KELOMPOK 18
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEMARANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat, karunia, dan perlindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan”
dengan tepat waktu, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata
kuliah pendidikan pancasila sebagai dasar bermoral dan beretika dalam kehidupan
penulis sebagai mahasiswa.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan pancasila, serta infomasi dari media
elektronik berupa internet yang berhubungan dengan pancasila sebagai paradigma
pembangunan tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai pancasila,
khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat penulis harapkan.
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangunan politik semakin tidak jelas arahnya, hukum politik pun tidak
terlaksana sesuai dengan semestinya. Penyewengan-penyelewangan yang terjadi
tidak dapat ditegaklan oleh hukum bahkan aparat penegak hukum sendiri terlibat
dengan peradilan. Hukum yang berlaku hanya sebagai simbol dan formalitas tanpa
memiliki arti bagi kepentingan rakyat. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
politik juga belum terlealisasikan sebagaimana yang negara ini cita-citakan. Oleh
karena itu, perlu adanya analisi ulang untuk mewujudkan yang benar-benar sesuai
dan dapat dilaksanakan secara tegas dan konsekuen. Bagaimanakah melaksanakan
paradigma tersebut dalam praksisnya? Inilah persoalan yang perlu mendapat
perhatian dalam pembangunan politik dimasa mendatang.
Sebagai contoh permasalahan tersebut, para anggota DPR yang hempir selalu
menempuh cara musyawarah untuk mufakat dalam setiap mengambil keputusan.
Cara ini dimaksudkan agar anggota DPR tidak mendahulukan kepentingan umum
(nasional). Namun kenyataannya, tidak sedikit para anggota DPR yang melanggar
keputusannya. Hal ini membutukan bahwa para anggota DPR termasuk DPRD
belum memiliki kedewasaan dalam berpolitik. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila masih banyak praktik politik yang berdasarkan atas
“kekuasaan” dan bukan atas dasar “nilai-nilai moral” yang diakui kebenarannya.
Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita
harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai
yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya
bersifat humanistis, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Dalam rangka pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka
kesadaran yang dapat mendorong untuk universalitas melepaskan simbol-simbol
dari keterikatan struktur, dan transedentalisasi meningkatkan derajat kemerdekaan
manusia, kebebasan spiritual. Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis
karena memang pancasila]a bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia
itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Dengan begitu, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku
bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional Sila Keempat, sehingga ia
akan menjamin keseimbangan dan kemerataan Sila Kelima dalam rangka
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakkan
kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI Sila Ketiga.
Sesuai dengan paradigma pancasila dan hak – hak asasi rakyat, pemerintah
telah menetapkan bahwa pengelolaan ekonomi Indonesia diserahkan kepada 3
(tiga) bentuk badan usaha, yaitu :
Apabila ketiga badan usaha ini dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan
kewenangan dan kewajibannya rasanya tidak berlebihan apabila bangsa Indonesia
masih memiliki harapan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami kemajuan dan
tingkat stabilitas yang mantap.
Hingga saat ini keberadaan pancasila sebagai dasar NKRI belum tergantikan
oleh ideologi apapun, asas - asas pancasila masih berdiri kokoh sebagai tolak
ukur moralitas negara kita dalam melaksanakan setiap penyelenggaran
pembangunan di berbagai aspek yang ada. Oleh karena itu, sebagai dasar negara
pancasila dikhayati bukan hanya sekedar kata – kata belaka melainkan dalam
tindakan yang konkrit dan nyata, yang membuktikan bahwa landasan ini telah
berhasil mencapai titik – titik tujuannya.
Aktualiasi atau bentuk nyata dari pancasila terdiri dari dua bentuk yakni
aktualisasi objektif dan subjektif :
a. Aktualisasi Objektif
Aktualisasi pancasila objektif yaitu aktualisasi pancasila dalam
berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara
antara lain meliputi legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga
meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum
terutama dalam penjabaran ke dalam undangundang, GBHN, pertahanan
keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
b. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi pancasila subjektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap
individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara
dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik
warga Negara biasa, aparat penyelenggara Negara, penguasa Negara,
terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar
memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam
pancasila.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan