Anda di halaman 1dari 11

BELAJAR PEMBELAJARAN

TUGAS RESUME ARTIKEL GAYA BELAJAR

OLEH:

I GUSTI NYOMAN ANTON SURYA DIPUTRA

1915051027

PTI 2 C

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
MENGIDENTIFIKASI GAYA BELAJAR YANG BERBEDA UNTUK
MENINGKATKAN MUTU PENGALAMAN BELAJAR

A. Resume
Mengidentifikasi gaya belajar setiap orang merupakan cara yang berguna
dan paling ampuh dalam mengoptimalkan kesempatan dalam menggali ilmu
pengetahuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan dapat membantu peserta
didik untuk mengenali potensi yang dimilikinya. Hal ini mampu membantu guru
pengajar untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar yang diinginkan yaitu bagaimana secara garis besar teridiri
atas berbagai gaya belajar dan kerangka dasar (framework) atau yang biasa disebut
sebagai model pembelajaran angat diperuntukan kepada individu agar menarik
minat terhadap model yang diterapkan. Gaya Belajar dikenal juga sebagai
preferensi belajar yang sangat berkaitan sebagai jalan bagi peserta didik utnuk
memulai, memfokuskan pada bidang pilihan, melakukan proses pembelajaran
sesuai bidang, dan mengaali lebih dalam pembelajaran yang diminati peserta didik
(Dunn et al, 1944).
Sebagian besar dari peserta didik lebih menyukai metode
menyimak/mendengarkan, sementara yang lainnya menyukai metode visual seperti
gambaran dan informasi tulis. Beberapa peserta didik justru memiliki metode
pembelajaran tersendiri yaitu merasa nyaman dengan menulis dan
mempraktikannya langsung seperti simulasi dan penagkapan masalah di lapangan.
(Beischel, 2011). Banyak model, teori dan kerangka dasar yang dapat digunakan
untuk mengindentifikasi salah satu metode pembelajaran, menurut Reid (2005),
terdapat lebih dari 100 table yang mana secara garis besar model tersebut sangat
umum digunakan. Sebuah pembelajaran yang efektif adalah bagaimana peserta
didik dapat mengerti dengan baik, mengingat dan dapat menuangkan hasil berupa
peningkatan belajar.
Tabel 1. Model Pembelajaran.
Model Gaya Belajar Dekripsi
Learning Style Inventory » Aktif Model ini berdasarkan
(Honey and Mumford » Reflektor bagaimana pengalaman
(1986) » Teoritis peserta didik dalam
» Pragmatis mempelajari dan
mengeksplorasi
kebiasaan (perilaku).
Model ini dikembangkan
dari karya Kolb (1984)
Visual Auditory » Visual Asumsi dari model VAK
Kinaesthetic (VAK) » Pendengaran yaitu banyak orang
Model (Fleming 2001) » Kinestetik memiliki gaya belajar
yang lebih dominan,
tetapi beberapa dapat
memiliki keseimbangan
antara ketiga gaya
tersebut. Model ini
didasarkan pada
pemrograman
neurolinguistik.
Visual Auditory » Visual Model VARK adalah
Read/Write Kinaesthetic » Pendengaran pengembangan dari
(VARK) Model (Fleming » Membaca/menulis model VAK yang
2001) » Kinestetik berfokus pada
komunikasi yang lebih
luas. Gaya ini dapat
berubah dari waktu ke
waktu dan dalam konteks
yang berbeda.
Myers-Briggs Type MBTI meliputi dengan
Indicator (MBTI) mengajukan pertanyaan
» Ekstraversi atau
(Myers 1975) tentang mepat set
introversi
preferensi yang mana
» Pengindraan atau
menghasilkan salah satu
intuisi
dari 16 gaya belajar. Alat
» Berfikir atau
ini sering digunakan oleh
merasakan
pengusaha terutama jika
» Menilai atau
mereka ingin membentuk
memahami
kelompok orang untuk
saling melengkapi.
Kolb’s learning Style » Mendalami (konkrit, Kolb mengamati bahwa
Inventory (Kolb 1984) reflektif) setiap individu
» Asimilasi (abstrak, cenderung menggunakan
reflektif) semau gaya ini. Oleh
» Konvergen (abstrak, karena itu, model ini
aktif) menunjukkan preferensi
» Akomodasi (konkrit, atau kecenderungna
aktif) untuk menggunakan
salah satu dari empat
gaya.
Felder-Silverman » Penginderaan /intuitif Terdapat empat dimensi
Learning Style Model » Visual/verbal di dalam model ini yang
(Felder and Silverman » Aktif/reflektif masing-masing dimensi
1988) » Berurutan/umum tersebut merupakan
tersususun secara
berangkaian. Peserta
didik akan dikategorikan
pada suatu tempat setiap
kontinum berdasarkan
spesifiknya pada proses
belajar. Model ini
awalnya dikembangkan
untuk siswa teknik.
Grasha-Riechmann » Penghindaran Model ini mengekslorasi
Student Learning Style » Kolaborasi gaya kolaborasi dan
Scale (Grasha 1996) » Kompetititf interaksi kelas dengan
» Ketergantungna sesama siswa dan guru
» Independen
» Partisipasi
Theory of Multiple » Verbal-spasial Model ini lebih
Intelligences (Gardner » Verbal-linguistik mengarah kepada
1993) » Logika-matematika individu untuk menyerap
» Musik-ritmik beragam informasi
» Jasmani-kinestetik dengan proses mental.
» Interpersonal Oleh karena itu,
» Intrapersonal tujuannya adala huntuk
» Naturaslistik menyediakan berbagai
sumber daya yang cocok
terhadap gaya belajar
individu.

Memahami gaya belajar pribadi dan faktor-faktor yang memengaruhi dapat


membantu mengingkatkan proses belajar melalui kesadaran diri individu. Misalnya
saja, ketika peserta didik belajar dalam situasi yang kurang diminatinya atau belajar
dalam situasi yang tidak nyaman tentu akan mengakibatkan sesuatu yang secara
tidak kasat mata menghambat proses belajar. Sulit untuk menyerap informasi dan
materi-materi yang dipelajari serta tidak dapat mengenali material pelajaran.
Memilih dan mengeksplorasi subjek pelajaran setelah kondisi tersebut mungkin
bisa diterapkan pada masing-masing individu.

Menyadarkan setiap peserta didik bahwa setiap topik mata pelajaran sangat
penting untuk dipelajai secara klinis tentu sangat diharapkan agar menulis inti sari
penting dari pembawa materi dan membuat catatan referensi berupa buku bacaan
lebih lanjut dan situs web yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.
Peserta didik akan dapat melanjutkan pelajaran dengan gaya belajarnya masing-
masing yang cocok terhadap mereka yang mana ketika mereka mau belajar, mereka
akan memfokuskan terhadap pelajaran dan mempersiapkan pernyataan-pertanyaan
yang akan diajukan pada sesi tatap muka.

Pengembangan strategi gaya belajar tersebut dapat membantu dalam


pembelajaran seumur hidup dan dapat melanjutkan pengembangan profesional
yaitu dengan mengenali setiap potensi diri dengan gaya belajar yang sesuai dengan
kemampuan masing-masing dalam merencanakan proses belajar. Gaya belajar
adalah pilihan dari sesuatu yang telah diperbaiki sebelumnya baik itu berupa tata
cara dan preferensi serta dipengaruhi oleh pengalmaan belajar sebelumnya.
Mungkin terdapat kekurangan dan kelebihan di dalam gaya belajar pada setiap
masing-masing individu, namun gaya belajar ini harus dijadikan sebagai panduan
yang bermanfaat untuk merefleksikan bagaiamana kita dapat belajar dengan mudah
dan menemukan hal-hal pemahaman dan wawasan yang lebih luas daripada hanya
mengkotakan diri (Felder dan Spurlin 2005, Reid 2005).

Gaya belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor budaya,


lingkungan, umur, dan pengalaman. Hal tersebut dapat berubah seiring waktu dan
sesuai dengan sifat pembelajaran yang berlangsung. Seorang guru yang efektif akan
mengenali siswanya terlebih dahulu untuk membuat proses pembelajaran menjadi
lebih menarik, sedangkan guru inklusif akan bertujuan untuk mencocokkan
sebanyak mungkin gaya belajar yang mungkin menantang.

Guru di sekolah yang memiliki peseta didi selama satu tahun atau lebih akan
memahami gaya belajar dari masing-masing siswanya. Namun, seorang pengajar
pada tingkat universitas hanya memiliki waktu singkat utnuk dapat
mengidentifikasi gaya belajar peserta didik karena itu bertujuan untuk inklusivitas
umum. Peserta didik memiliki tanggung jawab untuk belajar dan harus
menggunakan kekuatan mereka utnuk mengubah pembelajaran menjadi bermakna.
Guru yang terampil mampu mengadopsi pendekatan multifactorial utnuk mengajar
dengan melengkapi aktivitas kelas dengan latihan, membaca, dan materi interaktif
agar mereka dapat mengembakan proses pembelajaran secara efektif.
Dalam pendidikan orang dewasa, peserta didik bertanggung jawab atas
pembelajaran yang mereka jalani. Fasilitas belajar dan kesempatan memperoleh
sumber daya pembelajaran adalah tanggung jawab guru dalam pendidikan tinggi.
Peserta didik yang mengadopsi pendekatan sepihak terhadap gaya belajar mereka
mungkin akan kehilangan kesempatan untuk menerima pengalaman belajar yang
diterangkan guru di sekolah. Sebagai contoh, peserta didik yang tidak menghadiri
kelas mungkin kehilangna kesempatan untuk berinteraksi, bertanya mengenai
pertanyaan terkait, dan mengertikan materi yang dibawakan oleh guru. Demikian
juga dengan peserta didik yang menhadiri kelas tetapi tidak terlibat dalam membaca
atau tidak mengikuti pembelajaran di awal dan di akhir akan berisiko kehilangan
pengalmaan belajar yang lebih luas.

