Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Pancasila
Dosen Pengampu: Alfi Nikmah, M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 8 - (PAI D1AIR)
1. Zulfa Fadhlu Robbi (2310110137)
2. Athoillah Mahmud (2310110138)
3. Azkiya Rahma Aliyya (2310110149)
4. Inayah Nurul Sukmawati (2310110150)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
A. Definisi Pancasila Sebagai Paradigma.......................................................................2
B. Peran Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan....................................................3
C. Peran Pancasila Sebagai Paradigma Bermasyarakat...................................................9
D. Peran Pancasila Sebagai Paradigma Bernegara di Bidang Hukum...........................14
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai paradigma menunjukan pancasila sebagai landasan,
acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam setiap program
pembangunan dalam bermasyarakat maupun bernegara. Yang dimana nilai-
nilai pancasila mencerminkan nilai-nilai esensial dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam perkembangannya, Pancasila telah menjadi pandangan hidup
bagi bangsa Indonesia, yang membentuk paradigma pembangunan yang
mengakar pada akar budaya dan sekaligus mengarahkan pada arus modernitas.
Sebagai paradigma pembangunan bermasyarakat dan bernegara, Pancasila
mengandung keyakinan dasar yang berfungsi sebagai panduan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan dalam bermasyarakat maupun bernegara.
Pancasila dijadikan sebagai paradigma pembangunan nasional karena
pancasila mencerminkan sistem nilai yang menjadi kerangka dasar, cara
berpikir, dan tujuan bagi individu dan institusi yang menerapkannya.
Paradigma ini memadukan pembangunan lokal, regional, dan nasional, yang
dapat menciptakan keseimbangan dan pemerataan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menggambarkan aspek pembangunan
nasional, diantarnya seperti pengembangan ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, pertahanan, sosial, dan kebudayaan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Pancasila Sebagai Paradigma?
2. Bagaimana Peran Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan?
3. Bagaimana Peran Pancasila Sebagai Paradigma Bermasyarakat

1
4. Bagaimana Peran Pancasila Sebagai Paradigma Bernegara di Bidang
Hukum?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pancasila Sebagai Paradigma

Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu


pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut adalah
Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul “The Structure of Scientific
Revolution”.1
Paradigma merupakan salah satu kata yang berkembang dalam ilmu
pengetahuan terutama dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara harfiah
(etimologis) istilah mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma dapat diartikan sebagai unsur
bahasa yang sebagian bersifat tetap dan dapat berubah-ubah sesuai kondisi.
Terdapat beberapa arti istilah paradigma di beberapa bahasa diantarnya
pada bahasa inggris pardigma diartikan sebagai keadaan lingkungan, dalam
bahasa yunani istilah paradigma berasal dari kata para yang artinya dikenal,
sedangkan menurut kamus psikologi paradigma diartikan suatu pola yang
menunjukan banyak fungsi yang memungkingkan dari apa yang sudah ada.
Secara bahasa, paradigma yaitu suatu anggapan dasar dan teoritis
sehingga dapat menjadi suatu sumber hukum, cara serta implemtasinya di
dalam ilmu pengetahuan sangat menentukan sifat dan karakter. Dalam
masalah yang lebih modern, definisi paradigma ini kian berkembangmenjadi
terminology yang mengandung pengertian sama dengan sumber nilai, konsep
berpikir, pengenalan dasar, sumber dasar, dan merupakan tujuan dari suatu

1
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( Jakarta: Bumi Aksara,
2017), hlm. 38.

2
perkembangan, suatu perubahan, serta tahapan dari suatu bidang-bidang
tertentu.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai sebuah paradigma
adalah pancasila sebagai suatu sumber nilai dan norma yang harus menjadi
pedoman dan pijakan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun
bernegara. Sebagai sumber nilai maka seharusnya segala permasalahan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta kehidupan bernegara harus
berlandaskan pada cita-cita luhur dan nilai-nilai yang ada di pancasila itu
sendiri.

