Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA DI KELAS VII DENGAN

MODEL THE PESONAL FAMILY TIPE CLASSROOM MEETING

Adib Alfalah

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana, Universitas


Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

alfalahadib33@gmail.com

ABSTRAK

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Model
pembelajaran yang dikambangkan dalam tulisan ini adalah model pembelajaran
the personal familiy tipe classroom meeting atau bisa disebut model pertemuan
kelas. Model pertemuan kelas ini diorganisaskan secara terstruktur sedang.
Kepemimpinan, yakni tanggung jawab untuk membimbing interaksi melalui
tahap- tahap tersebut terletak pada tangan pengajar. Walaupun demikian,
diharapkan pula siswa dapat mengambil inisatif dalam memilih topik diskusi
setelah mengambil beberapa aktivitas. Walau tanggung jawab ada pada tangan
pengajar, keputusan moral terletak pada diri siswa apa yang dikemukakan oleh
pengajar pada saat mendengarkan pemaparan kajian nilai, tidaklah menentukan.
Meteri yang diangkat dalam model pembelajaran ini adalah meteri tentang berita.
Materi berita ini penulis pilih karena diaagap sebagai permasalahan yang sedang
banyak dialami oleh masyarakat akhir-akhir ini. Berita menjadi sumber informasi
yang cepat namun tidak bisa difilter oleh masyarakat. Untuk itu diharapkan
dengan mempelajari model pembelajaran pertemuan kelas dengan materi berita
ini, guru maupun siswa dapat menjadi agent of change bagi masyarakat dalam
menerima dan memahami berita-berita dengan baik dan kritis kedepannya.
Kata Kunci: Model, classroom, meeting.
PENDAHULUAN

Pembelajaran yang baik tentu harus menggunakan perencanaan yang


matang, itu semua harus tergambar dalam sebuah model-model pembelajaran
yang nantinya akan diaplikasikan oleh guru-guru di dalam kelas. Joyce dan Weil
(1986) mengemukakan tentang pengertian model pembelajaran yaitu sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya,
Bruce Joyce dan Marsha Weil (2003) mengetengahkan empat kelompok besaran
model pembelajaran yaitu yang pertama model interaksi sosial (the social
interaction family). Ke dua, model pengolahan informasi (the information
processing family). Ke tiga, model pesonal (the pesonal family). Ke empat, model
modifikasi tingkah laku (the bihavioral syistem family).

Pada tulisan kali ini, penulis memilih model yang ke tiga yaitu model
personal. Model ini dimulai dengan pengarahan guru terhadap siswanya tentang
pemahamannya masing-masing. Pengarahan dapat dilakukan melalui pertanyaan
atau permasalahan yang harus diselesaikan sesuai dengan kemampuan siswa,
misalnya permasalahan tentang tantangan atau keinginan yang harus dicapai.
Macam-macam Model Personal, yaitu: Pengajaran Tanpa Arahan (Non Directive
Teaching), Model Sinektik (Synectics Model), Latihan Kesadaran (Awareness
Training), Pertemuan Kelas (Classroom Meeting).

