Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

DALAM BIDANG POLITIK, SOSIAL – BUDAYA, DAN


EKONOMI

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

ILMU GIZI S1 ( A )

2016

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 11

Marissa Lumbantoruan ( 1610714043 )

Novi Triastuti ( 1610714044 )

Muhammad Alfian ( 1610714045 )

Amanda Alifa ( 1610714046 )


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang pancasila
sebagai paradigma pembangunan ekonomi, politik, social, dan budaya ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih pada Bapak Drs.
Subakdi, MM. selaku Dosen mata kuliah pancasila yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang pandangan terhadap pancasila agar kita lebih cinta terhadap
dasar Negara ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Kami harap makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf bila ada kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Limo, Agustus 2016

Penyusun

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ……... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang...........................................................................……............... 1

B. Landasan Teori...........................................................................….................. 2

BAB II PERMASALAHAN………..…………………………………….............. 13

BAB III SOLUSI MASALAH……………………………………………............. 15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN….………………………………............. 15

A. Kesimpulan………………………………………………………………...16
B. Saran………………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma
adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang
harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.

Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan,
tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma
kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak,
acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.

Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan,
tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma
menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan
manusia.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 1


B. Landasan Teori

Secara Umum

1. Pengertian Paradigma

Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam filsafat ilmu pengetahuan.


Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu
pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul “The Structure Of
Scientific Revolution”.(1970:49), paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis
yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum,
metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan menurut Al Marsudi, (2000:69)
Paradigma ialah cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau cara
memecahkan masalah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat pada masa tertentu.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangungan

Demi tercapainya tujuan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, bangsa


Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Tujuan Negara yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 yang rinciannya sebagi berikut: “melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam kapasitasnya tujuan Negara hukum formal.
Adapun rumusan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsra” hal
ini dalam pengertian Negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai manifestasi
tujuan khusus atau nasional. Adapun selain tujuan Nasional juga tujuan Internasional (tujuan
umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan masyarakat
Internasional.

Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan


Nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila. Oleh karena
hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai
subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara.

PANCASILA SEBAGAI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PARADIGMA PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN HAL :: 32
HAL
Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang
untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan
nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi
berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial,
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang kehidupan agama.

3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Politik.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan
(sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-
asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem
politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.

4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Ekonomi

Jarang kita menemui pemikiran tentang moralitas dan Ketuhanan dalam dunia
ekonomi. Karena, lazimnya kita melihat pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang akan menang. Hal ini sebagai implikasi
dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18 yang menumbuhkan ekonomi
kapitalis di berbagai negara, khususnya Eropa dan Ameika Serikat.

Maka untuk menanggulangi hal tersebut, munculah ide tentang ekonomi


kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan ekonominya saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh
bangsa. Maka sistem ekonomi di Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh
bangsa

5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Sosial Budaya

Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan


atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang
dewasa ini. Sebagai anti klimaks, proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya
stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di
berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi berbagai macam gejolak yang sangat

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 3


memprihatinkan antara lain amuk massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok
masyarakat satu dengan lainnya yang muranya adalah pada masalah politik.

Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa
ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki Bangsa Indonesia sebagai dasar nilai, yaitu
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat
humanistik, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam
sila kedua Pancasila Yaitu ”kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam rangka
pengembangan sosial budaya, Pancasila merupakan sumber normatif bagi peningkatan
humanisasi dalam bidang sosial budaya.

Secara Khusus

A. Paradigma

Pengertian Paradigma

Beragam definisi tentang definisi paradigma yang dikemukakan para tokoh-tokoh


ilmuwan dunia. George Ritzer memberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu
pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus di
jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di
peroleh. Paradigma adalah suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan dan yang membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-
komunitas) dari komunitas lainnya.

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, paradigma
sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang
harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana
yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 4


Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan


nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh karena
hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai
pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila
dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu
negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk
mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh
warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”. Unsur-
unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia. Rokhani (jiwa) dan
raga sifat kodrat manusia manusia makhluk individu dan makhluk sosialserta kedudukan
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa. Oleh karena pembangunan nasional sebagai upaya peraksis untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia
“monopluralis” tersebut.

Konsekuensinya dalam relisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk


mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada
nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi
aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal, rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek
individu aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.
Kemudian pada gilirannya di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain,
politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
bidang kehidupan agama.

B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Poleksosbud

Pembangunan nasional dirinci diberbagai bidang antara lain politik, ekonomi, social-
budaya yang penjabarannya tertuang pada GBHN. Pembangunan yang sifatnya humanitis
dan pragmatis harus mendasarkan pada hakekat manusia sebagai pelaksana sekaligus
tujuan pembangunan, sebagai pengembangan Poleksosbudhankam, maka pembangunan
pada hakekatnya membangun manusia secara utuh, secara lengkap, meliputi seluruh
unsure hakekat manusia yang monopluralis.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 5


1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Politik

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau
pelaku politik bukan sekadar objek politik. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari
manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat.
Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang
sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik, artinya bahwa nilai-nilai


pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia diimplementasikan sebagai berikut :

 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya agama
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
 Mendahulukan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan keputusan.
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan perioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan kesatuan bangsa.
 Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Nilai-nilai kejujuran, toleransi harus bersumber pada nilai-nilai ketuhanan YME.

Peranan pancasila dalam reformasi politik

Landasan aksiologi (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia adalah sebagaimana
terkandung dalam Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu pembukaan UUD 1945 alinea IV yang
berbunyi “…..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Nilai demokrasi politik tersebut secara normatif terjabar dalam pasal-pasal UUD 1945
yaitu :

Pasal 1 ayat 2 menyatakan,

“ kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis


permusyawaratan rakyat”

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 6


Pasal 2 ayat 2 menyatakan,

“ Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota dewan paerwakilan


rakyat, ditambah utusan dari daerah dan golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan
undang-undang”

Pasal 5 ayat 1 menyatakan,

“Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat”

Pasal 6 ayat 2 menyatakan,

“ Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
suara terbanyak “

Adapun kesimpulan dari pasal-pasal tersebut berdasarkan UUD 1945 adalah :

 Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara


 Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh MPR
 Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, dan bertanggung jawab kepada MPR
 Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh presiden baik sendiri maupun bersama
dengan lembaga lain, kekuatanya berada dibawah MPR atau produk-produknya.

Perlu diketahui pula bahwa rakyat adalah asal mula kekuatan negara, oleh sebab itu
paradigma ini merupakan dasar pijak dalam reformasi politik. Reformasi politik atas sistem
politik harus melalui Undang-undang yang mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap
mendasarkan pada paradigma nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam
Pancasila

Reformasi Partai Politik

Dalam UU Politik no.3 tahun 1975, ditentukan bahwa partai politik dan golongan
karya hanya meliputi 3 macam, yaitu, Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan
Partai Demokrasi Indonesia, ketentuan ini tidak mencerminkan nilai kerakyatan
sebagaimana terkandung dalam sila keempat Pancasila, dan tidak sesuai pula dengan
semangat UUD 1945 pasal 28. Maka dari itu UU No.3 tahun 1985 yang isinya mengatur
tentang perubahan Partai Politik dan Golongan Karya ditetapkan agar tidak ada monopoli
Partai Politik.Dalam mengatur adanya partai politik tertuang dalam UU no.2 tahun 1999

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 7


tentang partai politik yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta keleluasaan
untuk menyalurkan aspirasinya. Adapun ketentuanya adalah sebagai berikut:

 Pancasila sebagai dasar negara dari NKRI dalam anggaran dasar partai
 Asas atau ciri, aspirasi dan program partai politik tidak bertentangan dengan pancasila
 Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah mempunyai hak pilih
 Partai politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama dengan
lambang negara asing, bendera kesatuan RI sang merah putih, bendera negara asing
gambar perorangan dan nama serta lambang partai lain yang telah ada.

Perwujudan nilai-nilai pancasila dalam pembangunan kehidupan politik

 Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang
menjamin tegaknya HAM.
 Para penyelenggara negara beserta elite politik harus senantiasa memegang budi
pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia
 Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak
hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata
 Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat sebagai
sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.
 Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial - Budaya

Pancasila bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari hakikat dan
kedudukan kodrat manusia sendiri. Hal tersebut tertuang dalam sila Kemanusiaan Manusia
harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan
terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara
menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial
berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima
sebagai warga negara. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam
pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam
perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 8


komuniti-komuniti terlibat di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
hak asasi individu pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencaan dan
pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, disamping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi
individu secara berimbang (sila kedua).

Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak


negara dan hak asasi individu. Paradigma tersebut dapat mengatasi sistem perencanaan
yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada
otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan
menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan
wilayah NKRI (Sila Ketiga).

Sebenarnya nila-nilai Pancasila memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak


kebudayaan, sebagai kerangka acuan-acuan bersama, bagi kebudayan-kebudayaan di
daerah.

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai


puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan –
kebudayaan di daerah:

1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan
komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa;
2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara
Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun
golongannya;
3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
berdaulat;
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah.
Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan
kepentingan perorangan;

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 9


5. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan social

3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila


Keempat Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada
pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada pembangunan
Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.

Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang


humanistis yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi
bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan demi kesejahteraan
atas kekeluargaan seluruh bangsa.Oleh karena itu harus didasarkan pada kemanusiaan
yaitu demi mensejahterakan manusia, ekonomi untuk kesejahteraan menusia sehingga kita
harus kenghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada
persaingan bebas, monopoli dan lainya yang menimbulkan perderitaan pada manusia.

Dalam Ekonomi Kerakyatan,kebijakan ekonomi harus digunakan untuk


kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde
Baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan
yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang
mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 10


Sistem Ekonomi Pancasila

Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan
dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar
yang ada dalam SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan,
nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan,
dan keadilan.

SEP juga dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia,
yang bisa berasal dari nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang
membentuk perilaku ekonomi masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan
bahwa : Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal
sebagai berikut:

 Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain di indonesia.
 Sistem etatisme, dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar
sektor negara.
 Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita
keadilan sosial.” (GBHN 1993).

Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem
ekonomi Pancasila yaitu : (Mubyarto, 1981)

1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.


2. Komitmen pada upaya pemerataan.
3. Kebijakan ekonomi nasionalis.
4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat.
5. Pelaksanaan secara terdesentralisasi

Ciri-ciri ekonomi pancasila

1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Contoh hajad
hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil
bumi, dan lain sebagainya.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 11


2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan peranan
pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi
kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni
pemerintah dan swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling
mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh
semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas
kekeluargaan antar sesama manusia.

Perbandingan ekonomi pancasila dengan ekonomi lainnya

Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal
yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem
ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak
mengakui kepemilikan individu.

Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal
bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip
tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan
bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-
kepentingan pribadi.

Ekonomi Sosial adalah sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai
milik Negara. Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan,
dilaksanakan, dan diawasi oleh pemerintah secara terpusat. Sistem ini lebih menekankan
pada kebersamaan masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perkonomian. Imbalan
yang diterimakan pada orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan
berdasarkan jasa yang dicurahkan.

Ekonomi Liberal ialah sebuah sistem dimana adanya kebebasam baik untuk
produsen maupun konsumen untuk berusaha yang didalamnya tidak ada campur tangan
pemerintah untuk mempengaruhi mekanisme pasar, jadi semua mekanisme pengatusran
harga diserahkan ke pasar (tergantung mekanisme supply dan demand).

PANCASILA SEBAGAI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PARADIGMA PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN HAL :: 11
HAL 12
BAB III

PERMASALAHAN

Contoh masalah akibat dari tidak memahami pancasila sebagai pedoman bertingkah
laku adalah korupsi. Istilah korupsi tentunya sudah bukan hal yang asing lagi ditelinga.
Definisi sederhana korupsi adalah "penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi."
"Korupsi" melibatkan perilaku pihak para pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai
negeri sipil. Mereka secara tidak wajar dan tidak sah memperkaya diri sendiri atau orang
yang dekat dengan mereka dengan menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan.

Menurut UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,


korupsi merupakan tindakan memperkaya diri sendiri, penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan, memberi dan menjanjikan sesuatu kepada pejabat atau hakim, berbuat curang,
melakukan penggelapan, dan menerima hadiah terkait tanggung jawab yang dijalani.

Korupsi terjadi jika tiga hal terpenuhi, yaitu (1) Seseorang memiliki kekuasaan
termasuk untuk menentukan kebijakan publik dan melakukan administrasi kebijakan
tersebut, (2) Adanya economic rents, yaitu manfaat ekonomi yang ada sebagai sebab akibat
kebijakan publik tesebut, dan (3) Sistem yang ada membuka peluang terjadinya
pelanggaran oleh pejabat publik yang bersangkutan. Apabila satu dari ketiga parameter ini
tidak terpenuhi, tindakan yang terjadi tidak bisa dikategorikan sebagai tindakan korupsi.[5]

Berikut ini terdapat beberapa tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana
korupsi, antara lain sebagai berikut:

1. Tindakan merugikan keuangan negara/pihak lain

Seseorang dianggap sudah merugikan keuangan negara atau pihak lain jika dia
melakukan perbuatan-perbuatan dengan tujuan memperkaya diri sendiri, golongan,
atau pihak-pihak tertentu dengan cara melawan hukum seperti menyalahgunakan
wewenang atau kedudukannya yang bisa merugikan keuangan negara atau pihak lain.

2. Tindakan suap-menyuap

Tindakan penyuapan dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan keistimewaan


atau sesuatu di luar prosedur. Dan sebuah tindakan bisa dekategorikan sebagai
penyuapan apabila seseorang memberikan sesuatu atau janji kepada pihak tertentu

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 13


dengan maksud untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan
dengan jabatannya.

3. Melakukan penggelapan dalam jabatan

Dalam hal ini, penggelapan bukan saja berkaitan dengan uang. Sebuah tindakan bisa
dikategorikan sebagai penggelapan apabila secara sengaja menggelapkan atau
membantu orang lain untuk mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, entah itu
uang, barang atau surat-surat berharga untuk kepentingan pribadi. Selain itu,
pemalsuan data adminstrasi dan penghancuran benda, akta, atau barang bukti juga
bisa dikatakan sebagai penggelapan.

4. Tindakan pemerasan

Pemerasan berarti tindakan seseorang meminta uang atau barang kepada pihak lain
dengan disertai ancaman, dan dapat dikatakan sebagai korupsi apabila dilakukan
untuk keuntungan diri sendiri atau golongannya, dilakukakn dengan melawan
hukum, dan ada sejumlah uang atau barang yang diminta sebelum ia menjalankan
kewajibannya.

5. Tindakan kecurangan

Dalam undang-undang, sebuah kecurangan bisa dikatakan sebagai bentuk tindakan


korupsi apabila dilakukan dengan sengaja, merugikan orang lain, membahayakan
keselamatan pihak lain, serta terjadi pembiaran terhadap kecurangan tersebut.

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan

Terkait dengan kasus korupsi, undang-undang secara spesifik mengerucutkan konflik


kepentingan (conflict of interest) hanya untuk masalah pengadaan barang karena
selama ini proses pengadaan barang kerap kali diwarnai tindakan-tindakan melanggar
hukum sebagai akibat dari adanya konflik kepentingan.

7. Gratifikasi

Gratifikasi (pemberian hadiah) yang dilarang adalah gratifikasi yang berhubungan


dengan pekerjaan, jabatan atau tanggung jawab seseorang disertai maksud tertentu.
Biasanya pemberian gratifikasi bertujuan untuk melancarkan urusan, masalah atau
kepentingan yang sedang dimiliki oleh seseorang dengan aparat pemerintah.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 14


BAB IV

SOLUSI MASALAH

Meskipun faktanya korupsi hampir tidak mungkin bisa diberantas secara menyeluruh,
namun setidaknya korupsi itu bisa ditekan agar di masa mendatang korupsi tidak semakin
membudaya dan semakin merusak moral para pejabat negara.

Maka dari itu, setelah dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
seorang pemegang kekuasaan publik melakukan korupsi serta dampak apa saja yang timbul
akibat korupsi di Indonesia, dapat dirumuskan beberapa cara untuk mencegah dan
menanggulangi adanya praktik korupsi.

Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :

1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum
tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui
penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan
berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi
pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HAL : 15


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari materi yang telah kami jabarkan diatas
adalah :

1. Paradigma adalah suatu pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam


suatu cabang ilmu pengetahuan.
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan adalah suatu pandangan dalam
membangun negeri di bidang politik, sosial – budaya, dan ekonomi berdasarkan nilai –
nilai yang ada di dalam pancasila.
3. Paradigma pancasila dalam bidang politik mengharuskan seluruh penduduk
Indonesia, baik pemimpin maupun rakyat, membangun negeri berdasarkan prinsip
“dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.”
4. Paradigma pancasila dalam bidang sosial – budaya mengharuskan pembangunan
nasional pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya
komuniti-komuniti terlibat di samping hak negara untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan hak asasi individu pembangunan berkelanjutan.
5. Paradigma pancasila dalam bidang ekonomi memberikan kita pandangan bagaimana
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan
dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca adalah kami berharap
kepada pembaca dapat mengetahui, memahami,dan menghayati pancasila sebagai sumber
tingkah laku kita dalam berperilaku. Sebagai mahasiswa, kita tidak perlu berpartisipasi
dalam bidang militer, cukup dengan belajar dengan benar, berpartisipasi bila ada sesuatu
yang tidak beres di pemerintahan, dan selalu peka bila ada paham yang bertentangan
dengan pancasila. Kami menyarankan kepada para pembaca agar semaksimal mungkin
menerapkan nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila, agar kita sebagai warga negara
dapat membangun negeri ini ke tingkat yang lebih baik. Karena, tugas membangun negeri
ini bukan hanya kewajiban para pejabat tinggi, tetapi kita sebagai rakyat juga berkewajiban
berpartisipasi untuk membangun negeri yang kita cintai ini.

PANCASILA SEBAGAI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PARADIGMA PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN HAL :: 16
HAL 16
DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Bandung : Sianr Baru Offset. 1988

Alkostar, Artidjo dan M.sholeh Amin, Pembanguna Hukum dalam Prospektif Politik
Hukum Nasional, Jakarta :CV.Rajawali . 1986.

Tim Penyusun MKD IAIN Suanan Ampel, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila


sebagai Pemandu Revormasi, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2011.

FH UKI, Membangun dan Menegakkan Hukum Dalam Era Pembangunan


Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945, Jakarta : Erlangga.1983.

Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma . 2010

PANCASILA SEBAGAI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PARADIGMA PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN HAL :: 14
HAL 14
15
17

Anda mungkin juga menyukai