B. Peran Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

1. Pancasila Sebagai Paradigma Dibidang Politik

Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik adalah


meletakkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber
nilai politik. Sumber nilai politik harus mengacu pada nilai-nilai pancasila
terutama sila ke-4 dimana semua praktik-praktik politik harus berkembang
atas asas kerakyatan. Hal ini dikarenakan warga negara merupakan pelaku
politik sehingga masyarakat harus mampu menempatkan kekuasaan
tertingginya sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem politik
demokrasi dimana kekuasaannyan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Warga negara indonesia harus ditempatkan sebagai subejek atau
pelaku politik bukan sekedar sebagai objek politik. Karena pancasila
bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat
meningkatkan harkat martabat manusia.3
Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai
subyek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat.
Kekuasan yang dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan

2
Herdiawanto, Heri, et al. Spiritualisme Pancasila.
3
Ahmad Calam dan Sobirin, “Pancasila sebagai kehidupan berbangsa dan bernegara”,
Jurnal SAINTIKOM, vol. 4 no. 1, 2008.

3
untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai
paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan di Bidang Pertahanan
dan Keamanan (HANKAM)
Salah satu tujuan bernegara indonesia adalah melindungi segenap
bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh
penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah
mengikutsertakan seluruh komponen bangsa.4
Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). Sistem
pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini
oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai paradigm pembangunan pertahanan keamanan telah
diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan
pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan di Bidang Ekonomi
Secara khusus, sistem ekonomi harus didasarkan pada moralitas
ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan (sila II Pancasila). Hal ini
untuk menghindari persaingan bebas. Ekonomi humanistik didasarkan
pada tujuan untuk kesejahteraan rakyat banyak. Sistem ekonomi tidak
4
Agus Mulyanto, Fatma Indahwati, Wilis Indhi Hapsari, Setiyawati, Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ( Surakarta: PT Tirta Asih Jaya, 2019) Hal.155

4
hanya mengejar pertumbuhan, tetapi untuk kesejahteraan seluruh bangsa.
Tujuan ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia
menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu, kita harus menghindari
persaingan bebas dan monopoli yang mengakibatkan penderitaan manusia
dan penindasan manusia terhadap sesamanya. Negara kita memiliki
ekonomi berbasis demokrasi.5
Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi lebih
mengacu pada Sila Keempat Pancasila. Sedangkan pembangunan ekonomi
mengacu pada perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan. Perusahaan yang cocok dalam hal ini adalah koperasi.
Ekonomi Rakyat akan mampu mengembangkan program-program
pemerintah daerah yang konkrit di era otonomi daerah yang lebih mandiri
dan lebih mampu mewujudkan pembangunan daerah yang berkeadilan dan
merata.6
4. Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang
Pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri.
Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang
berbudaya dan beradab.7
Pada era globalisasi sekarang ini, nilai-nilai budaya yang
berkembang dalam masyarakat sudah mulai tertimbun oleh budaya-budaya
barat yang masuk ke Indonesia. Nyaris semua penduduk Indonesia
terpengaruh oleh budaya-budaya tersebut baik itu budaya yang bersifat
positive maupun budaya yang negative. Dengan masuknya berbagai

5
Hanum, F. F. (2020). Pancasila sebagai paradigma pembangunan industri 4.0.
6
Ulpa, M., Winarsih, W., Asbari, M., & Tinggi Ilmu Ekonomi Insan Pembangunan, S.
(2022). Pancasila as a Paradigm of Economic Development in Indonesia. Journal of Information
Systems and Management, 1(4), 7–13
7
Agus Mulyanto, Fatma Indahwati, Wilis Indhi Hapsari, Setiyawati, Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ( Surakarta: PT Tirta Asih Jaya, 2019) Hal.153

5
budaya-budaya baru, masyarakat mulai meninggalkan nilai-nilai budaya
yang telah berkembang dalam ruang lingkupnya dan mereka lebih memilih
budaya-budaya bangsa barat yang bahkan tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
5. Pancasila Sebagai Paradigma dalam Pembangunan Kehidupan Antar
Umat Beragama.
Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara
Indonesia terjadikonflik sosial yang bersumber pada masalah SARA,
terutama bersumber pada masalah agama. Hal ini menunjukkan
kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragamayang tidak
berkemanusiaan.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundammental
bagi umat bangsa Indonesiauntuk hidup secara damai dalam kehidupan
beragama di negara Indonesia tercinta ini. Manusia adalah sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu manusia wajib untuk
beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa dalam wilayah negara di mana
mereka hidup.
Negara Indonesia sangat terbuka dengan umat beragama lainya.
Negara Indonesia juga memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinanya
masing-masing.8
6. Pancasila Sebagai Paradigma dalam Pembangunan IPTEK
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabat manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya merupakan
hasil kreativitas spiritual manusia. Unsur jiwa manusia (spiritual) meliputi
akal, rasa dan kehendak.
Akal adalah potensi spiritual manusia yang berhubungan dengan
akal, rasa adalah hubungan dalam bidang estetika dan akan berhubungan
dengan bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas pikirannya itulah

8
Kaelan, Pendidikan Pancasila ( Yogyakarta: Paradigma Offeet, 2010), hlm. 234

6
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mengolah sumber daya alam yang melimpah yang disediakan oleh Tuhan
Yang Maha Esa.9
Oleh karena itu, tujuan hakiki ilmu pengetahuan dan teknologi semata-
mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam hal ini, Pancasila telah
memberikan nilai-nilai dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai hasil kebudayaan manusia harus berlandaskan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab dari sila-sila yang tercantum
dalam Pancasila.10 Pancasila yang silanya merupakan satu kesatuan yang
sistematis, harus menjadi sistem etika dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi masyarakat.
a. Sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”. Sila ini memadukan
pengetahuan, mencipta sesuatu berdasarkan pertimbangan antara rasional
dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini, iptek
tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan,
tetapi juga mempertimbangkan makna dan akibat merugikan orang di
sekitarnya atau tidak. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta
bukan sebagai pusat tetapi sebagai bagian sistematis dari alam yang
diolah.
b. Sila kedua“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Memberikan dasar-dasar
moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus beradab. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil
kebudayaan manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh
hakikat tujuan untuk kesejahteraan manusia.
c. Sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Pembangunan IPTEK diarahkan untuk
kesejahteraan umat manusia, termasuk kesejahteraan bangsa Indonesia.

9
Triwahyuni, D. (2011). Pancasila Dalam Paradigma Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa Dan Bernegara.
10
Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Iptek. Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 4(02), 213–222

7
Pembangunan IPTEK harus mampu mengembangkan rasa nasionalisme,
kebesaran bangsa bangsa yang luhur sebagai bagian dari umat manusia di
dunia.
d. Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan” Artinya mendasari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara demokratis. Artinya setiap orang harus
memiliki kebebasan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu, dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, setiap orang juga harus menghormati kebebasan orang lain dan
harus memiliki sikap terbuka. Artinya terbuka untuk dikritisi, direview
dan dibandingkan dengan temuan-temuan teori lain.
e. Sila kelima“Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.Contoh dari
sila kelima ini adalah ditemukannya varietas unggul benih padi Cillosari
dari teknik penyinaran.Penemuan ini merupakan hasil karya anak bangsa.
Diharapkan dalam pembangunan swasembada pangan ke depan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan memberikan rasa
keadilan setelah peningkatan jumlah produksi sehingga dalam perjalanan
masyarakat dari berbagai kalangan dapat menikmati beras berkualitas
dengan harga terjangkau.
C. Peran Pancasila Sebagai Paradigma Bermasyarakat
Didalam pancasila terdapat lima nilai pokok pandangan hidup, identitas
bangsa, serta pemersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima nilai
pokok itu diantaranya nilai ketuhanan, kemausian, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Kedudukan Pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat mengandung
makna bahwa Pancasila merupakan pegangan serta penuntun dalam bersikap dan
berperilaku masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan
jika masyarakat tidak memiliki pedoman dalam bersosialisasi dan berinteraksi
satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari, maka akan terjadi kehidupan yang
tidak teratur dan kacau. Oleh karena itu, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sebagai sumber nilai kemanusiaan dan etika dalam kehidupan manusia
hendaknya diamalkan dan sekaligus dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat

8
sehari-hari guna terciptanya kehidupan yang rukun, aman, tertib, tenteram dan
damai. Dengan demikian, keberadaan Pancasila sebagai petunjuk arah masyarakat
dan pedoman dalam berperilaku, bertindak dan bertingkah laku menjadi sesuatu
yang mutlak dan mendasar serta penting dalam kehidupan bermasyarakat
Indonesia.11

