Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI DAN


PARADIGMA PEMBANGUNAN

Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Deden Wibisono
2. David Arya J.
3. Dwi Susmono Abdul Roqib
4. Faisal Kurniawan
Kelas : XII – A

SMK PELAYARAN TAYU


YAYASAN PENDIDIKAN MIFTAHUL HUDA
Agustus 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila selain sebagai dasar Negara, juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa dari seluruh
bangsa Indonesia yang mampu memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa. Pembelajaran Pancasila menjadi sangat penting, karena mengingat Pancasila
merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa di
dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan
ajaran moralitas.
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut dengan
sendirinya akan hilang. Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu
perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara
Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-
nilai Pancasila demi kelestarianya.
Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur Pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa,
salah satunya lewat Pendidikan Pancasila untuk siswa. Atas dasar realita inilah
penyulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk makalah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-
masalah yang akan di bahas diantaranya :
1. Apakah makna Pancasila sebagai sumber nilai?
2. Apakah makna Pancasila sebagai paradigma pembangunan?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan,
yaitu:
1. Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai sumber nilai.
2. Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Sumber Nilai


Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini berarti bahwa seluruh
tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai
dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap,
perbuatan, dan tingkah laku bangsa Indonesia. Nilai-nilai pancasila itu merupakan
nilai intrinsik yang kebenarannya dapat dibuktikan secara objektif, serta mengandung
kebenaran yang universal. Dengan demikian, tinjauan pancasila berlandaskan pada
tuhan, manusia, rakyat, dan adil sehingga nilai-nilai pancasila memiliki sifat objektif.
Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai
nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.
1. Nilai dasar
Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai
dasar berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya yang berasal dari bangsa
Indonesia itu sendiri, yaitu yang berakar dari kebudayaan, sesuai dengan UUD
1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural.
Jadi, dapat kita pahami bahwa nilai dasar merupakan asas yang tercipta
dari bangsa Indonesia dan dilaksanakan untuk bangsa Indonesia sendiri.
2. Nilai instrumental
Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud nilai social atau
norma hukum, yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga
yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.
Maka, nilai instrumental sama artinya dengan bentuk realisasi atau usaha
perwujudan dari nilai dasar yang telah di sesuaikan dengan lembaga-lembaga
yang ada di masyarakat.
3. Nilai praktis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini
merupakan bahan ujian, apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-
sungguh hidup dalam masyarakat atau tidak.
Jadi, dapat diketahui bahwa nilai praktis termasuk dalam nilai sikap
kepribadian setiap individu dalam mengaplikasikan nilai dasar dan nilai
instrumental dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Walter G. Everett, nilai dibagi menjadi lima bagian sebagai berikut:
1) Nilai-nilai ekonomi (economic values) yaitu nilai-nilai yang berhubungan
dengan sistem ekonomi. Hal ini berarti nilai-nilai tersebut mengikuti harga
pasar.
2) Nilai-nilai rekreasi (recreation values) yaitu nilai-nilai permainan pada
waktu senggang, sehingga memberikan sumbangan untuk mensejahterakan
kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan rohani.
3) Nilai-nilai perserikatan (association values) yaitu nilai-nilai yang meliputi
berbagai bentukperserikatan manusia dan persahabatan kehidupan keluarga,
sampai dengan tingkat internasional.
4) Nilai-nilai kejasmanian (body values) yaitu nilai-nilai yang berhubungan
dengan kondisi jasmani seseorang.
5) Nilai-nilai watak (character values) nilai yang meliputi semua tantangan,
kesalahan pribadi dan sosial termasuk keadilan, kesediaan menolong,
kesukaan pada kebenaran, dan kesediaan mengontrol diri.
Sedangkan menurut Prof. DR. Drs. Notonagoro, S.H. membagi nilai menjadi
tiga, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan/aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu:
a. Nilai kebenaran/kenyataan-kenyataan yang bersumber kepada unsur
akal manusia (ratio, budi, cipta).
b. Nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, aestitis).
c. Nilai kebaikan atau moral, yang bersumber pada kehendak/kemauan
manusia (karsa, etis).
d. Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan, nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak.
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin
lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang
lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan,
tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma,
artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan
tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal
ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang
yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma,
artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normative menjadi dasar, kerangka acuan,
dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.
Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar Negara dan ideology nasional.
Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan.
1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai pelaku
politik bukan sekedar objek politik. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari
manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik
Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas
kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik
didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena
itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral
ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral
keadilan.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa
Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin
diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila.
2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka
sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila.
Secara khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas
ketuhanan dan kemanusiaan. Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas
dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.
Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk
individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan
ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem
ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan
dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-
bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan
menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga
negara.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program kongkrit
pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu
mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah.
Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan
daerah/ rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan
partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintahan yang demokratis
berperanan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi
warga atau meningkatkan kepastian hukum.
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila
bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Oleh karena itu,
pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan
sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan
bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan
beradab.
Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya
yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa
persatuan bangsa.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi
kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama,
bagi kebudayaan – kebudayaan di daerah:
1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan
sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,
kedaerahan, maupun golongannya.
3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri
sebagai satu bangsa yang berdaulat.
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya
yang mendahulukan kepentingan perorangan.
5. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna
bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja,
tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem
pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa.
Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Penyelenggaraan sistem pertahanan
semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam masalah pertahanan negara dan bela Negara sebagaimana tertuang dalam
UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah
konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan
konstitusi, yaitu:
a. Adanya perlindungan terhadap HAM
b. Adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar.Sesuai dengan UUD 1945.
Hukum tertulis seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga UU
dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan
perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,
substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk
kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).
5. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama
Bangsa
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun.
Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri
dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna
meraih dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita.
Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh banyak
kalangan karena ada beberapa kasus kekerasana yang bernuansa Agama. Ketika
bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat
muslim, hal ini karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Masyarakat muslim di Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tidak
terkoordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian
umat non muslim mereka seakan-seakan merefresentasikan umat muslim.
Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat
beragama perspektif Piagam. Lima prinsip yang terdapat dalam piagam Madinah
mengisyaratkan:
a. Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa diskriminasi
yang didasarkan atas suku dan agama.
b. Pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam
menyelesaikan masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi
musuh bersama. Dalam analisis dan interpretasi sosiologis dari agama.
Hal ini didasarkan pada postulat bahwa homogenitas agama merupakan
kondisi kesetabilan politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan bicara
mengenai nilai-nilai tertinggi (ultimate value) dan masuk ke arena politik, maka
pertikaian akan mulai dan semakin jauh dari kompromi.
Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa
posisi manusia berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan
sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berkal budi, yang
kreatif, yang berbudaya.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil penulisan bab-bab yang sudah, dapat kami simpulkan bahwa :
1. Pancasila sebagai sumber nilai merupakan sumber dari asas-asas yang ada di
Indonesia, di buat menurut kebudayaan asli bangsa Indonesia dan dijadikan sebagai
nilai dalam kehidupan bermasyarakat pada bangsa Indonesia.
2. Nilai yang terkandung dalam Pancasila diantaranya nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan memiliki makna bahwa nilai-nilai
Pancasila dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur, parameter, arah dan tujuan
pembangunan.
4. Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan memiliki maksud
bahwa setiap nilai-nilai yang tercantum pada Pancasila dijadikan sebagai acuan
dalam rangka kegiatan pembangunan bangsa Indonesia.

B. Saran
Berdasarkan materi yang kami bahas kami dapat memberikan saran yaitu :
1. Perlunya sosialisasi untuk masyarakat tentang nilai-nilai Pancasila dengan
aplikasinya dalam kehidupan sosial di masyarakat.
2. Sebagai pelajar, kita harus mengetahui arti penting Pancasila dan juga peran
sertanya dalam pembangunan bangsa terutama dalam peningkatan mutu
pendidikan.
3. Selain mengetahui peran Pancasila kita harus dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://dellaputri07.blogspot.com/2015/10/contoh-makalah-pancasila-sebagai-sumber.html

Anda mungkin juga menyukai