Anda di halaman 1dari 15

1.

2.BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Berbicara tentang pancasila, tentu berkaitan dengan nilai-nilai pancasila, butir-butir
pancasila serta pengamalan-pengamalannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, nilai-nilai pancasila memiliki makna yang mendalam baik dari segi sejarah
pembentukan dan pengamalan. Pancasila adalah dasar negara yang juga Landasan
untuk menuju cita-cita bangsa dan untuk memotivasi bangsa dalam mencapai cita-cita
tersebut.
Dewasa ini,  dengan perkembangan teknologi, modernisasi, westernisasi yang tak
lain adalah Globalisasi telah mengikis nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat.
Sehingga mengakibatkan ketidak tahuan masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai dan
butir-butir Dasar negara mereka sendiri. Dan menanamkan pemikiran bahwa nilai-nilai,
butir-butir dan pengamalan-pengamala Pancasila hanya untuk para pelajar dan
Mahasiswa saja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini seperti :
1.    Apasaja Nilai-nilai pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia ?
2.    Apasaja Butir-butir pancasila ?
3.    Bagaimana Pengamalan pancasila dalam kehidupan Penulis.

C.          Tujuan
1.    Untuk Mengetahui nilai-nilai Pancasila
2.    Mengetahui butir-butir pancasila
3.    Menjelaskan pengamalan-pengamalan dalam kehidupan sehari-hari, yakni dalam
kehidupan Penulis.

D.  Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami nilai-nilai
Pancasila, Butir-butir Pancasila dan pengamalan-pengamalannya untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       Pancasila adalah Dasar Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Proses
lahirnya Pancasila menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa
Indonesia. Kata pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila
berarti prinsip atau asas.  Pancasila berarti lima asas atau Lima Dasar atau lima
Sila.  Lima sila tersebut adalah :
1.    Ketuhanan yang maha Esa.
2.     Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.    Persatuan Indonesia.
4.     Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
perwakilan, dan
5.    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masing–masing sila mengandung nilai–nilai yang menjadi pedoman bagi Bangsa
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilai-nilai Pancaasila, yang bilamana
dianalisis makna yang terkandung di dalamnya tiak lain merupakan derivasi atau
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila
Suatu dasar negara akan kuat, apabila dasar tersebut berasal dan berakar pada diri
bangsa yang bersangkutan.  Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara yang bukan
jiplakan dari luar, akan tetapi asli Indonesia. Unsur-unsur Pancasila terdapat didalam
berbagai agama, kepercayaan, adat istiadat, dan kebudayaan. Karena dalam agama,
kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan tersebut berkembang nilai-nilai antara lain
nilai moral, maka Pancasila pun mengandung nilai moral dalam dirinya, nilai-nilai
Pancasila diungkapkan dalam 2 (dua) nilai, yaitu:
1.    Mempunyai kedudukan nilai, norma, dan moral dalam masyarakat.
2.    Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia.

1.    Kedudukan Nilai, Norma, dan Moral dalam Masyarakat


a.    Kedudukan Nilai dalam masyarakat
          Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai
masyarakat, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma dan moral.
          Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, dan memperkaya batin yang
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.  Nilai merupakan salah satu
wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep, ide
tentang suatu hal adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai.  Olah karena itu nilai
dapat dihayati sebagai kebudayaan dalam wujud kebudayaan abstrak.  Untuk
mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat ada 6 macam
nilai :
1.    Nilai teori adalah untuk mengetahui identitas benda dan kejadian yang terdapat
disekitarnya.
2.    Nilai ekonomi adalah pemanfaatan benda-benda atau kejadian yang mengikuti nalar
efisiensi.
3.    Nila estetik adalah mempelajari sesuatu yang indah.
4.    Nilai sosial berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang lainnya dan
menekan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur.
5.    Nilai politik berpusat pada kekuasaan srta berpengaruh dalam kehidupan
bermasyarakat.
6.    Nilai religi adalah manusia menilai alam sekitarnya sebagai wujud rahasia kehidupan
dan alam semesta.