Diperlukan adanya sebuah kesadaran, ketaatan, dan keikhlasan oleh


seluruh elemen masyarakat, maka untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila
tersebut harus melalu proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai
Pancasila tersebutke ke dalam lubuk sanubari dari setiap individu, setiap
warga negara. dan seluruh elemen masyarakat. Tanpa proses internalisasi dan
penghayatan nilai-nilai Pancasila tersebut ke dalam lubuk sanubaring dari
setiap individu, setiap warga negara, dan seluruh elemen masyarakat, maka
nilai-nilai Pancasila akan sulit diamalkan dan di terapkan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai
Pancasila tersebut merupakan prasyarat mutlak pengamalan nilai-nilai
Pancasila. Hal ini penting karena dalam proses internalisasi dan penghayatan
tersebut akan menumbuhkan keyakinan akan kebenaran terhadap nilai-nila
Pancasila oleh setiap individu, setiap warga negara, dan seluruh elemen
masyarakat.Tanpa adanya keyakinan dari setiap individ setiap warga negara,
dan seluruh elemen masyarakat bahwa Pancasila itu mengandung nilai-nilai
kebenaran dan nilai-nilai kebaikan, maka pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari akan sulit diwujudkan. Dengan demikian, proses
internalisasi, penghayatan, dan munculnya keyakinan akan kebenaran dan
kebaikan nilai-nilai Pancasila merupakan unsur-unsur penting dalam
pengamalan Pancasila dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Berikut pengamalan bagaimana pancasila sebagai paradigma


bermasyarakat pada setiap sila-sila yang terdapat dalam pancasila:
11
Septiyadi Reza, Maisah Fitri, and Nur Adilah Nasution. Pancasila
Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa Dan Bernegara
(2019).

9
1. Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Kita sebagai masyarakat Indonesia harus perlu mengakui akan keberadaan
Tuhan Yang Maha Kuasa dan juga mengakui akan keberadaan-Nya. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menjalankan ibadah sesui dengan
kepercayaan dan keyakinan kita masing-masing serta menghormati agama
dan keyakinan yang diyakini masyarakat tetangga yang ada disekitar kita.
2. Sila kedua (Kemanusian yang adil dan beradab)
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus menghargai orang lain, serta
memperlakukan semua orang dengan adil dan beradab, yaitu dengan
menghormati hak asasi manusia tanpa melakukan diskriminasi terhadap
orang lain serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
3. Sila ketiga (Perasatuan Indonesia)
Kita harus memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, suku, agama,
agama dan ras di Indonesia. Untuk mencapai hal ini, kita perlu
menghormati satu sama lain, menghargai perbedaan yang ada serta bekerja
sama dalam membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi
dikedepannya nanti.
4. Sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan)
Semua praktik-praktik politik di Indonesia harus berlandaskan pada asas
kerakyatan dalam sila keempat yaitu sistem politik demokratis. Sudah
menjadi kewajiban kita untuk memperkuat demokrasi sebagai masyarakat
Indonesia sekaligus menghargai keputusan yang sudah ditetapkan seperti
dalam pemilihan umum. Selain itu kita perlu untuk menghormati hak suara
orang lain dan menghargai keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpin yang telah terpilih.
5. Sila kelima (Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia)
Kita sebagai masyarakat Indonesia perlu berjuang untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk dalam pemerataan
perekonomian dan kesejahteraan sosial rakyat Indonesia. Salah satu cara
untuk mewujudkanya yaitu dengan menghormati hak asasi manusia,

10
memperjuangkan hak-hak kelompok yang terpinggirkan, dan
memperjuangkan keadilan.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila oleh setiap individu, setiap warga


negara, dan seluruh elemen masyarakat menurut para ahli disebut sebagai
pengamalan subjektif Pancasila. Pengamalan subjektif Pancasila ini menjadi
penting karena sebaik apapun rumusan Pancasila yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai kebenaran dan kebaikan serta nilai-nilai luhur bangsa,
maka rumusan Pancasila tersebut tidak akan memiliki makna dan arti bagi
kehidupan masyarakat. Rumusan Pancasila tersebut baru akan memiliki
makna dan arti penting bagi kehidupan masyarakat apabila rumusan Pancasila
tersebut dapat menumbuhkan keyakinan bahwa nilai-nilai Pancasila itu
mengandung kebenaran dan kebaikan yang kemudian diamalkan serta
diterapkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata dan konkrit. Dengan
demikian, pengamalan Pancasila secara subjektif merupakan bentuk
pengamalan Pancasila yang sangat mendasar dan menentukan pengamalan
Pancasila secara objektif.12

Agar pengamalan Pancasila secara subjektif dapat diwujudkan dalam


kehidupan masyarakat sehari-hari secara nyata dan konkrit maka diperlukan
keteladan dan panutan dari pemimpin masyarakat, pemuka masyarakat,
pemuka agama, tokoh-tokoh organisasi sosial kemasyarakatan, dan keteladan
dari kalangan professional (pendidik, pengusaha, pengacara, dan kalangan
profesional lainya).

