Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM EKONOMI

Di Susun oleh :
Khansa Dhiya Savira (23215724)
Maharani Labaikha D (23215983)
Resza Julianisha
(25215784)
Dosen : Ramita Hapsari, SIKOM

UNIVERSITAS GUNADARMA

COVER

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Paradigma
2.2 Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan bangsa dan Negara
2.3 Studi Kasus dibidang Ekonomi

Masalah
Dampak untuk indonesia
Peranan pancasila dalam mengatas tersebut

BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan pembangunan
ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan
pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila). Sistem ekonomi
yang mendasarkan pada moralitas dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang
berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu,
sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan
sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individuindividu tanpa perhatian pada manusia lain.
Sistem ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak
mengakui kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai
subjek. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi
yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila
adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak
dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas,
monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan
kesengsaraan warga negara. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan
atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila. Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyatyang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih
berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah berpihak
pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan kesempatan,
dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha
menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan akan mampu
mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri
dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian,
Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil,
demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang
demokratis berperanan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paradigma
Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar dari semua
pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut, (2)
model dalam teori ilmu pengetahuan, (3) kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian
paradigm adalah pengertian kedua dan ketiga, khususnya ketiga, yakni kerangka berfikir.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paradigma sebagai ilmu
pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas S.
Khun. Pengertian paradigama adalah: suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum , sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
yang menentukan sifat, cirri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri (Kaelan, 2000).
Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menyebabkan semakin banyak hasil-hasil
penelitian, sehingga membuka kemungkinan ditemukan kelemahan-kelemahan pada teori-teori
yang digunakan. Dengan demikian para ilmuwan mengkaji kembali teori-teori dasar dari ilmu itu
sendiri. Contohnya dalam ilmu social manakala suatu teori didasarkan kepada hasil penelitian
ilmiah berdasarkan metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat bedasarkan sifatsifat parsial, terukur dan korelatif ternyata hasil daripada ilmu pengetahuan itu secara
epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan, yaitu manusia.
Bedasarkan kajian paradigm ilmu pengetahuan social tersebut kemudian dikembangkan metode
baru, yaitu metode kualitatif.
Istilah ilmiah itu berkembang kepada bidang-bidang kehidupan lainnya, sehingga
menjadi terminology dari suatu pengembangan dan pembangunan yang mengandung konotasi
pengertian:
Kerangka berfikir
Sumber nilai, dan
Orientasi arah.
2.2 Pancasila sebagai Paradigma dalam Kehidupan Bangsa dan Negara
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala
aspek pembagunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut
Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu
pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolak ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan
paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur, parameter, arah, dan
tujuan dari sebuah kegiatan.

Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar
pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas
pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak
berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolak ukur penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis
tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat
dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan
a.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya


sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus
mencerminkan nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,
dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai makhluk social. Manusia tidak
hanya mengejar kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat.
Manusia tidak hanya mementingkan tercapainya kebutuhan material, tetapi juga kebahagian
spiritual. Manusia memiliki fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia, tetapi
mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan nasional hendaklah
mewujudkan tujuan tersebut.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai,
kerangka berfikir serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Apabila kita melihat sila-sila
demi sila sebagai berikut:
1)
Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta,
perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
pertama ini iptek tidak hanya memilikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptak
menemukan, tetapi juga mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada kerugian dan
keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama

menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang
sistematika dari alam yang diolahnya.
2)
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian dari proses
budaya manusia beradab dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus berdasarkan
kepada usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang angkung dan sombong dari penggunaan iptek.
3)
Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa Indonesia bahwa
nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, iptek persatuan dan kesatuan bangsa
dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah
terjalin karena tidak lepas dari factor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat
dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangadapi jiwa sila dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat
internasional.
4)
Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam Permusyawaratan/ Perwakilan,
prinsip demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas
untuk mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus pula memiliki sikap
menghormati terhadap hasil pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari
pemikirannya. Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat dipersembahkan
kepada kepentingan rakyat banyak.
5)
Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemausiaan, yaitu keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya,
hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan
lingkungan dimana mereka berada.
Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus memperhatikan
konsep berikut ini:
1) Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa. Pancasila
harus diletakkan sebagai kerangka berfikir yang objektif rasional dalam membangun kepribadian
bangsa. Oleh sebab itu perlu dikembangkan budaya ilmu pengetahuan dalam memupuk rasa
persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus semakin menempatkan nilai-nilai
Pancasila yang dapat dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3) Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses pembangunan nasional tidak
terlepas dari control nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, kemana arah pembangunan melalui
tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila,
sehingga pembangunan adalah pengamanan Pancasila.
4) Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, mewujudkan visi bangsa Indonesia masa
depan diciptakan misi pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan ucapan dengan tindakan,
merupakan paradigm baru dalam menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan nasional.
5) Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung maksud agar nilai-nilai
luhur Pancasila (norma-norma Pancasila yang tercantum dalam pembukan UUD 1945) dijadikan
tolak ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam melaksanakan pembangunan

nasional, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam


evaluasinya.
Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua karakteristik masyarakat
untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso. 1998:42-43). Pertama, kemajemukan masyarakat
dan keanekaragaman budaya. Kedua, dinamika masyarakat dan keterbukaan kebudayaan
terhadap pembaharuan. Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan
yang amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan globalisasi,
memerlukan pedoman bersama (common frame of reference) dalam menganggapi tantangan
demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu, pembangunan nasional harus dapat memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini:
a) Hormat terhadap keyakinan religious setiap orang,
b) Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia seutuhnya),
c) Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk sektarianisme. Ini berarti komitmen
kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan komitmen moral untuk mempertahankan eksistensi
dan perkembangan seluruh bangsa Indonesia,
d) Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional (persamaan politis, hak-hak asasi,
hak-hak, dan kewajiban kewarganegaraan),
e) Keadilan social yang mencakup persamaan (equality) dan pemerataan (equity).
b.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya,
Pertahanan dan Keamanan (Poleksosbudhankam)
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolak ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan
paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur, parameter, arah, dan
tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar
pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas
pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak
berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolak ukur penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis
tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus social
c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat


dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan serta pembangunan kehidupan beragama.

Pengembangan Politik
Kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh sebab itu, perlu
menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan
tuntutan reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai dengan
jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945. Meningkatkan peran MPR, DPR dan lembaga tinggi
Negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif, legislative
dan yudikatif.
Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa unsure yang perlu
dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai berikut :
a) Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka
b) Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
c) Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang
demokratis
d) Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.
- Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sebagai berikut :
a) Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
b) Demokrasi sebagai kebudayaan politik
c) Demokrasi sebagai struktur organisasi
Pengembangan Ekonomi
Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) terdiri atas
beberapa kriteria kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a) Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang
b) Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah sumber daya alam secara efektif ,
efesien, lestari dan berkesinambungan.
c) Memiliki etos professional; tanggung jawab atas pengembangan keahliannya, kejujuran
dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat, penghargaan terhadap waktu
dan ketetapan waktu
Pencitaan kesejahterahan yang merata berakses pada sumber ekonomi, dunia kerja,
kesehatan dan informasi. Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada permasalahan,
bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis yang akan berkembang menjadi etos ekonomis
dengan nilai-nilai etis Pancasila.

Pengembangan Sosial Budaya


Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau Pancasila semakin
credible, yaitu bahwa masyarakat mengalami secara nyata realisasi dari prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui cara-cara:
a) Dihormati martabatnya sebagai manusia,
b) Diperlakukan secara manusiawi,
c) Mengalami solidaritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan ekonomi dan
budaya,
d) Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan
e) Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.
Pengembangan Hankam
Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas dari ketahanan nasional, yaitu
perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional yang terjabar sebagai berikut :
a) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi
warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam matra horizontal dan vertical, pertumbuhan
social ekonomi, keanekaragaman, dan persamaan derajat.
b) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur kehidupan masyarakat yaitu
pemerataan kesejahteraan, solidaritas masyarakat, kemandirian, dan partisipasi seluruh
masyarakat.
c) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antara pribadi-pribadi warga Negara dan
sistem/struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan social, keamanan/stabilitas dan
keseimbangan lingkungan.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama

Pancasila telah memberikan dasar dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara Indonesia ini.
Manusia wajib untuk beribadah kepada tuhan dalam wilayah Negara dimana mereka hidup.
2.3

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan Negara dalam suatu sistem Negara di
bawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan Negara
Indonesia.

a.

Gerakan Reformasi

Gerakan reformasi Disebabkan oleh krisis berkepanjangan, serta praktek KKN, Syarat
gerakan reformasi yakni :
Dilakukan karena adanya suatu penyimpangan.
Harus dengan suatu cita-cita yang jelas
Dilakukan dengan berdasar suatu kerangka struktural tertentu.
Dilakukan kearah dan keadaan yang lebih baik.

Dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia yang berketuhanan yang
Maha Esa, serta terjaminnya persatuann dan kesatuan bangsa.