b.    Kedudukan Norma dalam masyarakat


          Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudan martabat
manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Suatu kesadaran dan sikap
luhur yang dikehendaki oleh tata nilai yang harus dipatuhi.  Oleh karena norma dalam
perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, kesusilaan, hukum, dan
norma sosial.

c.    Kedudukan Moral dalam masyarakat


          Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut perilaku
manusia.  Seseorang yang taat dan patuh pada aturan-aturan, kaidah dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya dia sudah dianggap sesuai dan bertindak benar secara
moral.  Moral dalam perwujudannya dapat berupa aturan, prinsip-prinsip yang benar,
yang baik, yang terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap
nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, negara dan bangsa.  Moral
dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, etika, hukum, ilmu
dan sebagainya. Nilai, Norma, dan Moral secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.  Pancasila secara filsafat mengandung nilai-nilai
yang bersifat Fundamental, universal, mutlak dan abadi dari Tuhan yang Maha Esa
yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran agama dalam kitab sucinya, artinya
di dalam nilai-nilai tersebut mengandung nilai moral, maka Pancasila pun mengandung
nilai moral dalam dirinya.

BAB III
PEMBAHASAN

1.    Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia


a.    Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
          Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah suatu kepercayaan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya melalui penalaran, melainkan suatu kepercayaan yang
berpangkal dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan.  Keyakinan yang
demikian maka negara Indonesia berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara
memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya, dan untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya.
          Sebagai sila pertama menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan, yang menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Insonesia yang telah membentuk RI yang berdaulat penuh,
bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.  Hakekat pengertian nilai-nilai diatas sesuai dengan Pernyataan dalam
Pembukaan Uud 1945 yaitu keyakinan atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Esa.  Dalam sial pertama ini tercakup nilai religi yang mengatur hubungan negara dan
agama, sehubungan dengan manusia dengan Sang Pencipta, serta nilai yang
menyangkut hak asasi yang paling asasi.

b.    Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


          Dalam sila ini merupakan norma untuk menilai apa pun yang menyangkut
kepentingan manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulai dengan kesadaran martabat
dan derajatnya, nilai-nilai dalam sila ini adalah refleksi dari martabat serta harkat
manusia yang memiliki potensi kultural. Menurut sila ini setiap manusia Insonesia
adalah bagian dari warga dunia, yang meyakini adanya prinsip persamaan hak dan
martabatnya sebagai hamba Tuhan.

c.    Nilai Persatuan Indonesia


          Sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti Ideologis, ekonomi,
politik, sosial budaya, dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangkan dari
pengalaman sejarah bangsa Indonesia, yang senasib dan didorong untuk mencapai
kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Dan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.  Sila ini mengandung nilai-
nilai kerohanian dan nilai etis yang mencakup kedudukan dan martabat manusia
Indonesia untuk menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
masyarakat.  Nilai yang menjunjung tinggi tradisi kejuangan dan kerelaan untuk
berkorban dan membela kehormatan bangsa dan negara.

d.    Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan.
          Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang bersumber
kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa
Indonesia.  Perwujudan demokrasi itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan rakyat,
yang bersumber nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.

e.    Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


          Nilai-nilai yang terkandung dalam sial ini meliputi nilai keselarasan, keseimbangan,
dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat
Indonesia, tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta
tingkat ekonominya. Didalam sila ini pun terkandung nilai kedermawaan kepada
sesama, memberi tempat kepada sikap hidup hemat, sederhana, dan kerja keras.
          Sila kelima ini juga mengembangkan nilai untuk menghargai karya, dan norma yang
menolak adanya kesewenang-wenangan, serta pemerasan kepada sesama. Juga
mengandung nila vital yaitu keniscayaan secara bersama mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial, dalam makna untuk menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Nilai-nilai yang tercakup dalam sila ini memberi jaminan untuk
mencapai taraf kehidupan yang layak dan terhormat sesuai dengan kodratnya, dan
menempatkan nilai demokrasi dalam bidang ekonomi dan sosial.