Lebih khusus lagi dalam model personal ini penulis memilih model
pertemuan kelas. Model ini dikembangkan berdasarkan hasil kerja William
Glasser (Joyce & Weil, 2004). Model pembelajaran pertemuan kelas dilakukan
oleh guru dan siswa dalam suasana yang hangat, menyenangkan dan tidak
terbatas, tidak terikat dengan berbagai bahan diskusi, masalah-masalah apapun
dapat dibahas dalam pertemuan kelas ini. Masalah dapat dimunculkan oleh guru
ataupun siswa itu sendiri. Model pertemuan kelas dimaksudkan untuk
mengembangkan kepedulian siswa dalam kelompok sosial dan disiplin diri.
Model pembelajaran seperti ini penulis pilih karena model ini menjadikan peserta
didik lebih merdeka dalam belajar, karena topik yang dibahas dalam diskusipun
bisa dari siapa saja dan apa saja. Ini diharapkan mampu menstimulus peserta didik
untuk lebih peka terhadap fenomena dan mampu berargumen kritis terhadap
topik-topik yang dibahas. Keberadaan gurupun diharapkan mampu menjadi sosok
yang hangat disini adalah mampu menjadi sosok pengganti orang tua dirumah,
guru yang menjadikan kelas menjadi santai dan tidak formal, mampu menjadikan
kelas seolah-olah rumah yang nyaman. Konsep ini sejalan dengan yang
diinginkan menteri pendidikan Nadiem Makarim saat berbincang dalam podcast
Dedi Corbuzier pada Maret 2020, ia mengatakan bahwa seharusnya guru di
sekolah bisa menjadi orang tua dan orang tua di rumah bisa menjadi guru. Maka
model pembelajaran yang cocok dengan yang diinginkan Nadiem adalah model
personal dengan tipe Classroom Meeting.

Untuk memilih meteri pembelajaran apa yang akan diangkat dalam model
pembelajaran ini, penulis memilih materi yang relevan dengan permasalahan yang
sedang banyak dialami oleh masyarakat. Permasalahannya yaitu tentang “berita”.
Kenapa berita? Karena pada tahun 2020 ini, penyebaran berita di media sosial
sangat cepat bahan terlalu cepat. Terlalu banyak dan bahkan kadang tidak
terkontrol. Berita-berita yang diinformasikanpun bermacam-macam dan dari
berbagai sumber. Karena berita yang sangat cepat, beragam dan dari berbagai
sumber, masyarakatpun tidak mampu menyaring informasi mana yang betul
penting dan layak disebarkan. Efek dari berita yang cepat dan tidak tersaring
tersebut, masyarakat tidak mampu mambedakan mana berita hoax dan mana berita
yang fakta. Terlebih lagi sekarang banyak media dan sumber-sumber informasi
yang tidak jelas memberikan berita yang berisikan konten penggiringan opini,
judul berita kearah propaganda, hoax, fitnah dan provokator. Maka dari itu,
pembelajaran yang penulis kaji adalah teks berita. Pembelajaran teks berita ini
nantinya akan diajarkan dengan model pembelajaran personal tipe classroom
meeting dan diharapkan dengan model ini, peserta didik dapat memahami isi
berita dengan pemahaman kritis.

PEMBAHASAN

Aspek-aspek Model Pembelajaran Personal tipe Classroom Meeting

1. Orientasi Model
Orientasi pertemuan selalu positif yang menuju kepada pemecahan dan
bukan pada mencari kesalahan. Adapun pada tipe pertemuan open-ended
pebelajar diberikan pertanyaan-pertanyaan pemikiran provokatif yang
berkaitan dengan kehidupan mereka.Mungkin pula pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan berhubungan dengan kurikulum kelas. Perbedaan antara
pertemuan open-ended dengan diskusi kelas ialah bahwa pada pertemuan
open-ended pertanyaan guru secara khusus tidak mencari jawaban-
jawaban faktual.
Model pertemuan (diskusi) kelas terdiri atas enam tahap, yaitu (1)
menciptakan ikiim (suasana) yang kondusif, (2) menyampaikan
permasalahan diskusi, (3) membuat penilaian pribadi, (4) mengidentifikasi
alternatif tindakan solusi, (5) membuat komitmen, dan (6) merencanakan
tindak lanjut tindakan.

2. Model Pembelajaran Personal (Classroom Meeting)


1) Sintaksis Model Pembelajaran

Sintaksis dalam model pengajaran pertemuan kelas (clasroom meeting) ini


terdiri dari beberapa fase yaitu:
Fase I : Pembelajar menciptakan suasana yang tenang.
Fase II : Pembelajar dan pebelajar menyatakan masalah-masalah
yang akan didiskusikan.
Fase III : Pembelajar menyuruh pebelajar melakukan penilaian
pribadi.
Fase IV : Pembelajar dan pebelajar mengidentifikasikan alternafif
segi-segi pelajaran yang akan didiskusikan.
Fase V : Pebelajar membuat suatu commitment tingkah laku.
Fase VI : Pembelajar rnembuat kelompok tindak lanjut tingkah
Iaku.

2) Sistem Sosial (Interaksi Siswa)


Model pertemuan kelas ini diorganisaskan secara terstruktur sedang.
Kepemimpinan, yakni tanggung jawab untuk membimbing interaksi
melalui tahap- tahap tersebut terletak pada tangan pengajar. Walaupun
demikian, diharapkan pula siswa dapat mengambil inisatif dalam memilih
topik diskusi setelah mengambil beberapa aktivitas. Walau tanggung
jawab ada pada tangan pengajar, keputusan moral terletak pada diri siswa
apa yang dikemukakan oleh pengajar pada saat mendengarkan pemaparan
kajian nilai, tidaklah menentukan.

3) Prinsip-prinsip Reaksi (Tugas dan Fungsi Guru)

Reaksi guru bersumber pada 3 (tiga) prinsip yaitu: (a) prinsip


keterlibatan, (b) pembelajar tidak memberi penilaian dan (c) pembelajar
mengidentifikasikan, memilih dan mengikuti alternatif-alternatif studi
tingkah laku.

4) Sistem Penunjang (Alat Bantu)


Sistem pendukungnya terutama terletak pada kompetensi pembelajar
yaitu pribadi yang menyenangkan dan keterampilan interpersonal dan
penguasaan teknik diskusi. Terdapat kelemahan dalam penerapan model
pembelajaran personal, yakni pada tahap ketiga dalam hal lemahnya anak
untuk berdiskusi. hal ini diasumsikan karena anak tunarungu memIliki
keterbatasan dalam mendengar dan berbicara. Oleh karena itu, dapat
disarankan kepada para peneliti atau guru untuk dapat mengembangkan
model personal dalam penerapannya atau dapat mengaplikasikannya pada
bidang studi dan/atau jurusan lainnya.

5) Penerapan (Pelaksanaan)

Kegiatan Pembelajaran Alokasi


Tahapan
Guru Siswa Waktu
Menciptakan  Menyapa siswa dengan  Memperkenalkan diri 10 menit
iklim yang keramahan kepada guru
mengundang  Memperkenalkan diri dan  Menjawab pertanyaan
keterlibatan meminta siswa untuk guru tentang pengertian
memperkenalkan diri berita
sambil mengisi daftar  Siswa membaca
kehadiran beberapa kalimat secara
 Menanyakan kepada siswa bergiliran dan
apa itu berita. bergantian.
 Kemudian menjelaskan
apa itu berita
 Menyuruh siswa untuk
membaca buku pelajaran
bahasa dan sastra
Indonesia secara bergilir
dan menyuruh siwa yang
tidak membaca untuk
mendengarkannya.
 Guru membenarkan jika
ada siswa membacanya
salah pada waktu
pembacaan.
Menyajikan  Kemudian menanyakan  Siswa menanyakan 15 Menit
makalah untuk kepada siswa apa ada apabila terdapat
diskusi masalah didalam berita masalah
tersebut  Siswa menjelaskan inti
 Menanyakan kepada siswa pokok berita yang
tentang inti pokok pada dibacakan
teks berita tersebut  Siswa membuat
 Guru membuat kelompok kelompok.
diskusi secara acak.
Mengembangka  Memberikan materi berita  Melakukan diskusi 30 Menit
n pertimbangan yang akan didiskusikan membahas tentang
nilai personal oleh masing-masing berita yang ditugaskan.
kelompok dari buku paket
bahasa dan sastra
Indonesia tentang berita
dan inti pokok berita
tersebut.
 Berkeliling melihat
partisipasi siswa sambil
menayakan kepada siswa
ada kesulitan atau tidak.
Mengidentifikasi  Jika kelompok ada  Siswa aktif dalam 25 Menit
alternatif kesulitan membantu diskusi
tindakan mengarahkannya.
 Melihat siswa yang aktif
dan yang tidak aktif dalam
diskusi kelompok.
 Jika ada siswa yang tidak
aktif didekati supaya focus
pada diskusi.

Merumuskan  Menyuruh kelompok  Semua kelompok siswa 10 Menit


kesepakatan untuk maju kedepan dan maju kedepan secara
kemudian membacakan bergantian kemudian
hasil diskusi kelompok. perwakilan
 Meluruskan jawaban dari membacakannya
masing-masing kelompok  Mencatat hasil
jika ada yang kurang kesimpulan
benar. perkelompok
 Kemudian menyimpulkan  Siswa menayakan jika
hasil diskusi perkelompok. kurang mengerti atau
 Mempersilahkan siswa jika ada yang ingin
untuk bertanya jika ada ditanyakan tentang
yang ingin ditanyakan membaca dan
tentang materi membaca mendengarkan berita.
dan mendengarkan teks
berita.
Tindak lanjut  Guru memberikan PR  Siswa mengerjakan PR 10 Menit
perilaku untuk minggu depan
tentang berita mencari dari
koran atau majalah
kemudian
 Guru mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan salam dan
terima kasih

6) Dampak Intruksional dan Penyerta


Model pertemuan kelas ini dikembangkan dengan maksud untuk
mengembangkan kepedulian sosial dalam kelompok, disiplin diri dan
komitmen prilaku. Pertemuan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam
suasana yang menyenangkan dan tidak terbatas, tidak terikat dengan
berbagai diskusi masalah-masalah perilaku, masalah pribadi dan akademik
atau berbagai isu kurikulum.

Kemandirian dan
Kemandirian dan
Penguasaan diri
penguasaan diri Satu, dengan
yang lain
Model Keterbukaan dan memelihara
pertemuan Keutuhan Satu dengan
pertumbuhan
Model yang lain
kelas akademik
pertemuan Keterbukaan dan keutuhan memelihara
Pencapaian Tujuan
kelas dan Evaluasi pertumbuhan
akademik.

Pencapaian
Berdasarkan gambar tersebut,tujuan
modeldanpertemuan kelas akan berdampak
evaluasi
intruksional (garis lurus), yakni mencapai tujuan dan evaluasi serta
membentuk kemandirian dan pengarahan diri dan hasil belajar yang
dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang
diharapkan. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga
dampak pengiring (garis putus-putus), yakni peserta didik akan menyadari
dan menampakkan sikap keterbukaan dan mendahulukan keutuhan kelas.

SIMPULAN

Model pertemuan kelas ini (classroom meeting) adalah model yang


mampu menjadikan suasana di dalam kelas menjadi lebih santai, tidak
menegangkan dan merdeka. Model pembelajaran pertemuan kelas dilakukan oleh
guru dan siswa dalam suasana yang hangat, menyenangkan dan tidak terbatas,
tidak terikat dengan berbagai bahan diskusi, masalah-masalah apapun dapat
dibahas dalam pertemuan kelas ini. Termasuk masalah berita-berita yang sekarang
ini sangat cepat sampai dan dikonsumsi beragam oleh masyarakat. Ada sebagian
masyarakat yang mampu kritis dalam mengonsumsi berita namun tidak sedikit
pula masyarakat yang mengonsumsi mentah berita-berita dan ini bisa
menyebabkan permasalahan sosial. Untuk itulah model pembelajaran pertemuan
kelas ini mampu menjadikan materi berita yang diangkat menjadi pembelajaran
yang bermanfaat untuk sosial masyarakat.

DAFTAR REFERENSI

Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd). USA: Prentice-Hall, Inc.

Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Joyce, B. & Weil, M. 2000. Models of Teaching Boston London. Tokyo:


Singapure Hall Inc.

Anda mungkin juga menyukai