Keteladanan dan panutan dari pemuka masyarakat, pemuka agama,


tokoh-tokoh organisasi sosial kemasyarakatan, dan kateladan dari kalangan
profesional (pendidik pengusaha, pengacara dan kalangan professional
lainnya) sangat penting karena struktur masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat paternalistik: Jadi keberadaan dari para pemuka masyarakat

12
M. Syamsudin, Munthoha, Kartini Parmono, Muzhoffar Akhwan, Budi Rohiatudin,
Pendidikan Pancasila : Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan
(Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2009), 165

11
pemuka agama, tokoh-tokoh organisasi sosial kemasyarakatan, dan tokoh-
tokoh dari kalangan profesional akan menjadi contoh serta panutan dalam
seluruh elemen masyarakat. Oleh karena itu, para pemuka masyarakat,
pemuka agama, tokoh-tokoh organisasi sosial kemasyarakatan, dan dari
kalangan profesional (pendidik pengusaha, pengacara, dan kalangan
professional lainnya) memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
mengamalkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dalam falsafah kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro, maka
para pemimpin masyarakat harus memiliki dan mempraktikkan ajaran Ki
Hajar Dewantoro tersebut, yakni Ing Ngursa Sung Tulodh, yaitu seorang
pemimpin harus mampu lewat sikap, perbuatan dan tingkah lakunya
menjadikan dirinya sebagai teladan, panutan dan contoh bagi masyarakat
lapisan bawah, Ing Madya Mangun Karso, (seorang pemimpin harus mampu
membangkitkan, meng gerakan, mendorong, dan memotivasi masyarakat
lapisan bawah untuk bangkit dan mandiri dalam rangka menjalani ke hidupan
pada masa sekarang dan masa yang akan datang), dan Tut Wuri handayani
(seorang pemimpin harus mampu mengikuti dan mengawal masyarakat
lapisan bawah agar tidak terjerumus dan terjebak ke dalam perilaku yang
menyimpang, serta perilaku lain yang bertentangan dengan norma hukum,
norma sosial, norma kesopanan, dan norma agama.

Dalam realitanya, masalah-masalah yang telah muncul dan terjadi di


dalam pengamalan Pancasila dari dimensi kehidupan bermasyarakat
disebabkan masih adanya sebagian pemuka masyarakat (pemimpin
masyarakat) dan sebagian masyarakat hanya pandai menghafal dan
mengucapkan teks Pancasila, Sebagian pemuka masyarakat dan masyarakat
itu sendiri baru sekedar mengerti rumusan dari sila-sila Pancasila. Selain itu
sebagian dari mereka baru mengerti teks Pancasila secara verbal, tetapi untuk
mengamalkan dan menerapkan dalam kehi- dupan sehari-hari masih sangat
sulit. Akibatnya, sikap dan perilaku sebagian para pemuka masyarakat dan
sebagian masyarakat belum menunjukkan satu kata dalam perbuatan Ucapan
dan retorika politiknya sudah sangat baik, tetapi ketika akan diterapkan justru

12
sebaliknya, yang muncul adalah sikap dan perilakunya bertentangan dengan
ucapan dan retorika politiknya. Akibatnya, dalam dimensi kehidupan
bermasyarakat ditemukan kenyataan bahwa sikap dan perilaku yang
dilakukanya sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, misalnya
munculnya tindakan anarkis (membakar, merusak, menganiaya, dan tindakan
anarkhis lainnya) hanya karena berbeda agama yang dianutnya. Nilai toleransi
sebagai wujud milai-nilai Pancasila belum mampu diinternalisasikan ke dalam
lubuk unibari, belum dihayati, belum diyakini kebenarannya, sehingga
menjadi sulit untuk diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
secara nyata dan konkrit Oleh karena itu, konsistensi dan komitmen serta
keteladanan pemuka masyarakat menjadi peran terpenting dalam pengamalan
nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari.13

D. Peran Pancasila Sebagai Paradigma Bernegara di Bidang Hukum

Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum ditandai oleh beberapa


unsur pokok seperti pengakuan prinsip negara hukum dan konstitusi, prinsip
pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut undang-undang. Sistem
ketatanegaraan yang diatur dalam UUD 1945, asas peradilan yang merdeka
dan tidak memihak yang menjamin persamaan derajat setiap warga Negara
dimata hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang, termasuk terhadap
penyalahgunaan wewenang oleh mereka yang berkuasa.
Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan
serta peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya, termasuk hukum
dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Antara Pancasila sebagai dasar
negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar hukum,
keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat
dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD
1945 adalah raganya.

13
Prof. Dr. Karsadi, M.Si, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi : Upaya
Membangun Moral dan Karakter Bangsa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 257-261.

13
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur
pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945,
sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Maka
dari itu Pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara
berarti Pancasila menjadi sudut pandang serta acuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pemerintahan berdasarkan hukum adalah pemerintahan yang
menjunjung tinggi supremasi hukum dan tidak berorientasi pada kekuasaan.
Secara teoritis, konsep negara hukum yang dianut Indonesia tidak
didasarkan pada dimensi formal, tetapi dalam arti material atau biasa
digunakan dalam istilah Welfare State atau Prosperity State. Oleh karena itu,
tujuan yang ingin dicapai oleh Negara Indonesia adalah terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur baik materil maupun spiritual berdasarkan
Pancasila,sehingga disebut juga negara hukum yang bercirikan merdeka.
Konkretnya kemerdekaan ini dikaji dari sudut pandang penerapan
konsep dan pola negara hukum secara umum sudah sesuai dengan kondisi
bangsa Indonesia dengan tolak ukur berupa Pancasila Pancasila dalam konteks
negara hukum pada dasarnya memiliki beberapa ciri yang mempengaruhi
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
a. Asas kerukunan dalam hukum negara Pancasila dapat dilihat baik dari segi
makna positif maupun makna negatifnya. Dengan makna ini, pemerintah
dalam segala perilakunya selalu berusaha menjalin hubungan yang
harmonis dengan rakyat.
b. Pancasila mengedepankan asas kekeluargaan sebagai bagian mendasar dari
penyelenggaraan pemerintahan.
c. Pancasila mengedepankan asas persamaan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Pancasila untuk mengaktualisasikan atau
mengimplementasikan komitmennya untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat sebagai misi penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri.
Pembangunan nasional yang dicanangkan oleh negara pada hakikatnya
merupakan upaya modernisasi di berbagai bidang kehidupan. Untuk mencapai

14
tujuan pembangunan tersebut, hukum harus menunjukkan perannya. Di
negara berkembang seperti Indonesia, hukum selalu dikaitkan dengan upaya
mencapai taraf hidup yang lebih baik dari yang telah dicapai sebelumnya.
Peran hukum menjadi semakin penting dalam rangka mewujudkan tujuan
pembangunan. Fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat,
artinya hukum digunakan untuk mengarahkan masyarakat kepada pola-pola
tertentu yang dikehendaki dengan cara menciptakan pola-pola baru.
Dalam pembangunan terdapat hal-hal yang harus dijaga dan
dilindungi, sebaliknya hukum diperlukan untuk menciptakan pola-pola yang
sesuai dengan perkembangan dan agar perubahan yang diakibatkan oleh
pembangunan berjalan dengan tertib dan teratur. Pelaksanaan pembangunan
hukum harus mampu memanfaatkan Pancasila sebagai paradigma yang
menekankan bahwa pembangunan harus bertumpu pada etika universal yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila seperti:
a. Tidak boleh bertentangan dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang
menjunjung tinggi tata kehidupan beragama, perasaan beragama dan
beragama sebagai kepentingan yang besar.
b. Menghormati nilai-nilai hak asasi manusia, baik hak sipil dan politik
maupun hak ekonomi, sosial dan budaya dan dalam kerangka hubungan
antar bangsa harus menghormati “hak atas pembangunan”
c. Harus mendasarkan persatuan bangsa pada penghormatan terhadap
konsep “civic nationalism” yang menghargai pluralisme
d. Harus menghormati indeks atau "nilai-nilai inti demokrasi" sebagai alat
untuk "mengaudit demokrasi"
e. Harus menempatkan "keadilan hukum" dalam kerangka "keadilan sosial"
dan dalam hubungan antar bangsa dalam bentuk prinsip "keadilan global".
Sebagai paradigma dalam pembangunan hukum, Pancasila menghendaki
agar perkembangan dalam masyarakat memang menjadi titik tolak bagi
keberadaan suatu peraturan. Oleh karena itu, hukum diarahkan untuk
menjawab nilai-nilai kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan hasilnya
mengandung kemajuan dan pembaharuan serta penyempurnaan hukum