2.    45 butir-butir Pancasila


Ketuhanan Yang Maha Esa
1.    Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2.    Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3.    Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4.    Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5.    Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6.    Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7.    Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1.    Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2.    Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.    Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4.    Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.    Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.    Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7.    Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8.    Berani membela kebenaran dan keadilan.
9.    Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Persatuan Indonesia
1.    Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2.    Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3.    Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.    Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5.    Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
6.    Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7.    Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
1.    Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2.    Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.    Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.    Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.    Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6.    Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7.    Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8.    Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.    Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1.    Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.    Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.    Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.    Menghormati hak orang lain.
5.    Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.    Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7.    Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8.    Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
9.    Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Apabila Bangsa Indonesia benar-benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat
diminimalisir. Kenyataannya setelah era reformasi, para reformator alergi dengan
semua produk yang berbau orde baru termasuk P4 ( Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila)  sehingga terkesan meninggalkannya begitu saja. Belum lagi
saat ini jati diri Indonesia mulai goyah ketika sekelompok pihak mulai mementingkan
dirinya sendiri untuk kembali menjadikan negara ini sebagai negara berideologi agama
tertentu.

3.    Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan Penulis


1.     KETUHANAN YANG MAHA ESA
Sila pertama merupakan sumber pokok nilai-nilai kehidupan, sila ini memiliki makna
yakni bangsa mengakui, yakin dan percaya dengan adanya tuhan pencipta
alam  semesta. Keyakinan setiap umat manusia berbeda-beda termasuk keyakinan
memeluk agama atau keyakinan beragama, seperti yang tercantum dalam butir
pancasila sila ke- 1, yang berbunyi “Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal inilah yang diamalkan dalam
kehidupan penulis yakni percaya dan taqwa kepada Allah SWT, dengan pengaplikasian
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, dengan
melaksanakan sholat, puasa, sedekah serta amalan-amalan yang diajarkan dalam
agama penulis, serta pilihan sekolah penulis yang lebih berkosentrasi dalam
mengembangkan pembentukan rohani secara islamiah untuk membentuk pribadi
penulis sesuai dengan agama yang dipilih, diakui, diyakini serta di percaya oleh penulis,
agar tidak semata-mata menjadi agama turunan bagi penulis. pengamalan lain yang
dilakukan penulis yakni menjunjung tinggi rasa toleransi terhadap agama lain, hal ini di
aplikasikan dengan tidak menjauhi agama lain, tetap berteman dan menjalin keakraban
dengan agama lain, serta menjaga setiap omongan dan tingkah laku yang dapat
menyinggung agama lain, selain itu, pengaplikasian penulis terhadap sila ke-1 ini juga
dengan tidak memaksakan teman dan sahabat dalam memeluk agama yang diyakini
oleh penulis, dan mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya teman penulis yang tidak se-agama dengan penulis.

2.     KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Sila kedua berkenaan dengan pengakuan persamaan derajad, persamaan hak dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dsb.  Kasus penulis dalam
pengamalan sila ke-2 ini dengan mampunya penulis bersikap tenggang rasa,
melakukan berbagai aksi kepedulian, salah satunya dengan memberikan bantuan
kepada korban-korban bencana alam seperti bencana yang masih begitu lekat dalam
pikiran yaitu bencana banjir bandang di daerah Kulawi, penulis ikut membantu dalam
mengumpulkan bantuan-bantuan untuk korban bencana di salah satu posko
pengumpulan dan ikut menyalurkannya ke daerah kulawi walaupun tidak terjun
langsung ke daerah bencana. Hal lain sikap penulis yang berhubungan dengan
pengamalan sila ke-2 yaitu ketika terjadi kebakaran di daerah tempat tinggal penulis,
penulis tidak segan untuk membantu korban dalam menghilangkan rasa trauma
kebakaran, serta memberikan bantuan sembako, dan pakaian layak pakai untuk korban
kebakaran. Selain itu penulis juga mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, yaitu dengan menyayangi keluarga, teman, dan sahabat-sahabat penulis
dengan tulus, dan sebisa mungkin ikut melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan tempat tinggal penulis yang dilakukan secara gotong royong untuk menjaga
lingkungan tetap bersih, penulis juga tak pernah memilih-milih teman berdasarkan
status sosial, suku, agama, warna kulit dsb, karena penulis sadar bahwa semua itu
hanya akan membuat perpecahan dalam kehidupan bersama.

3.     PERSATUAN INDONESIA


Sila ini memiliki makna yakni setiap individu mampu menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sama halnya di Indonesia,
Indonesia memiliki ber-aneka ragam suku dan budaya, tanpa rasa persatuan yang
dijunjung tinggi, Indonesia takkan mungkin dapat bersatu. Pengamalan sila ke-3 ini
dalam pribadi penulis yakni dengan ikhlas melaksanakan Upacara bendera setiap hari
senin, mendengarkan dengan baik pembacaan UUD 1945 dan ikut pembacaan
Pancasila sejak  SD dan SMA, hal ini dikarenakan rasa cinta bangsa dan tanah air
penulis, selain itu pengamalan lain yaitu dengan mencintai, dan menghargai produk
dalam negeri untuk mensukseskan bangsa dan tanah air, pengamalan pancasila dalam
pribadi penulis yang berkenaan dengan sila ke-3 yaitu dengan kemampuan penulis
menyesuaikan diri dalam lingkungan dengan suku yang berbeda, memiliki bahasa,
kebiasaan yang juga berbeda, salah kasusyang dialami penulis yaitu. Penulis yang
berasal dari suku batak terbiasa dengan cara berbicara orang batak yang tegas, dan
keras yang meninggalkan kesan membentak bagi sebagian orang, namun, penulis
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama dengan suku Jawa yang
sangat bertolak belakang dengan cara bicara suku Batak, dimana suku Jawa lebih
pelan dan Halus, penulis menyesuaikan nada bicara ketika berbicara dengan suku
Jawa agar tidak meninggalkan kesan kesalahpahaman pada lawan bicara penulis yang
memiliki cara berbicara yang bertolak belakang dengan penulis.

4.     KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT


KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/
PERWAKILAN
     Sila ke-4 ini memiliki makna selalu melakukan musyawarah mufakat dalam
pengambilan keputusan, pengamalan sila ini dalam kehidupan pribadi penulis yaitu
dengan aktifnya penulis dalam ber-organisasi, dalam ber-organisasi terdapat banyak
ide-ide yang berbeda sebab berasal dari individu yang memiliki pandangan yang
berbeda-beda, dalam menyatukan pikiran anggota yang tergabung dalam organisasi
tersebut dilakukan musyawarah mufakat untuk mengambil keputusan yang arif dan
bijaksana yang dapat mewakili setiap pemikiran individu, agar tak terjadi kecemburuan
sosial, karena sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, termasuk kebebasan/ hak
dalam berpendapat, dan mampu menerima serta menjunjung tinggi setiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah, dan sebisa mungkin meng-aplikasikan hasil
keputusan musyawarah. Contoh kecil pengamalannya yaitu ketika penulis ikut
berpartisipasi dalam acara rutin di bulan ramadhan, dimana penulis menjadi ketua
panitia dalam acara tersebut, yaitu buka bersama anak yatim piatu, ketika penulis ingin
memutuskan panti asuhan tempat pelaksaan, begitu banyak ide, usulan tempat yang
diajukan, namun penulis tidak langsung memutuskan tempat pelaksanaan mengikuti
kehendak pribadi penulis, tetapi penulis mengadakan rapat dan memutuskannya
berdasarkan musyawarah mufakat, dimana musyawarah dilakukan dengan akal sehat
dan sesuai dengan hati nurani yang luhur agar terwujudnya hasil yang biaksana.

