OLEH
NIM : 1915051027
Absen : 11
Rombel :2
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari paradigma.
2. Untuk mengetahui keterkaitan Pancasila sebagai paradigma dalam
pembangunan sepeti pada pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya,
hankam, dan hukum.
3. Untuk mengetahui isu kontroversial dan masalah yang berhubungan dengan
ideologi Pancasila.
1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat memahami pengertian dari paradigma.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bila diartikan lebih dalam, paradigma sendiri ialah sumber acuan yang
menjadi bahan pertimbangan bagi proses berpikir dan bertindak. Dengan demikian,
ketika sebuah nilai ditempatkan sebagai suatu paradigma, maka nilai tersebut akan
mewadahi dalam cara berpikir dan cara bertindak seseorang. Agus Salim (2006:96)
mengatakan bahwa “paradigma adalah hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”
4
maka menempatkan nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegera secara langsung.
5
pembangunan politik secara ideal yang mana hal ini sejalan dengan pendapat
Budiardjo (1998:32) sebagai berikut:
6
2.4 Keterkaitan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi lebih mengacu pada
sistem pembanguann ekonomi Indonesia yang mana dapat dikatakan sebagai
ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi di dalam pembangunan bangsa dan
negara Indonesia.
7
2.5 Keterkaitan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Keterkaitan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya
terletak pada hubungan nilai harmonis Pancasila dengan budaya-budaya yang ada
di Indonesia. Pancasila mendasari pembangunan sosial budaya berdasarkan
kesepatakan dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Pada hakikatnya, Pancasila
sebagai sumber normatif yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia.
Apalagi memasuki era globalisasi ini yang mengikis perlahan kebudayaan asli
Indonesia dengan masuknya budaya-budaya barat. Generasi milenial yang
hidupnya sudah dipenuhi oleh budaya asing akan lebih memilih untuk mengikuti
budaya-budaya tersebut, dan nyaris, semua penduduk Indonesia sangat cepat
terpengaruh dengan budaya asing baik itu sifatnya positif maupun negatif seperti
contohnya lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan dengan kebersamaan,
mementingkan penampilan yang highstyle, sikap yang hedonisme.
Selain dari hal yang disebutkan diatas, budaya yang ada di Indonesia
sangatlah beragam. Semakin hari sangatlah mudah untuk diadu domba melalui
ujaran kebencian baik itu pada media sosial ataupun media lainnya yang merupakan
dampak dari era globalisasi saat ini. Untuk mewujudkan rasa penyeragaman yang
membuat mereka hidup di NKRI sehingga dapat menerapkan toleransi, tidak
menyebabkan kecumburuan, diskriminasi antar suku, dan ketidakadilan sosial yaitu
hanya Pancasila.
Hak budaya komunitas dapat sebagai perantara atau penghubung antara hak
negara dan hak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan
yang sentralistik jika dilihat pada satu sisi dimana mengabaikan kemajemukan
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era
8
otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan
memadukan pembangunan lokal daerah dengan pembangunan regional dan
pembangunan nasional (sila keempat), sehingga akan menjamin keseimbangan dan
kemerataan (sila kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
yang dapat menegakkan kedaultan wilayah NKRI (sila ketiga).
9
Pancasila juga mengatur agar masyarakat Indonesia agar hidup
berdampingan secara damai, saling membantu satu dengan yang lainnya, menjaga
perasaan orang atau kelompok lain, mengembangkan sikap saling menghargai dan
menghormati, toleransi agar terbentuknya kebersamaan dalam kesatuan dan
persatuan.
Sistem hamkamrata yang kita anut saat ini hakikatnya adalah perlawanan
rakyat semesta yang dalam artian segala bentuk ancaman ataupun serangan
sepenuhnya disandarkan kepada partisipasi, semangat, dan tekad rakyat dan
diwujudkan melalui kemampuan bela negara. Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) yang
berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”, pada hal ini dapat kita kaitkan pada sishamkamrata yang mana bentuk
dalam pembelaan negara bukan hanya berperang mengangkat senjata, namun
diaplikasikan di dalam bela negara dalam keadaan damai banyak bentuknya seperti
aplikasi jiwa pengabdian sesuai profesi pun sebenarnya sudah termasuk bela
negara. Semua profesi yang ada merupakan medan juang bagi warga negara dalam
bela negara sepanjang dijiwai oleh semangat pengabdian dengan dasar kecintaan
kepada tanah air dan bangsa ini. Hal ini berarti pahlawan tidak hanya dapat lahir
melalui perjuangan fisik dalam peperangan membela kehormatan bangsa dan
negara, tetapi juga pahlawan dapat lahir dari segala kegiatan professional warga
negara, misalnya dalam bidang pendidikan dapat lahir pahlawan pendidikan, dalam
bidang olahraga dikenal dengan istilah pahlawan olahraga, dibidang teknologi,
ekonomi, kedokteran, pertanian dan juga yang lainnya dapat lahir menjadi
pahlawan-pahlawan nasional.
10
Sesuai dengan UUD 1945 yang mana didalamnya terdapat rumusan
Pancasila, dimana mengandung segi hukum positif dan negatif. Segi positifnya,
Pancasila dapat dipaksakan berlakunya oleh negara, dan segi negatifnya, isi
undang-undang dapat diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan pada Pasal 37
UUD 1945.
11
• Menghormati nilai-nilai Hak Asasi Manusia baik hak sipil dan politik
maupun hak ekonomi, sosial dan budaya dalam kerangka hubungan antar
bangsa juga harus menghormati “the right to development”
• Bidang Politik
12
Jaksa juga menolak permintaan Setya Novanto untuk diperlakukan sebagai
'justice collaborator'.
Tuntutan itu merupakan puncak dari berkas setebal 2.415 halaman yang
disiapkan tim jaksa untuk terdakwa bekas Ketua DPR dan bekas Ketua
Golkar Setya Novanto dalam kasus korupsi KTP Elektronik, lapor
wartawan BBC Ayomi Amindoni dari persidangan.
Sidang berlangsung dari pukul 11 hingga pukul 16, dengan agenda tunggal
pembacaan tuntutan.
Maka dari itu, jaksa menuntut majelis hakim untuk menyatakan Setya
Novanto bersalah dalam perkara korupsi KTP elektronik itu, dan
"menjatuhkan hukuman kurungan selama 16 tahun dan denda sebesar Rp
1miliar, yang apabila tidak dibayar diganti kurungan selama 6 bulan," ujar
jaksa Abdul Basir.
13
"Berdasarkan fakta hukum, maka dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah
menerima pemberian fee seluruhnya berjumlah US$7,3 juta," ujar jaksa
Wawan.
Pembahasan Kasus:
Perilaku seperti ini merupakan contoh buruk dari pejabat bangsa ini
yang tidak mematuhi etika sebagai pejabat yang berlaku di Indonesia. Dapat
disimpulan bahwa ia masih memiliki keraguan dan ketidak percayaan
terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa ini. Bahkan jika dipandang dari
sudut pandang sila kedua yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab” ia
sangat tidak mencerminkan hal tersebut.
14
(Sumber : http://theconversation.com/cebong-versus-kampret-polarisasi-
politik-pascapilpres-2019-semakin-tajam-115477)
15
• Pertahanan dan Keamanan
16
• Ekonomi
(Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191105154437-532-
445788/angka-pengangguran-naik-jadi-705-juta-orang-per-agustus-2019)
Masalah yang sering kita hadapi sekarang di era revolusi 4.0 ini
adalah masalah pengangguran. Jika tingkat pengangguran di Indonesia
semakin tinggi itu artinya sama dengan meningkatnya tingkat kemiskinan.
Pengangguran ini menjadi salah satu tantangan bagi bangsa Indonesia di
bidang ekonomi karena dampak yang dihadapinya pun sangat besar. Seperti
yang dilansir CNN Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatan bahwa
jumlah pengangguran naik menjadi 50 ribu orang per Agustus 2019. Dengan
kenaikan tersebut jumlah pengangguran meningkat dari 7 orang menjadi
7.05 juta orang. Sementara sektor lapangan pekerjaan sejauh ini masih
didominasi oleh sektor pertanian sebesar 27,33 persen, perdagangan sebesar
18,81 persen, dan industri pengolahan sebesar 14, 96 persen.
17
Dari berita diatas kita ketahui bahwa bangsa kita sedang mengalami
sebuah tantangan yang besar di dalam ekonomi. Ekonomi Indonesia di
dalam (internal) yang tidak stabil diakibatkan kurangnya sumber daya
manusia dan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pemerintah sudah berjuang
agar Indonesia dapat bersaing pada kancah internasional untuk melunasi
hutang-hutang negara. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat Indonesia
yang freshgraduate maupun yang sudah bekerja harus siap-siap mengasah
keterampilannya dengan baik untuk menghadapi persaingan ekonomi dan
perdagangan bebas saat ini.
• Hukum
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan ideologi dasar negara Indonesia yang fundamental
yang mana mangakomodir suatu perbedaan dari Sabang sampai Merauke dan
memiliki nilai-nilai yang sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah
“Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Bila diartikan lebih dalam lagi,
paradigma sendiri ialah sumber acuan yang menjadi bahan pertimbangan bagi
proses berpikir dan bertindak. Dalam konteks ini Pancasila sebagai paradigma
pembangunan bangsa yaitu untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh bangsa.
Pembangunan negara tidak hanya melalui sebuah rancangan saja, namun melalui
sebuah pemikiran yang serius untuk tercapainya negara sesuai dengan dasar negara
yang kita jalani.
Asumsi dasar yang teoritis ini tentu menjadi sebuah metode dalam
penerapan ilmu yang menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri. Selain itu, menjadi aspek sebuah landasan, acuan, metode dalam setiap
program pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan di bidang hukum.
Tentu dalam pembangunan nasional ini, paradigma-paradigma yang berkembang
harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan sesuai dengan aspirasi rakyat.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat yang sadar akan pembangunan tentunya harus
mendukung program-program yang direncakan oleh pemerintah di berbagai bidang
yang mana pembangunan tersebut sesuai dengan landasan yang terkandung di
dalam nilai-nilai Pancasila dan memahami betul bagaimana kita ikut berpartisipasi
menyukseskan pembangunan tersebut melalui usaha yang dilakukan sesuai dengan
profesi kita.
19
Daftar Pustaka
Aw, S. &. (2013). Penguatan Pancasila sebagai Fondasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 19-20.
Calam, A., & Sobirin. (2008). Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Saintikom, 147-152.
20