Pengajaran yang efektif harus melibatkan peningkatan kesadaran dari


peserta didik. Hal inilah yang menjadi alasan pada pendidikan tinggi menggunakan
metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik itu sendiri seperti mengikuti
kegiatan seminar, kerja kelompok, dan pembelajaran magang di tempat kerja (PKL)
serta kelas daring. Peserta didik yang escara aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran tersebut akan meningkatkan hasil mreka dalam hal motivasi yang
mana gaya belajar mungkin memengaruhi pembelajaran individu dan kelompok
belajar lainnya (Prita 2014).

Ada sebuah fenomena pada pendidikan orang dewasa yang disebut dengan
“learning shock” yang mana dapat memengaruhi peserta didik baru di dalam
pendidikan tinggi yang mana mereka sulit untuk beradaptasi. Mengalami kesulitan
untuk menerima tipe gaya belajar baru atau asing. Sebagai contoh, seorang siswa
yang sebelumnya telah belajar pada sebuah lingkungan yang berfokus pada hafalan
belajar. Gaya belajar yang mreka sukai dikembangkan dalam satu lingkungan,
tetapi ini mukgin perlu disesuaikan untuk menyesuaikan dengan waktu dan
lingkungan (Griffith et al, 2005).
B. Time Out 1
 Renungkan situasi belajar yang Anda nikmati dan jawablah
pertanyaan berikut ini:
1. Apa yang dimaksud lingkungan belajar?
Linkungan belajar merupakan tempat dimana seseorang dapat
melaksanakan proses pembalajaran yang mendukung dan dapat
meningkatkan pengalaman yang dapat diperoleh oleh masing-masing
individu sesuai dengan potensi diri yang dimilikinnya.
2. Apakah terdapat guru atau fasilitator yang hadir seperti tutor atau
mentor?
Ada. Pada kegiatan proses pembelajaran tentu terdapat elemen-
elemen yang terkait dalam menunjang proess pembelajaran. Seperti
halnya proses pembelajaran pada umumnya di Indonesia, pada saat
Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) peran guru sangatlah banyak dan
otomatis model pembelajaran ini guru menjadi pusat episentrum dari
proses pembelajaran (teacher centered). Guru menjelaskan dan
memahami benar situasi kelas dengan memaparkan ilmu-ilmu yang
dimilikinya. Namun, seiring berjalannya waktu hal tersebut diniliai
kurang efektif karena tidak melibatkan partisipasi aktif dari peserta
didik, hingga pada kurikulum 2013, peran guru berubah menjadi
fasilitator dengan catatan guru mendampingi proses belajar dan
memperhatikan peserta didiknya dalam proses mengembangkan diri.
Peran guru sebagai fasilitator disini yaitu memberikan pelayanan kepada
peserta didiknya untuk dapat memudahkan peserta didik menerima
materi terkait dengan pelajaran yang mereka tempuh. Menciptakan
suasan kelas agar dapat melaksanakan suasana kelas yang efektif dan
kondusif mengingat pada kurikulum ini proses pembelajaran mengacu
pada siswa sebagai episentrum (student centered).
Peran partisipasi tersebut melibatkan seluruh peserta didik dalam
mengaitkan satu dengan yang lainnya (link to other) agar mereka
memahami dengan benar apa yang mereka pelajari. Menjadi tutor
sebaya sehingga mampu mengambil peran aktif siswa dalam berdiskusi.
3. Apa yang seharusnya Anda pelajari?
Menambah wawasan dan mengembangkan potensi diri merupakan
sesuatu yang dapat memperdalam ilmu sesuai dengan minat yang kita
inginkan sehingga dalam proses belajar tentunya ktia harus mengenali
potensi diri kita maisng-masing terlebih dahulu utnuk menentukan
materi dan proses belajar apa yang kita ambil sehingga sudah siap untuk
belajar mengambakan potensi diri. Yang seharusnya saya pelajari adalah
materi dan wawasan terkait dengan bidang potensi diri yang saya ambil
dengan mengasah keterampilan dan juga menentukan latar belakang
terkait profesi yang saya tentukan nantinya. tidak menutup
kemungkinan juga jika mempelajari bidang-bidang lain yang masih
terkait dengan minat dan bakat saya.
4. Apa yang sebenarnya Anda pelajari?
Yang sebenarnya saya pelajari adalah wawasan material dan praktik
yang terkait dengan bidang saya sebagai acuan dasar dalam memperoleh
ilmu pengetahuan dan mengasah skill.
5. Menapa Anda Menikmati Pengalaman itu?
Saya menikmati kegiatan proses pembelajaran karena saya dapat
dapat mengasah kemapuan saya lebih dalam lagi terkait dengan bidang
yang saya minati sehingga dapat membentuk pengalaman-pengalaman
belajar bersama seperti work on team, work based problem serta mode
challenges.