5.     KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Sila ke-5 ini memiliki makna bahwa Keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat tercipta karena adanya kesamaan hak dan kewajiban. Pengamalan
Pancasila dalam kehidupan pribadi penulis yang terkait dengan sila ini sangat terasa
ketika Hari lebaran tiba, dimana keluarga penulis sering mengadakan duduk bersama di
malam takbiran, dan gotong royong dalam membersihkan rumah untuk menyambut hari
kemenangan tersebut.  Penulis juga diajarkan untuk selalu menyeimbangkan hak dan
kewajiban, dimana ketika penulis ingin mendapat hak maka penulis harus
menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu.  Penulis juga selalu menghormati orang
lain yakni selalu bersikap sopan pada setiap orang.
Contoh sederhananya yaitu penulis selalu melakukan kewajiban penulis sebagai
anak dengan membersihkann rumah, belajar, membantu orang tua, agar mendapatkan
uang saku sebagai hak. Selain itu orangtua penulis juga selalu menanamkan sifat adil
pada anak-anaknya yaitu dengan tidak mebeda-bedakan anaknya atau yang biasa
disebut “pilih kasih” jadi, penulis terbiasa hidup dalam suasana adil, dan berusaha
menunaikan kewajiban untuk mendapatkan hak. Yang membuat penulis dapat
mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Penulis juga selalu menghargai karya
orang lain, yaitu ketika penulis bersama 2 orang teman bersaing dalam pembuatan
puisi yang akan dibacakan dalam perpisahan sekolah, dan puisi penulis yang terpilih
sebagai puisi yang akan dibacakan, namun penulis tidak pernah mengejek ataupun
memandang rendah puisi teman penulis tersebut, melainkan penulis menggabungkan
ketiga puisi menjadi satu puisi yang akan dibacakan dalam perpisahan sekolah, agar
bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

BAB IV
PENUTUP
            KESIMPULAN
                        Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi
dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-
nilai Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu
diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia
mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban
masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga akan mengurangi
kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia.

            SARAN
Sudah sepatutnya seluruh masyarakat Indonesia mengubah pikiran yang berpikir pancasila
hanya untuk para pelajar dan mahasiswa, dan mula memahami nilai-nilai serta butir-
butir pancasila tersebut dan mengamalkannya untuk mencapai satu tujuan bersama
yakni, menjadi Bangsa yang Makmur aman sejahtera , dengan seribu pulau, budaya,
dan berbagai agama. BHINEKA TUNGGAL IKA.

DAFTAR PUSTAKA
http://tutorialkuliah,blogspot.com/2009/05artikel-nilai-nilai-pancasila.html

Diposting 11th March 2015 oleh mei


Label: makalah Nilai-nilai Pancasila Pancasila
  


Lihat komentar

3.
MAR

11

Artikel Nilai-nilai Pancasila

Artikel nilai - nilai Pancasila


A. Nilai - Nilai Pancasila
Suatu dasar negara akan kuat, apabila dasar tersebut berasal dari berakar pada diri bangsa yang
bersangkutan. Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara yang bukan jiplakan dari luar, akan
tetapi asli Indonesia. Dengan kata lain unsur-unsur Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sejak dahulu. Unsur-unsur Pancasila terdapat didalam berbagai agama dan kepercayaan, bahasa,
adat istiadat, dan kebudayaan. Oleh karena di dalam agama, kepercayaan, adat istiadat dan
kebudayaan tersebut berkembang nilai-nilai antara lain nilai moral, maka Pancasila pun
mengandung nilai moral dalam dirinya, nilai-nilai Pancasila diungkapkan dalam 2 (dua) nilai, yaitu
antara lain :
1. Mempunyai kedudukan nilai, norma, dan moral dalam masyarakat
2. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia

1. Kedudukan Nilai, Norma, dan Moral Dalam Masyarakat


a. Kedudukan NILAI dalam masyarakat
Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat,
senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma dan moral. Kehidupan masyarakat dimana pun
tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup interaksi nilai tersebut yang memberi motivasi dan
arah sekaligus anggota masyarakat untuk berperilaku.
Dengan kata lain, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, dan memperkaya batin yang
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai merupakan salah satu wujud
kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang suatu hal
adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena nilai dapat dihayati dalam kontek
kebudayaannya sebagai wujud kebudayaan yang abstrak.