Pancasila sebagai dasar cita cita reformasi, Dapat diuraikan sebgai berikut :
Reformasi yang sesuai sila pertama yaitu gerakan kearah perubahan harus mengarah
kepada suatu kondisi yang lebih baik bagi kehidupan manusia sebagai makhluk tuhan.
Berdasarkan sila kedua, reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai manusia yang
bermartabat.
Berdasarkan sila ketiga, reformasi harus berdasarkan nilai persatuan, harus menjamin
tetap tegaknya NKRI
Jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan
Visi reformasi harus jelas, yaitu terwujudya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum
Dapat diuraikan sebgai berikut :
Pancasila sebagi sumber nilai perubahan hukum
Reformasi hukum dewasa ini selain Pancasila sebagai paradigma pembaruan hukumnya,
juga diambilkan dari sumber norma dan sumber nilai, selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Dasar yuridis reformasi hukum


Dasar yuridisnya adalah : Tap no.XX/MPRS/1966, yang menyatakan bahwa Pancasila
sebagai sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan
hukum di Indonesia.

Pancasila sebagai paradigma reformasi pelaksanaan hukum


Pelaksanaan hukum harus berdasarkan pada suatu nilai sebagai landasan
operasionalnya. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan hakikat dan fungsi Negara pada
tujuan semula yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia.
c.

Pancasila sebagai paradigma reformasi politik

Prinsip demokrasi dalam pancasila adalah bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan
rakyat. Rakyat adalah asal mula kekuasaan Negara, oleh karena itu paradigma ini harus menjadi
dasar dalam reformasi politik.
Reformasi atas system politik
Ditandai dengan adanya : Perubahan susunan keanggotaan MPR, Perubahan susunan kenggotaan
DPR,DPRD I, DPRD II serta Reformasi partai politik.

Reformasi atas kehidupan politik

Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan meletakan cita-cita kehidupan kenegaraan
dan kebangsaan dalam suatu kesatuan waktu yaitu nilai masa lalu, masa kini dan kehidupan masa
datang.

d.

Pancasila sebagai paradigma reformasi ekonomi

Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi yang berbasis pada ekonomi
kerakyatan yang berdasarkan nilai-nilai pancasila adalah sebagai berikut :
1. Keamanan pangan dan mengembalian kepercayaan, yaitu dilakukan dengan program social
safety net yang popular dengan program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Sementara untuk
mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah harus secara
konsisten menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum pemerintah masa orde baru yang
melakukan pelanggaran. Hal ini akan memberikan kepercayaan dan kepastian usaha.
2. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan menciptakan
kondisi kepastian usaha. Dan
3. Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan sistem
untuk mendorong percepatan perubahan structural.
2.3 Studi Kasus dibidang Ekonomi
PENGANGGURAN

Masalah dalam pengangguran dan solusinya

Di setiap negara, khususnya negara-negara sedang berkembang, pengangguran masih menjadi


masalah yang serius. Di Indonesia khususnya angka pengangguran relatif masih tinggi. Data
yang dikeluarkan Bappenas terkait angka pengangguran ini adalah 6,8% tahun 2005 dan 6,32%
tahun 2011. Itu berarti selama kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan angka pengangguran.
Hanya saja tingkat pengangguran angkatan kerjanya, khususnya kaum muda, masih relatif tinggi.
Bahkan menurut Menteri Bappenas, Armida Salsiah Alisjahbana, tingkat pengangguran kaum
muda setidaknya tiga kali lipat dari rata-rata angka pengangguran nasional. Oleh karena itu, yang
menjadi persoalan di sini adalah apa yang menyebabkan angka pengangguran di Indonesia relatif
tinggi? Apa dampak yang timbul dari tingginya angka pengangguran ini bagi perekonomian
Indonesia? Dan bagaimana solusi untuk mengatasi masalah ini?
Penyebab Terjadinya Pengangguran
Dari hasil studi pihak universitas gunadarma, tingginya angka pengangguran disebabkan oleh
beberapa hal berikut ini (staffsite.gunadarma.ac.id, 15/5/2012):
1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja,
pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat
pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur
Angkatan Kerja Indonesia
5. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu
negara ke negara lainnya.
Dampak Tingginya Angka Pengangguran
Angka pengangguran yang cukup tinggi dalam suatu negara akan berdampak bagi perekonomian
negara tersebut. Tingginya angka pengangguran di Indonesia akan membawa dampak bagi
negara ini. Adapun dampaknya adalah sebagai berikut:
1. Timbulnya masalah kemiskinan karena dengan menganggur seseorang tidak mendapat
penghasilan.
2. Timbulnya dan meningkatnya tindakan kriminal karena orang membutuhkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara pengangguran tentu tidak memiliki
penghasilan.
3. Dapat memacu meningkatnya jumlah anak jalanan, pengemis, dan gelandangan yang
berkeliaran di jalanan.
4. Memacu sikap perlawanan dari masyarakat misalnya demonstrasi menuntut keadilan.
5. Masyarakat tidak mampu mengoptimalkan kesejahteraan hidupnya.
6. Meningkatnya jumlah anak putus sekolah karena orangtua mereka tidak mampu
membayar biaya sekolah.

Solusi untuk Menurunkan Angka Pengangguran


Mengamati dampak yang ditimbulkan oleh meningkatnya jumlah pengangguran, perlu
diupayakan solusi yang dapat, sekurang-kurangnya, menurunkan angka pengangguran dalam
suatu negara dan memperbaiki perekonomian negara tersebut. Sebagai solusinya adalah:
1. Pemerintah mengadakan atau menyediakan lapangan kerja yang tidak terlalu menuntut
tingkat pendidikan khusus, melainkan keterampilan. Dalam hal ini, pemerintah dapat
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak swasta dan dengan investor asing.
2. Pemerintah mengubah sistem pendidikan Indonesia dan kurikulum pendidikan, yaitu
menerapkan pendidikan berbasiskan entrepreneurship dan bisnis sejak pendidikan tingkat
dasar dan pendidikan menengah. Apalagi di era modern ini dan diterapkannya pasar
bebas di beberapa kawasan dan bahkan dapat dikatakan sudah mengglobal ini
3. Pemerintah menyediakan lembaga-lembaga pembinaan dan pelatihan khusus dan gratis.
Ini diperlukan terkhusus untuk mereka yang tidak sempat atau tidak mampu menimba
ilmu di sekolah-sekolah formal, sehingga merekapun dapat memiliki keterampilan khusus
yang diperlukan. Dengan demikian, mereka memiliki modal (Human Capital) untuk
bekerja.

Dampak pengangguran untuk Indonesia

Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu mengelompokkan


pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
a. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik
terus.Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.Hal ini terjadi karena
pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
1. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan
pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang
dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
2. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak
berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan

pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga
kegiatan pembangunan pun akan terus menurun
3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menye-babkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap
barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang
kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak
akan terpacu.
b.Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan
terhadap masyarakat pada umumnya:
1. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.

Peranan Pancasila dalam mengatasi tersebut.

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Itulah bunyi Pasal 27 UUD 1945 yang menegaskan bahwa negara menjamin setiap
penduduk untuk bisa mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak. Hal itu dilakukan oleh
pemerintah melalui beberapa programnya. Salah satunya dengan dibentuknya Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Peranan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan di antaranya sebagai berikut:
1) melaksanakan bursa tenaga kerja dalam rangka mempertemukan antarpermintaan dan
penawaran tenagakerja
2) mengadakan perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembangunan proyek- proyek
umum atau mendirikan industri-industri yang bersifat padat karya, dan program transmigrasi
yang ditujukan selain dalam rangka persebaran tenaga kerja, tapi juga dalam rangka perluasan
kesempatan kerja;
3) meningkatkan mutu tenaga kerja;
4) menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih dengan meningkatkan pendidikan formal,
misalnya dengan program wajib belajar;
5) menyiapkan tenaga kerja yang mampu bekerja keras, ulet, tekun, serta produktif melalui
peningkatan kesehatan dan perbaikan gizi penduduk;

6) mengadakan pelatihan-pelatihan kerja sesuai dengan formasi kerja yang tersedia;


7) mengadakan proyek magang bagi calon tenaga kerja;
8) mendirikan balai-balai latihan kerja.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai paradigma mempunyai
kaitan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena Pancasila
mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai bidang seperti dalam bidang hukum,
ekonomi, sosial budaya, dan juga pembangunan.
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu
sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pancasila juga sangat berpengaruh di bidang pembangunan seperti:
1. Di bidang pembangunan Politik
2. Di bidang pembangunan Ekonomi
3. Di bidang pembangunan Budaya
4. Di bidang pembangunan Hukum
5. Di bidang pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa
6. Di bidang pembangunan IPTEK

DAFTAR PUSTAKA
http://research.amikom.ac.id/index.php/sti/article/download/6196/4607
Http://www.blogbarabai.com/2015/02/pancasila-sebagai-paradigma-kehidupan-dalambermasyarakat-danbernegara
Http://adwintaactivity.blogspot.co.id
Https://academia.edu/9592278/peranan_pancasila_dalam_perekonomian_indonesia
Http://ricositorus.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai