Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN INTERAKSI SOSIAL

Untuk Memenuhi Tugas Subject Specific Pedagogy (SSP)

Dosen Pengampu : Drs. Sukadi, M.Pd, MT

OLEH
Kelompok I

1. Dian Saputra, S.Pd (1911750)


2. Harun Nasution, S.Pd (1911760)
3. Tahmud Manik, S.Pd (1911769)
4. Anisah, S.Pd (1911762)
5. Shaleha, ST (1911754)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) ACEH PRAJABATAN


BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN2019/2020
MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL

A. Pendahuluan
Dalam kegiatan pembelajaran tidakter lepasdari berbagai variabel
pokok yang saling berkaitanya itu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran,
peserta. Dimana semua komponenini bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidikdi tuntut harus mampu menggunakan
berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai
objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran.

Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi


dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang
dapatdigunakan oleh pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan
peserta didik secara penuh (student center) sehinggapesertadidikmemperoleh
pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian,
peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.

Dalam proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering dihadapkan


pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun
yang menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat
dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, Tanya jawab antara
guru dan pesertadidik, penemuan dan inkuiri. Konsep yang dipakai sebagai
upaya pemecahan permasalahan itulah yang dimaksud dengan model
pembelajaran.

Model Pembelajaran adalah prosedur langkah-demi-langkah yang


mengarah ke hasil belajar yang spesifik). Joyce & Weil (1980)
mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan
demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapa itu juan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung
preskriptif ( dalammen capaitujuan ), yang relative sulit dibedakan dengan
strategi pembelajaran. Dan strategi pembelajaran adalah metode untuk
memberikan instruksi yang dimaksudkan untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran). Memahami beberapa pernyataan di atas
betapa perlu dan penting model pembelajaran dihadirkan dalam proses
pembelajaran agar situasi dan kondisi pemebelajara nmenjadi baik dan
terarah.

Banyak model pembelajaran yang dapat dipakai oleh seorang guru


untuk menunjang kegiatan pembelajaran untuk menjadi lebih baik, dan jika
seorang guru dapat memanfaatkan media, sumber atau literatur tentang
permodelan dalam pembelajaran tersebut, maka guru akan menjadi
profesional dalam menjalankan tugasnya. Satu contoh model yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran sosial. Mengapa dikatakan model
pembelajaran sosial? “Karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam
kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyaraka tatau
orang lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan
kemampuan individu dalam berhubungand engan orang lain, terlibat dalam
proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat” Dengan
demikian siswa dalam proses belajarakan memasuki nuansa sebenarnya
dimana problem sosial yang mungkin saja dihadapinya setiap hari. Dalam
proses pembelajaran itu siswa mencoba mengatasi sendiri permasalahan-
permasalahannya dengan baik.
Satu sisi dari eksis tensi manusia itu adalah sebagai makhluk sosial,
maka menjadi sangat penting bila anak-anak itu diajarkan sedini mungkin
pada pola kehidupan sosial. Bahkan Elizabeth B. Hurlock mengungkapkan
bahwa“ karena pola perilaku social atau perilaku yang tidak social dibina
pada masa kanak-kanak awal atau masa pembentukan, maka pengalaman
social itu sanga tmenentukan kepribadian setelah anak menjadi
dewasa”. Untuk itu model pembelajaran social ini menitik berat kante hada p
tingkah laku anak pada peran, simulasi dan tanggap serta dapat mengatasi
problem-problem sosial yang dialami anak dengan baik.
Untuk lebih jelas tentang apa sajakah yang tergolong dalam model
pembelajaran social ini, penulis akan merujuk pada konsep Hamzah B. Uno
dalambukunya model pembelajaran, beliau membaginya menjadi 3 model
pembelajaran sosial, yaitu:
(1) model pembelajaran bermain peran,
(2) model pembelajaran simulasisosial dan
(3) model pembelajaran telaah kajian yurisprudensi.
Ketiga model inilah yang akan di bahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pendahuluan di atas, makamakalah tentang model pembelajaran
social ini akanmembahas tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Apa dan bagaimana proses pelaksanaaan model pembelajaran
bermainperan?
2. Apa dan bagaimana proses pelaksanaaan model pembelajaran simulasi
sosial?
3. Apa dan bagaimana proses pelaksanaaan model pembelajaran telaah
yuris prudensi?

C. Definisi Model PembelajaranMenurut Para Ahli


Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat
juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama
dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana
sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat
bantu dalam penerapannya.

D. Ciri-ciri Model Pembelajaran


Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah:
1. Rasional teoritik yang logisyang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

E. Teori Model Pembelajaranmenurut para ahli:


1. Model pembelajaran menurutKardi dan Nur ada lima model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran
langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah;
diskusi; dan learning strategi.

2. Menurut DediSupriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)


mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
 model interaksi social
 model pengolahan informasi
 model personal-humanistik; dan
 model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan
istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi
pembelajaran.

3. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran


yang dianggapsesuaidengantuntutanKurikukumBerbasisKompetensi; yaitu :
 PembelajaranKontekstual(Contextual Teaching Learning)
 BermainPeran (Role Playing)
 PembelajaranPartisipatif (Participative Teaching and Learning)
 elajarTuntas (Mastery Learning)
 Pembelajarandengan Modul (Modular Instruction).

4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap


model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat
unsure berikut.
a. Sintak (syntax) yang merupakanfase-fase (phasing) dari model yang
menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan
Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses
pembelajaran dilakukan? Apa yang akanterjadi berikutnya?
b. Sistemsosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan
guru dan siswaselama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah
bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru
berperan sebagai fasilitatornamun pada model yang lain guru berperan
sebagai sumber ilmu pengetahuan.
c. Prinsipreaksi (principles of reaction) yang menunjukkanbagaimana guru
memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang
dilakukan siswanya. Pada satu model, guru member ganjaran atas sesuatu
yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain
guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama
untuk hal hal yang berkait dengan kreativitas.

d. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segalasarana,


bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.

5. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan


‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi
para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model
pembelajaran merupakan kerang kakon septual sedangkan strategi lebih
menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran
dapat di gunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang
sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa. Sedangkan
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah model pembelajaran social dengan berbagai macam
bentuknya.
F. Model Pembelajaran Sosial
Mengapadikatakan model pembelajaran sosial? Karena pendekatan
pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekan kan
hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model dalam
kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam
berhubungan dengan orang lain, terlibatdalam proses demokratis dan bekerja
secara produktif dalam masyarakat. Dalamhal ini, akandipelajari 3 model
pembelajaran yang termasuk kedalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu
(1) model pembelajaran bermain peran,
(2) model pembelajaransimulasi sosial, dan
(3) model pembelajaran telaah atau kajian yurisprudensi.

1. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)


model role playing (bermainperan) adalah model pembelajaran dengan
cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan
mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Bermain peran
(role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksisosial yang
menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan
belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karenaitu, bentuk pengajaran
role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaiansituasi-situasi
belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang
oleh guru. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu
bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-
olahberada di luarkelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan
bahasa tutur.

Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan


asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik kedalam suatu
situasi permasalahan kehidupan nyata, bermain perandapat mendorong
murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskannya, dan bahwa
proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta
mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai
analisis.

Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami


prilaku dan peran mereka dalam interaksisosial, agar mampu memecahkan
masalah-masalah dengan lebih efektif. Role playing dirancang secara khusu
soleh Fannie dan George Shaftel untukmem bantu anak didik mempelajari dan
merefleksikannilai-nilaisosial, membantu mereka mengumpulkan dan
mengolah informasi, mengembangkan empati dan memperbaiki keterampilan
social mereka. Dengan penyesuaian yang cocok, model ini dapat diterapkan
pada siswa di seluruh tingkat umur.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan


bahwa model role playing adalah model bermain peran dengan cara
memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar
kepada siswa dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang
dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah
pentas.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran
bermain peran menurut Suherman adalah:
 Menyiapkan skenario pembelajaran
 Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari scenario tersebut
 Pembentukan kelompok murid
 Penyampaian kompetensi
 Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya
 Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelaku.
 Presentasi hasil kelompok
 Bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri
atas Sembilan langkah, yaitu:
 persiapan/pemanasan,
 memilih partisipan
 menyiapkan pengamat(observer)
 menata panggung atau tempat bermain peran
 memainkan peran
 diskusi dan evaluasi
 memainkan peran ulang
 diskusi dan evaluasi kedua
 berbagi pengalaman dan kesimpulan.

Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah:


 Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid
tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilahbaku
dan normative terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari
 Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk
kelas besar.
 Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role
playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan
merasa senang karena bermain adalah dunia murid. Masuklahke dunia
murid, sambil kita antarkan dunia kita

2. Model Pembelajaran simula sisosial


Simulasi berasaldari kata simulate yang artinya pura- pura atau
berbuat seolah- olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang
pura- pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran
dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahanpelajaran)
melalui perbuatan yang bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku
lakimitasi. Atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukans eolah-
olah dalam keadaan yang sebenarnya.

Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktekin teraktif


yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program
pelatihan.Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman
pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan
permainan peran, tetapi dalam simulasi, peserta peserta lebih banyak
berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya: sebelum
melakukanpraktekpenerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan
melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belumbenar-benar
terbang).

Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga


puluh tahun. Pelopornya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow.
Walaupun model simulasi bukan dari disiplin ilmu pendidikan, tetapi
merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologis
ibernetik yaitu suatu study perbandingan antar mekanisme control manusia
(biologis) dengan system elektro mekanik, seperti komputer. Jadi, berdasarkan
teorisi bernetika ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia
seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa (pembelajar) sebagai
suatu sistem yang dapat mengendalikan umpanbalik sendiri (self regulated
feedback). Sistem kendali umpan balik ini, baik manusia maupun mesin
mempunyai tiga fungsi, yaitu:
(1) menghasilkan gerakan/ tindakan system terhadap target yang
diinginkan,
(2) membandingkan dampak dari tindakannya tersebut,
(3) memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali kejalur
yang seharusnya.
Prosedur Pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran
guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru.
Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain harus benar-
benar memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum permainan
dimulai, guru/ fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam
simulasi. Kedua adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk
tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur permainant ertentu. Oleh karena
itu, fasilitator harus mengawasi jalannya permainan agar dapat berjalan
sesuai dengan ketentuan. Ketiga adalah melatih (Coaching). Dalam simulasi,
pemain akan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator harus mem
berikan bimbingan, saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Keempa tadalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi
menjadi bagian yang penting. Oleh karenaitu, setelah simulasi selesai,
fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan-
kesulitan, hikmah yang bias diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan
simulasi dan sebagainya.

Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah:


(1) Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi,
(2) Menyusun scenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan,
peran, prosedur, pemberianskor (nilai), tujuan permainan dan lain-
lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu
dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh
siswa memahami aturan main simulasi tersebut,
(3) Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi
dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.

Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh


karena itu guru/fasilitator haru smemberikan saran, petunjuk atau arahan
sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama. Dan
keempat adalah diskusi.
Kaitannya dengan kelompok model pembelajaran, simulasi diarahkan
pada model pembelajaran sosial. Simulasi social adalah simulasi yang
dimaksudkan mengajak peserta melalui suatu pengalaman yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan sosial. Menurut pengalaman sejumlah guru,
metode simulasi dalam konteks model pembelajaran social sangat efektif
digunakan jika guru menghendaki agar siswa menemukan makna diri (jatidiri)
di dalam dunia sosial dan memecahkan dilemma dengan bantuan kelompok.
Jenis model pembelajaran social misalnya melalui bermain peran dan atau
simulasi. Dalam bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran,
menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya
dan perilaku orang lain.

Fungsi model pembelajaran social adalah:


(1) untuk menggali perasaan siswa,
(2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap,
nilai dan persepsi,
(3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah,
dan
(4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.

Aplikasi permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk


belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerjasama, empati,
sistemsosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan
keputusan dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak
berbedadengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada
pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti,
pengembang, (sistemanalis, programer dan lain-lain), perusahaan komersial,
guru atau kelompok guru dan lain-lain. Dewasa ini, dengan semakin majunya
teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan multimedia, telah
banyak permainan simulasi di hasilkan untuk berbagai kebutuhan yang
mencakup berbagai topic dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)

3. Model Pembelajaran Telaah Yuris Prudensi


Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan
metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus
yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan public
harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll)
Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publikisu-isu serta pilihan
yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang
mendasari orang-orang pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah
manapun di mana ada isu-isu ke bijakanpublik, karena etika misalnya dalam
ilmu pengetahuan, bisnis dan olahraga dan lain-lain.
Model ini didasarkan pada konsep dimasyarakat di mana orang
berbeda pandangan dan prioritas dan nilai-nilaisosial yang sah bertentangan
satu dengan lainnya. Menyelesaikan kompleks, isu-isu controversial dalam
konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang dapat
berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan
mereka.permasalahan daerah umum, masalah ras dan etnis,
konflik keagamaan dan ideologis, konflik keamanan individu, konflikan tara
kelompok-kelompok ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan
keamanan bangsa. Sintaks Model yuris prudensi:
1. Orientasi untuk kasus
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil posisi
4. Menjelajahi sikap yang mendasariposisi yang diambil
5. Refining dan kualifikasiposisi
6. Pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi
Reaksidari model Yuris prudensi adalah:
1. Mempertahankan iklimi ntelektual yang kuat di mana semua
pandangan dihormati; menghindari evaluasi langsung pendapat siswa.
2. Lihatbahwaisu-isu yang benar-benardieksplorasi
3. Substansi berpikir siswa melalui pertanyaan relevansi, konsistensi,
spesifisitas, umum, kejelasandefinisi, dan kontinuitas.

Pengajaran Model yuris prudensi Menjaga gaya dialektis; gunakan


dialog konfrontatif, mempertanyakan asum siswa dan menggunakan contoh
yang spesifik (analogi) untuk lebih berfariasi dengan laporan yang umum.
hindari mengambilsikap keras kepala. Konteks untuk mengeksplorasi situasi
dari peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.

Peran guru selama latihan ini sangatlah penting. Siswa sebagai


peneliti, juga mendiskusikan, dan berdebat, guru harus mendorong siswa
untuk melibatkan diri kesatu sisi masalah ini, tapiakan mendukung jika
mereka berubah pikiran ketika dihadapkan dengan bukti baru, dan
mendorong mereka untuk mempertimbangkan sudut pandang lain. Pada tiap
saat, guru harus tetap netral terhadap masalah ini, mendorong diferensiasi
posisi, dan mempromosikan sintesis dari posisi yang berbeda yang disajikan di
depan kelas.

Aplikasi Akhir dari model ini adalah fase yang paling penting. Dalam
fase ini bahwa siswa mengambil apa yang telah dipelajari dan menerapkannya
kelingkungan mereka. Siswa harus mampu melihat nilai dalam ilmu yang
telah mereka pelajari dan melihat bahwa dengan pengetahuan ini mereka
dapat memiliki dampak yang muncul.

Langkah pertama dari proses ini adalah untuk setiap siswa


mengusulkan sebuah rencana aksi secara keseluruhan dengan resolusi.
Beberapa cara siswa telah menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan
menjadi terlibat dalam kegiatan masyarakat meliputi:
1. Menulissurat kepada dewan kota, perwakilan negara, negara senator,
gubernur, atauwalikota.
2. Terkemuka atau berpartisipasi dalam kegiatan seperti pembersihan
masyarakat, kegiatan daurulang, atau petition drives.
3. Menghadiri pertemuan atau rapat dewan kota lingkungan lokal.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan
rencana aksi mereka.

Kunci untuk model instruksi adalah bahwa siswa mendapat


kesempatan untuk menerapkan keterampilan penyidikan dan strategi
tindakan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.

KESIMPULAN

Model Pembelajaran adalah : Prosedur Langkah demi langkah yang


mengarah ke hasil belajar yang spesifik.
Strategi pembelajaran adalah metode untuk memberikan interaksi yang
dimaksudkan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (1980) mendefinisikan bahwa model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran.
Interaksi social merupakan hubungan sosial yang menyangkut hubungan
antara individu, individu (seseorang) dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok.
Untuk lebih jelas tentang apa sajakah yang tergolong dalam model
pembelajaran sosialini, penulis akan merujuk pada konsep Hamzah B. Uno
dalam bukunya model pembelajaran, beliau membaginya menjadi 3 model
pembelajaran sosial, yaitu:
(1) model pembelajaran bermainperan,
(2) model pembelajaran simulasisosial dan
(3) model pembelajaran telah kajian yuris prudensi.

DAFTAR PUSTAKA

Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models


approach.
Boston: Allyn and Bacon. hl. 67
[2] Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc
[3] Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching,
second edition. Boston: Allyn and Bacon. h. 85
[4] Hamzah B. Uno, Model PembelajaranMenciptakan Proses
BelajarMengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. BumiAksara, 2012) h.
25
[5] Elizabeth B Hurlock, 1978, Perkembangan Anak,
(terj.MedMeitasariTjandrasa&MuslichahZarkasi), Jakarta:
GloraAksaraPratama, h. 256.
[6] Elizabeth B Hurlock, 1978, Perkembangan Anak, h.256.
[10] Oemar Hamalik, ProsesBelajarMengajar, (Bandung: BumiAksara,
2004) h.214
[11] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 25
[12] Bruce Joice& Marsha Weil, Models of Teaching, Terj. AchmadFawaid
dan Ateilla Mirza, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2009), h. 36
[13] Suherman, E. 2009. Model Belajar dan
PembelajaranBerorientasiKompetensiMurid. Educare; Jurnal Pendidikan dan
Budaya. ISSN 1412-579x, (Online) http://educare.e-fkipunla.net,
(diaksestanggal 20-09-2014), h. 7
[14] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 26
[15] Bobby DePorter, &Hemacki, M, Quantum Learning. (Bandung: Kaifa, .
2000).
[16] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 27
[17] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 28
[18] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 29
[19] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 30
[20] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran..., h. 30

Anda mungkin juga menyukai