Dalam menghadapi alam sekitarnya, manusia didorong untuk membuat hubungan yang bermakna
melalui budinya, yang menilai benda-benda serta kejadian yang beraneka ragam, dipilihnya apa
yang menjadi tujuan dan isi dari kelakuan kebudayannya. Melalui proses memilih, manusia sebagai
individu atau anggota masyarakat menentukan sikap hidupnya, dilihat proses kehidupannya
manusia berusaha agar lingkungan hidupnya dapat dikuasai dan dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohaninya. Untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat ada 6 macam nilai :
1. Nilai teori adalah untuk mengetahui identitas benda dan kejadian yang terdapat disekitarnya.
2. Nilai ekonomi adalah Pemanfaatan benda-benda atau kejadian yang mengikuti nalar efisiensi dan
menuju kepada kegunaannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3. Nilai estetik adalah mempelajari sesuatu yang indah
4. Nilai sosial adalah berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang lainnya dan
menekan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur.
5. Nilai politik adalah berpusat pada kekuasaan serta berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Nilai religi adalah manusia menilai alam sekitarnya sebagai wujud rahasia kehidupan dan alam
semesta.
Dalam pelaksanaannya nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam wujud norma, ukuran, kreteria sehingga
merupakan suatu keharusan, anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau tercela. Oleh karena itu
suatu nilai sangat berperan sebagai dasar pedoman yang menentukan suatu kehidupan manusia.
Nilai berada dalam hatinurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan, kepercayaan yang
bersumber dari berbagai sistem nilai.

b. Kedudukan NORMA dalam masyarakat


Manusia cenderung untuk memelihara hubungan dengan penciptanya, masyarakat dan alam
sekitarnya dengan selaras. Berbagai adaptasi dilakukan oleh manusia agar mampu
mempertahankan eksistensinya. Sikap demikian akan menyadarkan perlunya pengendalian diri,
baik terhadap manusia sesamanya, lingkungan alam, dan kepada penciptanya yaitu Tuhan.
Kesadaran tentang hubungan yang ideal dengan demikian menumbuhkan kepatuhan terhadap
aturan-aturan, kaidah atau norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.

Norma sesungguhnya perwujudan martabat manusia sebagai mahkluk budaya, sosial, moral, dan
religi. Suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai yang harus dipatuhi. Oleh
karena norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, kesusilaan, hukum,
dan norma sosial.

c. Kedudukan MORAL dalam masyarakat


Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut peri laku manusia.
Seseorang yang taat dan patuh pada aturan-aturan, kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya dia sudah dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Bila sebaliknya, seseorang itu telah dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat
berupa aturan, prinsip-prinsip, yang benar, yang baik, yang terpuji dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhdap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, negara, dan
bangsa. Sebagaimana nilai dan norma, moralpun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau
agama, moral filsafat, etika, hukum, ilmu dan sebagainya. Nilai, norma, dan moral secara bersama
mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya. Pancasila secara filsafat mengandung
nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang
tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran agama dalam kitab sucinya, artinya di dalam nilai-nilai
tersebut mengandung nilai moral, maka Pancasila pun mengandung nilai moral dalam dirinya.

2 Nilai-Nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia


a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah suatu kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan
kebenarannya melalui penalaran, melainkan suatu kepercayaan yang berpangkal dari kesadaran
manusia sebagai mahkluk Tuhan. Keyakinan yang demikian maka negara Indonesia berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya, dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
Bagi kita di Indonesia tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa,
serta anti kehidupan beragama. Sebagai sila pertama menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan,
yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk negara RI yang berdaulat penuh, bersifat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hakekat pengertian nilai-nilai diatas sesuai dengan Pernyataan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu
keyakinan atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sila pertama ini tercakup nilai religi
yang mengatur hubungan negara dan agama, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, serta nilai
yang menyangkut hak asasi yang paling asasi.

b. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Dalam sila ini merupakan norma untuk menilai apa pun yang menyangkut kepentingan manusia
sebagai mahkluk Tuhan yang mulai dengan kesadaran martabat dan derajatnya. Kemanusiaan yang
adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi
budi nurani dalam hubungannya dengan norma-norma kebudayaan.
Nilai-nilai dalam sila ini adalah merupakan refleksi dari martabat serta harkat manusia yang memiliki
potensi kultural. Potensi tersebut sebagai hal yang bersifat universal atau keseluruhan dan dipunyai
oleh semua bangsa tanpa kecuali. Menurut sila ini setiap manusia Indonesia adalah bagian dari
warga dunia, yang menyakini adanya prinsip persamaan harkat dan martabatnya sebagai hamba
Tuhan. Dalam sila kedua ini menyangkut nilai-nilai hak dan kewajiban asasi manusia Indonesia.
Setiap Warganegara dijamin hak dan kebebasannya yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, dengan orang seorang, atau masyarakatnya, dan alam lingkungannya. Di dalamnya
mengandung nilai cinta kasih yang harus dikembangkan nilai etis yang menhargai keberanian untuk
membela kebenaran, santun dan menghormati harkat kemanusiaan.
c. Nilai Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti ideologis, ekonomi, politik, sosial
budaya, dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangkan dari pengalaman sejarah bangsa
Indonesia, yang senasib dan didorong untuk mencapi kehidupan kebangsaan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Dan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Perwujudan ini adalah manifestasi paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keragaman
budaya atau etnis. Paham ini yang terdapat dalam sila ini merupakan wujud asas kebersamaan,
solidaritas, serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa dan kebudayaannya.
Sila ini mengandung nilai-nilai kerohanian dan nilai etis yang mencakup kedudukan dan martabat
manusia Indonesia untuk menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan masyarakat.
Nilai yang menjunjung tinggi tradisi kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela
kehormatan bangsa dan negara.
d. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan/perwakilan.
Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang bersumber kepada nilai-nilai
kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia. Perwujudan demokrasi itu dipersepsi
sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan
kegotongroyongan. Penghargaan yang tinggi terhadap nilai musyawarah mencerminkan sikap
pandangan hidup bahwa kemauan rakyat mencerminkan nilai kebenaran dan keabsahan yang
tinggi.
Di dalam sila ini terungkap nilai yang mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat yang
harus didahulukan. Sila ini menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus ditunaikan,
sebagai amanat seluruh rakyat. Tanggung jawab itu bukan hanya ditujukan kepada manusia, tetapi
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila ini pun mengandung pengakuan atas nilai kebenaran dan
keadilan dalam menegakan kehidupan yang bebas, adil dan sejahtera.

e. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ini meliputi nilai keselarasan, keseimbangan, dan keserasian
yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia, tanpa membedakan asal
suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta tingkat ekonominya. Didalam sila inipun
terkandung nilai kedermawanan kepada sesama, memberi tempat kepada sikap hidup hemat,
sederhana, dan kerja keras.
Sila kelima ini juga mengembangkan nilai untuk menghargai karya, dan norma yang menolak
adanya kesewenang-wenangan, serta pemerasan kepada sesama. Juga mengandung nilai vital
yaitu keniscayaan secarabersama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial,
dalam makna untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Nilai-nilai yang tercakup dalam
sila ini memberi jaminan untuk mencapai taraf kehidupan yang layak dan terhormat sesuai dengan
kodratnya, dan menempatkan nilai demokrasi dalam bidang ekonomi dan sosial
DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Sunoto, mengenal filsafat Pancasila, 1981-1984.


2. Prof. Darji Darmodiharjo, SH. Dan Letjen. TNI Purn. Sutopo Yuwono, Pendidikan Pancasila.
 http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/tugas-matkul-kewarganegaraan-tentang.html

Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat


Negara
REP | 14 May 2012 | 23:54  Dibaca: 6987    Komentar: 0    Nihil

Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945


secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung Empat pokok
pikiran yang bilamana dianalisis makna yang terkandung di dalamnya tidak lain adalah merupakan
derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
Pokok Pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu
negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala
paham golongan maupun perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran sila ke-tiga.
Pokok Pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum
bagi seluruh warga negara. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
munia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini sebagai
penjabaran sila kelima.
Pokok Pemikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat. Berdasarkan atas
kerakyatan dam permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah
negara demokrasi yaitu kedaulatan di tangan rakyat. Hal ini sebagai penjabaran sila keempat.
Pokok Pikiran keempat menyatakan bahwa, negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha
Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini mengandung arti bahwa negara
Indonesia menjunjung tinggi keberadaban semua agama malam pergaulan hidup negara. Hal ini
merupakan penjabaram sila pertama dan kedua.

Anda mungkin juga menyukai