15
terhadap masalah-masalah yang diaturnya. Jadi, harus dipahami bahwa
reformasi hukum ke arah yang lebih baik sangat erat kaitannya dengan
dinamika kebutuhan masyarakat. Salah satunya dilakukan melalui evaluasi
peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk mengefektifkan hukum.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

paradigma yaitu suatu anggapan dasar dan teoritis sehingga dapat menjadi
suatu sumber hukum, cara serta implemtasinya di dalam ilmu pengetahuan sangat
menentukan sifat dan karakter. Dalam masalah yang lebih modern, definisi
paradigma ini kian berkembangmenjadi terminology yang mengandung
pengertian sama dengan sumber nilai, konsep berpikir, pengenalan dasar, sumber
dasar, dan merupakan tujuan dari suatu perkembangan, suatu perubahan, serta
tahapan dari suatu bidang-bidang tertentu.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan diantaranya meliputi:
Pancasila sebagai paradigma dibidang politik, Pancasila sebagai paradigma
dibidang hukum, Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi,
Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya, Pancasila
sebagai paradigma dalam pembangunan kehidupan antar umat beragama, dan
Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ipteks.
Kedudukan Pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat mengandung
makna bahwa Pancasila merupakan pegangan serta penuntun dalam bersikap dan
berperilaku masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan
jika masyarakat tidak memiliki pedoman dalam bersosialisasi dan berinteraksi
satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari, maka akan terjadi kehidupan yang
tidak teratur dan kacau. Oleh karena itu, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sebagai sumber nilai kemanusiaan dan etika dalam kehidupan manusia.
Pemerintahan berdasarkan hukum adalah pemerintahan yang menjunjung
tinggi supremasi hukum dan tidak berorientasi pada kekuasaan. Secara teoritis,
konsep negara hukum yang dianut Indonesia tidak didasarkan pada dimensi
formal, tetapi dalam arti material atau biasa digunakan dalam istilah Welfare
State atau Prosperity State. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai oleh Negara
Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur baik materil

17
maupun spiritual berdasarkan Pancasila,sehingga disebut juga negara hukum
yang bercirikan merdeka.

DAFTAR PUSTAKA

Amala, Alia Cahya, et al. "PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA." Nusantara: Jurnal
Pendidikan, Seni, Sains dan Sosial Humaniora 1.01 (2022).

FIDOWATY, Tatik. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa Dan


Bernegara (bagian 3). 2020.

Hanum, F. F. (2019). Pancasila sebagai paradigma pembangunan industri


4.0. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 19(1), 30-42.

M.Si, Prof. Dr. Karsadi. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Upaya


Membangun Moral dan Karakter Bangsa. Yogyakarta:Pustaka Belajar

MARINCE, Yesi. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam


Bermasyarakat, Berbanga Dan Bernegara. 2012.

Octa Putri, Sylvia. "Pancasila-paradigma Pembangunan." (2013).

Prasetyo, Yogi. "Pancasila Sebagai Paradigma Hukum Integral


Indonesia." Journal of Civics and Moral Studies 4.1 (2019): 54-65.

Septiyadi, R., Fitri, M., & Nasution, N. A. (2019). Pancasila Sebagai Paradigma
Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa Dan Bernegara.
Suyadi, A. (2018). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum. Jurnal
Surya Kencana Satu Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan, 9(1), 1-18.

Syamsudin, M. (2009). Pendidikan Pancasila, Menempatkan Pancasila dalam


Konteks Keislaman dan Keindonesian. Yogyakarta:Total Media.

18

Anda mungkin juga menyukai