 Renungkan situasi belajar yang tidak Anda sukai atau dimana Anda
merasa tidak nyaman, dan jawab petanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa lingkungan belajarnya?
Lingkungan belajar yang saya sukai ketika semua komponen belajar
lengkap seperti terdapat mentor yang notabene mengerti dengan
keadaan kelas dan keadaan peserta didiknya sehingga mampu
menciptakan kelas yang kondusif. Selain itu, lingkungna belajar
berbentuk kelompok diskusi yang didalamnya terdapat beberapa orang
yang nantinya dapat menciptakan sebuah karya project sesuai dengan
bidang masing-masing.
Lingkungan belajar yang saya tidak sukai adalah ketika suasana
kelas tidak mencukupi (keterbatasan alat yang menunjang praktik) dan
juga keadaan kelas yang tidak nyaman.
2. Apakah ada guru atau fasilitator yagn hadir, seperti tutor atau
mentor?
Ada, yang saya sukai ketika sang pemberi materi (mentor) dapat
mengenali dan mampu terjun mendorong peserta didik dalam
memecahkan sesuatu, sehingga hal ini dapat membuat rasa nyaman
ketika proses pembelajaran berlangsung.
Yang membuat tidak nyaman yaitu ketika sang mentor sebagai
fasilitator memberikan arahan yang tidak sesuai dengan dasar (based)
yang tidak didukung dengan kondisi kesiapan belajar.
3. Apa yang seharusnya pelajari?
Materi dan wawasan yang sesuai dengan bidang yang saya tekuni,
saya merasa sangat nyaman ketika saya mampu megnhadapi masalah-
masalah kehidupan yang sesuai dengan bidang yang saya geluti. Antara
sinkornisasi antara teori dan praktik dapat seimbang sehingga
menciptakan sebuah pengalaman belajar.
4. Apa yang sebenarnya Anda pelajari?
Ilmu yang sesuai dengan bidang saya diperoleh dari ruang kelas
formal dan kegiatan belajar mandiri. Yang saya sukai terkait dengan
pelajaran yang sebenarnya saya pelajari adalah mencakup penerapan
teknologi dikembangkan pada revolusi 4.0.
Hal yang saya tidak sukai ketika saya belajar yang bersifat abstraktif
yang tidak berkaitan dengan teknologi.
5. Mengapa Anda tidak menikmati pengalaman itu?
Lingkungan kelas yang tidak mendukung dan faktor-faktor yang
memengaruhi proses belajar seperti halnya kekurangan bahan praktik
atau sumber daya terhadap materi masih belum bisa dijangkau.
6. Apakah Anda menemukan topik yang sulit?
Menemukan beberapa topik yang sulit dimengerti dan memang
masih kurang memahami terkait materi pembelajaran tersebut.
7. Bagaiaman topik yang diajarkan?
Topik yang diajarkan berupa pemberian tugas dan materi serta
proyek yang memang peesrta didik disuruh memahami sendiri dengan
gaya masing-masing pembelajaran.
8. Apa yang Anda lakukan selain dari pertemuan kelas untuk
menjelajahi topik? Misalnya, membaca informasi secara daring.
Yang saya lakukan untuk memenuhi keingintahuan terhadap materi
yang dipaparkan yaitu mencari sumber referensi rujukan serta
memperoleh jurnal-jurnal artikel yang diterbitkan secara daring.
 Jika gaya guru bukan pendekatan yang anda sukai, bagaimana
mungkin Anda memberikan umpan balik yang konstruktif secara tepat
waktu untuk meningkatkan sesi berikutnya?
Meningkatkan pemahaman belajar dengan mencari sumber-sumber
referensi yang terkait dengan proses pembelajaran serta memperoleh materi
dari situs web yang relevan. Tidak menutup kemungkinan juga jika
berbentuk tutorial bisa didapatkan pada video-video yang diunggah ke
youtube dan situs lainnya.

Referensi

I, A. (2016). Identifying different learning styles to enhance the learning


experience. nursingstandard.com, 53-56.

Anda mungkin juga menyukai