Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MENGGUNAKAN METODE


SIMULASI

A. PENDAHULAN
Dalam kenyataan di persekolahan, pembelajaran IPS sampai saat ini pada umumnya masih
bersifat verbal (hafalan), kurang menantang kegairahan belajar, kurang mengembangkan
kegiatan pada siswa, kurang mengembangkan daya kritis siswa, serta tidak aplikatif di dalam
kehidup an siswa sehari-hari (kontekstual). Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: 1) penggunaan sumber belajar yang tidak efektif; 2) materi pendidikan IPS
hanya dikembangkan atas acuan apa yang terdapat di dalam buku teks; 3) kurangnya
pemanfaatan ling kungan sekitar anak dan pengalaman keseharian siswa (kontekstualisasi)
dalam proses pembelajaran; serta 4) penggunaan metode dan/atau model mengajar yang
kurang mengarah kepada berpikir kreatif dan inovatif.
Bruce and joyce marsha weil ( 1986 ) dalam bukunya “models of teaching” mengelompokkan
model mengajar menjadi empat rumpun,yaitu: (1) rumpun model informasi; (2) rumpun
model personal; (3) rumpun model interaksi social; dan (4) rumpun model behavioural
(perilaku).
Model-model pembelajaran yang saat ini telah banyak diperkenal kan oleh para ahli antara
lain: Contextual Teaching and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), Problem Based
Learning (PBL), Pembelajaran bersiklus (Cycle Learning), Realistic Mathematic Education
(RME), Open Ended (OE) yang dalam bahasa Indonesianya juga disebut sebagai metode
problem terbuka, dan masih banyak lagi lainnya.
Pentingnya penggunaan model pembelajaran adalah untuk: 1) memberikan pedoman bagi
guru dan siswa bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran; 2) membantu dalam
pengembangan kurikulum bagi kelas dan mata pelajaran lain; 3) membantu dalam memilih
media dan sumber, dan 4) membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Chauhan dalam Sukmadinata (2004: 209) mengemukakan bahwa model pembelajaran yang
baik memiliki beberapa karakteristik, yaitu memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar yang
spesifik, kejelasan ling- kungan belajar, kriteria hasil belajar, dan proses pembelajaran yang
jelas. Menurut Joyce dan Weil (2000) dalam setiap rancangan model pembelajaran yang
dikembangkannya selalu menjelaskan komponen- komponennya, yaitu:
a. Sintaks
b. Sistem social
c. Prinsip reaksi
d. Sistem pendukung
Permasalahan lain adalah guru merasa kesulitan memilih metode yang tepat dan benar,
kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga terkesan monoton.
Padahal guru, saat ini, ditun- tut mampu memberikan suatu arahan bahwa guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar perlu mempertimbangkan beberapa hal di antaranya
kemampuan memilih dan menggunakan metode yang tepat. Ketepatan suatu metode
pembelajaran tergantung pada situasi dan materi pelajaran yang disajikan, oleh sebab itu guru
harus mampu memahami sifat dan keunggulan berbagai metode pembelajaran agar
mempermudah dalam menyampaikan pelajaran pada siswa.Metode mengajar adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur.
Penggunaan satu atau beberapa metode hendaklah diperhatikan beberapa persyaratan,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Ahmad (1990:53), adalah sebagai berikut: (1)
metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah
belajar siswa, (2 harus dapat menjamin perkembangan kegiatan, kepribadian siswa, harus
dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan h karya; (4) harus dapat
merangsang siswa untuk belajar lebih lanjut, (5) harus memungkinkan siswa untuk belajar
secara bekerja sama; dan (6) harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
B. HAKIKAT METODE SIMULASI
1. Pengertian metode simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura atau ber- buat seolah-olah atau
simulation yang berarti tiruan yang hanya berpura- pura saja. Sebagai metode mengajar
simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan kejadian atau peristiwa
sebenarnya.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imitasi) yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya; simulasi: penggambar- an suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai
model statistik atau pemeran.
Pembelajaran simulasi telah diterapkan dalam pendidikan saja lebih dari tiga puluh tahun.
Pelopornya di antaranya Sarene Boocock dan Harold Guetzkow, walau model simulasi bukan
berasal dari disiplin ilmu pendidikan. Tetapi merupakan penerapan dari prinsip cybernetic,
suatu cabang dari psikologi cybernetic adalah suatu studi perbandingan antara mekanisme
kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer.
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu.
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat peniruan
terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keada an sekelilingnya (state of affaris) atau proses.
Model pembelajaran in! dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam
proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh
konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Beberapa peran guru yang harus dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran
menggunakan pendekatan simulasi,yaitu:
a. Menjelaskan (explaining)
b. Mewasiti (refreeing)
c. Melatih (coaching)
d. Memimpin diskusi (discussing)
Model simulasi mempunyai beberapa hal yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar antara lain:
a. Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dalam
pengajaran di kelas, baik guru atau siswa mengambil bagian di dalamnya.
b. Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih
siswa melakukan pendekatan interdisipliner di dalam belajar, juga mempraktikkan
keterampilan yang releva dengan kehidupan masyarakat.
c. Simulasi adalah model mengajar yang dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi
situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dan memberikan
jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah (Abu Ahmadi, 1990).
2. Bentuk Simulasi
Model pembelajaran yang menggunakan simulasi ini memiliki banyak bentuk dan variasinya,
di antaranya:
a. Feer teaching
b. Sosiodrama
c. Psikodrama
d. Simulasi games
e. Role playing
Langkah langkah yang semestinya perlu dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran
menggunakan model simulasi ini,antara lain:
a. Tahap orientasi yaitu menentukan tema
b.merumuskan nilai nilai yang akan fidiskusikan
C.menyiapkan alat peraga ( perlengkapan)
D.merumuskan tata tertib
E.menentukan peran/kelompok
3. Permainan Simulasi
Permainan simulasi ini dimulai, tiap-tiap perwakilan kelompok menentukan topik yang akan
dibahasnya dengan cara diundi. Kemudian masing-masing kelompok mengadakan diskusi
kelompok dan membuat kesimpulan dari hasil diskusinya.
metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual, salah satu contoh
bahan pembelajaran dapat diang kat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial maupun
permasalahan-per- masalahan sosial yang aktual maupun masa lalu untuk masa yang akan
datang. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan sosial
maupun membentuk sikap atau perilaku dapat dilakukan melalui pembelajaran ini.
4. Pelaporan dan tanya jawab
Tiap-tiap kelompok melaporkan kesimpulan hasil diskusinya di depan semua kelompok, dan
diadakan tanya jawab dengan masing-masing ke- lompok. Guru sebagai fasilitator melakukan
tindak lanjut dengan membe- rikan saran-saran, kritik-kritikan kepada masing-masing
kelompok. Guru. membuat kesimpulan dan pemberian nilai kepada tiap-tiap kelompok.
C.TUJUAN METODE SIMULASI
Metode simulasi bertujuan untuk 1) Melatih keterampilan ter tentu baik bersifat profesional
maupun bagi kehidupan sehari-hari; 2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau
prinsip; 3) Melatih memecahkan masalah; 4) Meningkatkan keaktifan belajar, 5) Memberikan
motivasi belajar kepada siswa; 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi
kelompok; 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa; dan 8) Melatih Peserta didik untuk
memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE SIMULASI
1. Kelebihan Metode Simulasi
Pemanfaatan model pembelajaran simulasi dalam penerapannya sangat banyak memiliki
kelebihan yang dapat diperoleh, antara lain:
a. Memupuk daya cipta siswa.
b. Sekalipun tujuan utamanya simulasi itu sebagai alat untuk belajar tetapi juga siswa merasa
bergairah.
c. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal siswa nanti apabila menghadapi hal-hal yang
dihadapi pada situasi yang sebenarnya.
d. Simulasi merangsang siswa untuk menjadi biasa dan terampil dalam menanggapi dan
bertindak secara spontan.
e.Memupuk keberanian dan kemantapan penampilan siswa di depan orang banyak.
f.Memperkaya pengetahuan sikap dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung.
g.Siswa berkesempatan untuk menjalankan yang terpendam sehingga mendapat kepuasan,
kesegaran, serta kesehatan jiwa kembali.
h. Dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang mungkin dimiliki siswa.
i. Siswa dapat menghargai dan menerima pendapat orang lain.

1. Kekurangan Metode Simulasi


Selain kelebihannya, metode simulasi ini juga tidak terlepas dari kekurangannya, antara lain:
a. Pengalaman yang didapat dari simulasi tidak selalu tepat dan sem- purna dengan kenyataan
kehidupannya.
b. Pelaksanaan simulasi sering menjadi kaku,bahkan salah arah, karena kurangnya
pengalaman siswa terhadap masalah-masalah sosial yang diperankan.
c. Faktor emosional seperti rasa malu, ragu-ragu atau takut akan me- mengaruhi siswa dalam
melakukan simulasi. 4. Simulasi menuntut imajinasi siswa dan guru yang memadai.
E. IMPLEMENTASI METODE SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode simulasi akan mela- tih pola pikir siswa
sehingga ia akan belajar bagaimana mengemukakan pendapat, mengungkapkan pengalaman
dan pengetahuannya, belajar berbeda pendapat, belajar menghormati dan menghargai
pendapat orang lain atau bahkan mempertahankan pendapat sesuai dengan yang ia yakini
berdasarkan alasan yang tegas.
pembelajaran IPS dengan men gunakan metode simulasi merupakan suatu pendekatan atau
strateg pembelajaran yang memunculkan berbagai macam kehidupan di ma syarakat yang
kemudian diangkat menjadi sebuah materi pembelajara dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah..
Melalui kegiatan ini siswa diajak untuk mencari, menganalisis, dan memecahkan masalah
berdasarkan persepsinya sendiri meskipun akan terjadi perbedaan persepsi dengan siswa yang
lainnya. Justru karena itu siswa akan terangsang (kemampuan dan keterampilan) berpikir
kritis yang nantinya dapat mengembangkan aktivitas siswa.
F. PRASYARAT YANG MENGOPTIMALKAN METODE SIMULASI

Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi di antaranya:
a. Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur, dam peran yang akan
dilakukan dalam simulasi.
b. Mampu memberikan ilustrasi.
c. Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut. d. Mampu mengamati
secara proses simulasi yang dilakukan oleh siswa.

Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode
simulasi adalah:
a.Kondisi, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi.
b.Pemahaman terhadap pesan yang akan menstimulasikan.
c. Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

G. PRINSIP-PRINSIP METODE SIMULASI


Agar Pemakaian simulasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam
pelaksanaannya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) simulasi itu dilakukan
oleh kelompok peserta didik dan setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakan
simulasi yang sama maupun berbeda; 2) semua peserta didik harus dilibatkan sesuai
peranannya; 3) penentuan topik dapat dibicarakan bersama; 4) petunjuk simulasi terlebih
dahulu disiapkan secara terperinci atau secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan
tujuan simulasi; 5) dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua ranah pembelajaran;
baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik; 6) simulasi adalah latihan keterampilan agar
dapat menghadapi kenyataan dengan baik; 7) simulasi harus menggambarkan situasi yang
lengkap dan proses yang berurutan yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang
sesungguhnya; dan 8) hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, terjadinya
proses sebab akibat, pemecahan masalah dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai