan
dengan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang
dijiwai oleh nilai ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
9. Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi
Pancasila tidak berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas.
Sistem yang mengutamakan kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling
menjatuhkan dan mengutamakan kepentingan individu dan golongan.
10. Sistem pemilihan umum dalam demokrasi merupakan salah satu contoh
perwujudan yang demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. Pemilihan
umum untuk memilih pemimpin sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia sejak dahulu. Bentuk ini dapat dikembangkan dengan menerima cara
pemilihan umum di negara lain, seperti partai politik, kampanye, dan
sebagainya. Namun pemilihan umum yang terjadi harus sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
11. Pembangunan bidang hukum diarahkan pada terciptanya sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila. Hukum nasional yang bersumber pada
nilai-nilai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Peraturan
perundangan yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Peraturan perundangan dapat disusun berdasarkan norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia maupun dari luar, namun tetap sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Hukum

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli Di Dunia

1. Achmad Ali : Hukum adalah norma yang mengatur mana yang benar dan mana
yang salah, yang eksistensi atau pembuatannya dilakukan oleh pemerintah, baik
itu secara tertulis ataupun tidak tertulis, dan memiliki ancaman hukuman bila
terjadi pelanggaran terhadap norma tersebut.
2. Plato : Hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan
baik serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah.
3. Tullius Cicerco : Hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang
tertinggi yang mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak.

Hukum adalah sebuah aturan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita
sehari-hari. Setiap sudut dalam kehidupan kita pasti terkait atau ada dalam naungan
hukum. Hukum memiliki pengertian yang sangat luas. Hukum adalah aturan yang
memayungi kita dari adanya penyalahgunaan terhadap kekuasaan. Dan hukum juga
adalah alat yang bisa digunakan untuk menegakkan atau mencari keadilan.

Negara pada hakikatnya merupakan suatu masyarakat hukum. Seperti pada


pembukaan UUD 1945 telah menyiratkan bahwa Negara Indonesia harus
berdasarkan atas hukum sebagaimana diamanatkan sebagai berikut : “…maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang
Dasar negara…”. Hal ini mengandung makna bahwa Negara Indonesia berdasarkan
pada suatu Undang- Undang Dasar atau dengan kata lain, Negara Indonesia
berdasarkan atas Hukum. Hal ini ditegaskan lagi dalam penjelasan sebagaimana
terkandung dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut
“Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum (rehsstaat)”.
“Pemerintah berdasarkan atas hukum (hukum dasar) tidak bersifat
absolutism (kekuasaan yang absolut)”.
Filsafat Pancasila meletakan landasan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Sila kedua Pancasila memberikan landasan bahwa
manusia harus “...adil dan beradab...”. Adapun adil dalam pengertian ini adalah adil
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama manusia dan
dengan masyarakat bangsa dan negaranya. Sila ketiga “ Persatuan Indonesia”
Pancasila memberikan landasan bahwa pertahanan dan keamanan Negara haruslah
mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai
warga Negara. Dalam sila kelima yaitu “…Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan Negara harus dijamin dan
diwujudkan keadilan dan hal ini dilakukan melalui peraturan perundang-undangan.
Sistem hukum menurut wawasan Pancasila merupakan bagian integral dari
keseluruhan sistem kehidupan masyarakat sebagai satu keutuhan dan karena itu
berkaitan secara timbal balik, melalui berbagai pengaruh dan interaksinya, dengan
sistem-sistem lainnya. Pancasila sebagai ideologi nasional memberikan ketentuan
mendasar, yakni :
1. Sistem hukum dikembangkan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai
sumbernya
2. Sistem hukum menunjukkan maknanya sejauh mewujudkan keadilan
3. Sistem hukum mempunyai fungsi untuk menjaga dinamika kehidupan
bangsa
4. Sistem hukum menjamin proses realisasi diri bagi para warga bangsa
dalam proses pembangunan

Negara hanya dapat disebut negara hukum apabila hukum yang diikutinya
adalah hukum yang baik dan adil. Artinya, hukum sendiri secara moral harus dapat
dipertanggungjawabkan. Dan itu berarti bahwa hukum harus sesuai dengan paham
keadilan masyarakat dan menjamin hak-hak asasi manusia. Hak asasi manusia
adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan hanya diberikan kepadanya oleh
masyarakat, jadi bukan berdasarkan hukum positif yang berlaku, melainkan
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Adapun terwujudnya sistem hukum nasional yang bersumber pada
Pancasila dan UUD 1945, melalui penataan hukum nasional, penginventarisasian
dan penyesuaian unsur-unsur tatanan hukum dalam rangka pembaharuan hukum
nasional, peningkatan kualitas penegakan dan tertib hukum, pembinaan aparatur
hukum, sarana dan prasarana hukum yang memadai serta peningkatan kesadaran,
kepatuhan dan ketaatan hukum, disiplin nasional serta lebih menghormati dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia demi terwujudnya budaya hukum dalam
rangka pembangunan dan pembaharuan hukum.
Salah satu kebijakan pembangunan dibidang hukum adalah menata sistem
hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati
hukum agama dan hukum adat serta membaharui perundang-undangan warisan
kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender
dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan
keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem
pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan
pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, di mana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana
tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara
bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin
keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar 1945.

Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi,


yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi,
yaitu:
(1) adanya perlindungan terhadap HAM,
(2) adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan
(3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar.
Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila,
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau merupakan bagian
dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positif
dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh
negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat diubah oleh MPR sesuai dengan
ketentuan Pasal 37 UUD 1945.
Hukum tertulis seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga UU
dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila
- sila Pancasila dasar negara).
Dalam kaitannya dengan ‘Pancasila sebagai paradigma pengembangan
hukum’, hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk
tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan


perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,
substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk
kepentingan rakyat dan merupakan perwujudan aspirasi rakyat).
BAB III
KESIMPULAN

1. Hakikat kedudukan Pancasila sebagai Paradigma pembangunan nasional adalah


sebagai landasan dalam pelaksanaan dan penerapan pembangunan yang sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tiap sila Pancasila. Hal itu demi
terwujudnya kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,
maju, dan kukuh baik kekuatan mental, moral serta etikanya sebagai bangsa
Indonesia.
2. Sistem politik Indonesia yang sesuai Pancasila sebagai paradigma adalah sistem
politik demokrasi bukan otoriter. Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus
dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya
adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada
Pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial
politik diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita
bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila.
3. Dalam kaitannya dengan ‘Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum’,
hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak
dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Dengan demikian,
substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan atau
penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya, substansi produk
hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan
merupakan perwujudan aspirasi rakyat).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html
(diakses pada Minggu, 26 Februari 2017, pukul 19.00)

http://www.ikerenki.com/2014/01/pengertian-politik-makna-definisi-umum.html (diakses
pada Minggu, 26 Februari 2017, pukul 19.00)

http://dokumen.tips/documents/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan-bidang-
politik.html (diakses pada Minggu, 26 Februari 2017, pukul 19.00)

http://hoethealth.blogspot.co.id/2016/01/perwujudan-nilai-nilai-pancasila-dalam.html
(diakses pada Selasa, 28 Februari 2017, pukul 10.00)

Anda mungkin juga menyukai